Seperti pepatah yang sering kita dengar mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Sudah hampir satu jam, kelas yang diduduki oleh Lana melakukan perkenalan diri maju kedepan kelas dengan ditunjuk oleh ketua osis yang bernama Ray Asa itu.
Sebagian ada yang tidak mau maju karena malu-malu, ada yang tidak PD dan ada yang keterlaluan percaya diri lebih lebih sambil stand up comedy. Sedari tadi Lana belum juga maju, berbeda dengan gadis yang duduk disebelah yang baru dikenalnya tadi. Hurya sudah maju kelewatan awal meninggalkan dirinya.
Sampai instruksi dari ketua osis itu mengarah pada cowok yang duduk disamping sebrang kanan Hurya. Entah mengapa wajah Ray Asa itu terlihat seperti kesal lantaran cowok yang ditunjuk itu terus berbicara dengan teman sebangku nya dan sesekali bercanda tanpa memperhatikan. Sebenarnya Lana juga agak mendengarkan kalau cowok itu terus mengobrol dari awal Ray Asa itu masuk. Namun Lana tak mau tau siapa orang itu dan tidak terlalu memperhatikan kesebelah kanannya.
"Kamu yang dari tadi berbicara, maju!" Agak beda dengan perintahnya kepada murid lain. Walaupun tetap tegas tetapi ini lebih menekankannya.
Lana langsung melihat punggung tubuh cowok itu berjalan menuju depan kelas dengan percaya dirinya. Wah wah seperti tidak merasa bersalah atas apa yang telah Ray Asa katakan padanya tadi. Detik ketika cowok itu berbalik badan mengarah murid murid yang lain. Dirinya agak terkejut kalau cowok yang berdiri didekat white board sekarang adalah cowok yang tadi menabraknya karena kejar-kejaran. Kok Lana tidak sadar kalau cowok itu duduk disamping Hurya.
Ray Asa menatap wajah yang tengah berdiri disampingnya dengan datar dan serius, berbeda dengan murid-murid sebelumnya dengan senyum ramah dan dengan sedikit gelak tawa.
"Nama gue Atar. Panggil Atar." Satu kelas pecah tertawa sebab suara cowok itu sebelas dua belas mirip seperti krisna
"Bukan avatar apalagi kue tar. Gue Atar." Seisi kelas tambah tertawa karena ucapan random cowok itu. Lana tersenyum simpul tidak terbahak bahak seperti murid yang lain menurutnya ini tidak terlalu lucu hanya saja mungkin kepala cowok itu yang botak menambah kesan lucunya.
Apalagi ketua osis itu, wajahnya malah datar tidak tertawa seperti yang lainnya. Alisnya terangkat sebelah melihat Atar dengan kepercayaan dirinya didepan kelas.
"Apa visi dan misi mu bersekolah disini." Pertanyaan berbeda dengan beberapa murid sebelumnya. Atar melipat tangannya didepan dada lalu mengetuk ngetuk dagu seolah berfikir. Dan itu tidak terlepas dari perhatian murid-murid kepada nya terlebih Lana.
"Visi saya di Smp Negara sekarang ini adalah belajar, membuat puisi, belajar bahasa Indonesia yang benar, dan sedikit menggombal." Decakan tawa terdengar dengan ucapan terakhir Atar.
"Dan misi saya sejak masuk Smp Negara ini adalah membuat langkah untuk mencapai visi tersebut dengan cosplay menjadi roman picisan."
Kelas kembali ribut dipenuhi tawa yang saling bersahutan. Lana geleng-geleng kepala mendengarnya. Ia melirik sekilas pada Hurya lalu menyenggol pergelangan tangan gadis dora itu.
"Cocok sama loe." Ucap Lana diiringi tawa lalu pelototan dari Hurya.
"Eehh gak yaa aneh-aneh aja."
"Lalu apa cita-cita kamu kalau visi dan misi itu yang kamu terapkan." Lana kembali fokus kedepan saat Ray Asa kembali melayangkan pertanyaan untuk Atar.
"Chairil Anwar." Jawab Atar yang membuat seisi kelas kembali terdiam karena mungkin tidak mengerti dan tidak paham apa yang dibicarakannya. Lana seperti pernah mendengarkan nama ini. Seingatnya nama itu sering kali ia baca ketika mencari referensi untuk mengerjakan PR membuat puisi dikelas enam dulu.
Ray Asa mengangguk ngangguk mengiakan ucapan Atar dan kembali berucap. "Sastrawan?" Tembaknya
"Yes."
