Waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari, matahari masih tidur nyenyak diperaduannya, si bulan juga masih asyik arisan sama bintang-bintang, mobil mas Andri memasuki gerbang komplek perumahan tempat tinggal budhe Rani. Tampak dua orang hansip berjaga di dalam pos, lalu satu diantaranya keluar untuk membukakan portal agar mobil mereka bisa masuk. Budhe dan pakdhe segera keluar dari dalam rumah saat mendengar suara deru mesin mobil yang membawa adik dan keponakannya datang. Mas Andri membantu mengeluarkan barang-barang bawaan mereka dari dalam bagasi, ada koper dan beberapa kardus oleh-oleh untuk keluarga budhe Rani.
"Ayo masuk Cel." Mas Andri menggeret koper dan menenteng satu box kardus berisi uli kesukaan budhe masuk kedalam rumah, sementara ayahnya sudah masuk duluan dan tampak sedang temu kangen dengan kakak dan kakak iparnya.
"Iya mas, Celia nyusul." Celia menarik nafas dalam, menatap rumah yang akan ia tinggali untuk entah berapa lama. Pemandangan yang berbanding seratus delapan puluh derajat dengan rumah sederhananya di desa, disini tak akan ia temui kebun dan sawah, tempat ia biasa menghabiskan waktu kala penat dan suntuk melanda. Tak akan lagi ia cium aroma batang padi ketika musim panen tiba, aromanya mirip-mirip aroma rumput yang dipotong dengan mesin pemotong rumput, segar-segar gimana gitu, tak akan ia lihat lagi kawanan burung bangau yang mencari makan di sawah ketika musim tanam tiba, tak akan ia lihat lagi bocah-bocah kecil yang hilir mudik depan rumah bawa pancingan lengkap dengan cacingnya, tak akan ia lihat lagi tawa mereka kala berhasil menaikkan layang-layang setinggi angkasa. Kini yang akan selalu ia lihat kanan, kiri, depan dan belakang adalah rumah orang. Apakah Celia akan bisa betah tinggal disini? Apakah Celia akan merasa nyaman tinggal bersama dengan keluarga budhenya seperti saat ia berada dirumah?!
Keluarga budhe Rani adalah termasuk keluarga menengah ke atas. Budhe Rani memiliki dua orang anak yang semuanya sudah berkeluarga, beliau juga sudah memiliki dua orang cucu, sekarang on the way tiga, suaminya yaitu pakdhe Rano adalah seorang pegawai negeri disatu lembaga pemerintahan non kementerian. Kedua anaknya (mbak Devi dan mas Fajar) juga bekerja sebagai pegawai negeri, mas Andri yang adalah suami dari mbak devi adalah seorang guru kimia SMP, ia pun sudah berstatus pegawai negeri, sedangkan budhe Rani sendiri adalah seorang perawat di salah satu Rumah Sakit yang berada di bawah komando pusat kesehatan Angkatan Darat, ia pun juga telah diangkat sebagai pegawai negeri. Fix, mereka adalah keluarga pegawai negeri kecuali istri dari mas Fajar, anak kedua mereka, ia bekerja disalah satu perusahaan konsultan di kota J. Mereka keluarga yang baik dan religius, namun juga cukup serius dan disiplin. Terkadang hal ini yang membuat Celia merasa canggung, mampukah ia beradaptasi dengan rules, juga semua kebiasaan dalam keluarga budhenya.
"Assalamualaikum pakdhe ... budhe ... " Celia mencium tangan takzim budhe dan pakdhenya bergantian.
"Wa'alaikumussalam, kamu kelihatan capek nduk, ayo langsung budhe antar ke kamarmu, taruh dulu tas kamu dikamar, sudah budhe siapkan". Bukan tak paham atau tak mau bincang-bincang dulu dengan keponakannya, tetapi budhe Rani mengerti akan kondisi Celia saat ini, melihat mata bengkak gadis itu sudah cukup memberi jawaban.
"Iya budhe, terima kasih sudah menyiapkan semua untuk Celia. Bapak ... pakdhe... Celia ijin ke kamar dulu". Ia mencangklok tasnya dan segera mengikuti budhe.
"iya nduk". Pakdhe dan ayahnya menjawab hampir bersamaan. Celia mengekori budhenya menuju ke kamar yang terletak dibagian belakang rumah dekat dengan dapur, bersebelahan dengan kamar milik anak kedua budhe Rani. Disana, koper milik Celia juga sudah diletakkan didalamnya oleh mas Andri sebelum ia pulang kerumahnya sendiri yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah budhe Rani.
"Kamar kamu disini ya nduk, dulu ini kamar mas Fajar waktu masih bujang, tapi sekarang dia di kamar yang sebelah. Kamu istirahat saja, kalau mau minum teh hangat ada di meja depan ya". Budhe bicara sambil tersenyum, tangannya terampil membuka lemari lalu mengeluarkan selimut untuk Celia.
"Iya budhe, terima kasih, Celia mau bersih-bersih dan langsung istirahat saja". Celia bicara dengan sedikit menunduk, malu kalau budhenya harus terus-terusan melihat matanya yg sebesar bola bekel anak TK.
"Ya sudah, senyamannya kamu saja ya nduk, lagi pula sekarang juga masih malam". Budhe berlalu pergi meninggalkan Celia dikamarnya, ia berjalan menuju ruang tamu tempat suami dan adiknya tengah mengobrol kini lalu ikut bergabung dengan mereka.
Selesi dengan aktifitasnya membersihkan diri, Celia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur ukuran single dengan sprei bermotif winnie the pooh, mulai sekarang kasur ini akan menjadi tempat ternyaman untuknya melepas lelah setelah beraktivitas. Celia meraup udara rakus agar memenuhi alveolus dalam paru-parunya, biar apa ceunah? Biar oksigen yang nantinya dikirim ke otak bisa lebih banyak, mungkin saja dengan begitu pikirannya jadi lebih jernih, nggak butek macam air kobokan.
Celia meraba-raba permukaan kasur dengan jari-jemarinya. Kangen kasur yang dirumah ih, biar cuma dari kapuk tapi terasa lebih empuk. Disini juga nggak ada suara jangkrik, apalagi kodok, kan suara mereka yang biasanya nina boboin Celia tiap malem. Bisa tidur nggak ya Celia disini?!
Setengah detik kemudian gadis itu sudah terlelap hanyut dalam buaian mimpi.
Sementara itu, jauh disana, belasan kilo meter dari tempat Celia merajut mimpi saat ini, dibelahan kasur yang lain, seorang pemuda tampan, bermata sayu, masih terjaga dengan ponsel pintar ditangannya. Tengah asik berbalas pesan dengan seseorang yang membuatnya terjaga hampir semalaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Lina Aulia Hikmah
Nduk nya itu loh, kepikiran banget jawa nya kak😂bikin ngakak 😂
2023-09-02
1
Nilaaa🍒
xixi masih culture shock ya Celia 😅
2023-08-16
1
Dòng sông/suối đen
Love the plot and the characters, trs jgn berhenti nulis ya thor!
2023-07-22
1