"Huuuuuuu." Semuanya bersorak menyoraki Atar dan dibalas tawa lagi selanjutnya.
"Jadi jikalau temen-temen semua punya gebetan dan bingung mau mengutarakan perasaannya gimana. Datang aja ke gue dan akan gue buatan puisi untuk gebetan loe dengan rayuan rayuan mematikan."
"Tidak mahal kok teman-teman cuma lima puluh ribu satu puisi dengan sengatan membaperkan jiwa."
"Ha..ha..ha."
"Tapi hati hati kalau gebetan kalian jatuh cinta kepada gue seperti Samuel yang meminta Roman menuliskan puisi untuk Wulan Dari tapi malah jatuh cinta kepada Sang penulis puisi Roman Arbani."
"Sebenarnya Roman memang sudah jatuh cinta pada Wulan pada pandangan pertama saat gadis itu pindah kesekolahnya sebagai anak baru. Namun kesalahannya adalah menulis nama dirinya sendiri dibawah puisi itu sedangkan sang pengirim bernama Samuel."
"Dongeng Kau." Sahut murid lain
"Bukan, Dia mengajak kerja sama itu."
"Sang puitis sambil merintis."
"Sudah-sudah akhiri perkenalkan kamu." Sahut Ray Asa ketika melirik jam yang sudah mau hampir habis waktunya.
"Sekian data diri gue, kalau temen teman berminat temui gue atau hubungi kosong delapan-
"Duduk!"
"Ha ha ha ha." Ucapan itu terpotong kala Ray Asa telah menginstruksi nya agar segara duduk. Atar malah cengingiran dan melangkah menuju tempat duduk nya.
Lana yang melihat cowok itu dengan masih PD nya seketika melebarkan matanya kala Atar melihat ia dan tiba tiba melayangkan fly kiss untuk nya. Dan kelas pun kembali riuh oleh kelakuan cowok bernama Atar itu. Sorakan dan rayuan pun menghujaninya tepat waktu ini.
"Cieeeee."
"Ekhemmmm." Dan Lana malah menggeram kesal saat Hurya menyenggol nyenggol tubuhnya sambil kedip-kedip lalu tertawa terbahak bahak.
"Pandai sekali kau Atar." Ucap cowok bertubuh gemuk itu.
Dan Lana menoleh kearah kanan menatap Atar kesal saat cowok itu dengan enteng nya malah menghadap depan sambil senyum senyum tanpa malu ataupun bersalah kepadanya ditambah tepukan bahu oleh teman semeja nya yang membuat cowok botak itu semakin terbawa percaya diri. Setidaknya lihatlah wajah Lana itu bahwa dia tidak suka atas tindakkannya.
"Murid terakhir, silahkan maju." Lana tidak mendengar, dirinya masih menatap Atar menggeram. Apalagi saat cowok itu menaik turunkan alisnya membuat tangan Lana ingin melayangkan pukulan diwajah sok kegantengan tersebut.
"Yang duduk dipaling belakang ujung kanan, silahkan maju." Ray Asa kembali memerin tahkannya.
Hurya menyenggol lengan Lana lalu berkata, "Lana, giliran loe maju sekarang."
"Ha-a?"
"Cepetan giliran loe yang maju, Kak Ray Asa udah suruh loe dua kali."
"Ha a iya-iya." Lana mendorong kursinya, berjalan agak gugup menuju depan kelas. Ah Lana masih kesal, kalau coba si Atar botak itu tidak melakukan fly kiss kepadanya ia mungkin tidak gugup sekarang apalagi malu sebab Lana bukanlah orang yang demam panggung ketika dirinya maju bertatap muka dengan orang banyak.
"Nama gue Kaa Lana. K-A-A spasi L-A-N-A bukan digabung menjadi Kalana tapi panggil gue Lana." Sekelas termangut mangut paham.
"Kana." Lana menoleh mendapati Ray Asa menyebut namanya dengan berbeda.
"Bolehkah?"
"Tidak usah. Lana saja seperti yang lain."
Semua ini memang kebetulan, semuanya bertemu tanpa direncanakan. Semuanya tiba tiba datang tanpa tau kenyataan. Namun ada satu perasaan kalau pertemuan semua ini tidak diragukan. Hati itu percaya kalau mereka akan kembali dipertemukan dan ditakdirkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Kondel Dita
kerennn
2023-07-23
0
Abu Yahya Badrusalam
Ini baru novel keren, author kudu bangga!!
2023-07-16
1
Marii Buratei
Gak sabar nunggu lanjutannya!
2023-07-16
1