SMP NEGARA

Pernah gak sih, kalian mikir kalau udah gede aku mau jadi apa ya? Apa sesuai ekspektasi?atau sekedar hayalan belaka?

Itulah yang gadis kucir kuda diikat kebawah tersebut pikirkan, kala menginjak sekolah ini ia jadi teringat dimana dulu hal sekecil itu tak pernah terlintas diotak nya. Lana tak pernah berfikir tentang cita-cita ataupun hal yang menyangkut masa depan. Ia tidak punya jawaban ketika gurunya bertanya apa cita-cita dirinya. Dan Lana tidak berkeinginan ketika banyak dari teman-temannya yang menjawab ingin menjadi guru, dokter, tentara, polisi, dan cita-cita lainnya.

Tapi sekarang, semenjak menginjakkan kaki di sekolah ini Lana berniat dalam hati bahwa dirinya akan bersungguh-sungguh. Ia tak hanya ingin mendefinisikan mimpinya seperti Limit pada matematika yang dapat diartikan sebagai menuju suatu batas namun sesuatu yang dekat tapi tidak dapat dicapai. Mimpi yang sekarang dirinya definisikan adalah sesuatu yang diartikan sebagai menuju suatu impian. Sesuatu yang jauh namun belum tentu dapat dicapai. Tetapi besar peluang dan percaya ada jalan yang menghantarkan pada titik goal itu.

Lana selalu termotivasi oleh perkataan JAMES ALLEN yang mengatakan, "Bermimpilah setinggi langit. Dan seperti yang kamu impikan, begitulah engkau akan menjadi. Visimu adalah janji akan jadi apa dirimu. Cita cita adalah ramalan mengenai apa yang pada akhirnya akan kamu perlihatkan."

Nyatanya banyak sekali keinginan, banyak hal-hal besar yang ingin dirinya gapai namun selalu ada celah, selalu ada rintangan yang sulit untuk menerjangnya.

Sekolah ini cukup ramai, banyak sekali murid-murid baru seperti dirinya. Terlihat seragam SD yang masih digunakan murid- murid baru mengerumuni jejeran depan kelas. Mungkin mereka sedang mencari di kelas mana mereka akan duduk. Dan Lana belum menemukan dikelas mana dirinya akan menempati.

Sambil berjalan jalan di lorong kelas tujuh yang berada dilantai tiga, Lana berhenti melangkah tepat dikelas 7-E. Kelas paling akhir dan ujung di deretan ini. Mulai mencari apakah terletak nama dirinya di kertas yang tertempel itu.

Menemukan. Namanya ada dikelas ini. Tanpa menunggu, Lana pun masuk berbarengan dengan bunyi lonceng sekolah yang menggema satu sekolahan.

Sudah ramai dan hampir penuh seluruh tempat duduk itu. Namun matanya melihat masih ada 2 kursi kosong yang belum ditempati diujung belakang sebelah kanan. Ia berjalan hendak menghampiri meja tersebut namun sebelum itu, Lana terhuyung hampir terjatuh lantaran seorang cowok menabrak nya tengah melakukan aksi kejar-kejaran bersama temannya. Ia sedikit kesal walaupun tidak jatuh kelantai, aneh saja masih pagi udah main kejar-kejaran yang hampir merugikan orang lain. Namun saat Lana hendak kembali beranjak terdengar suara cowok yang tadi menabraknya mengatakan, "Maaf, gak sengaja." Ucap cowok itu dengan masih berlari menghindar kejaran teman nya. Lana diam tak menjawab tapi ia tidak terlalu mempersalahkan itu.

Akhirnya bokong itu pun jatuh menduduki tempat duduk yang sedari tadi ditinting nya. Dirinya masih duduk diam, kalem dan anteng hingga 2 menit kemudian terdengar tarikan kursi disebelahnya. Membuat Ia menoleh dan mendapati gadis imut berambut seperti dora sedikit bergelombang itu tersenyum lebar kepadanya.

"Hai."

Lana agak kikuk, disapa ramah seperti itu membuat nya sedikit terdiam.

"Hallo."

"Ha-a iya. Hallo juga." Mata agak sipit berbentuk double eyelid itu terlihat semakin sipit lantaran oleh senyum Kaa Lana.

"Loe cantik, nama loe siapa?"

"Ha..ha..terima kasih loe juga imut dan lucu. Perkenalkan nama gue Kaa Lana panggil aja Lana. Bukan Kalana ya tapi K-A-A spasi L-A-N-A."

"Hahaha iyaa, Lana. Perkenalkan nama gue Hurya. Panggil aja Riya. Ingat Hurya nya pakai Y bukan I dan gak ada huruf H dibelakangnya. Kecuali kalau loe panggil gue Riya gak papa kalau ada huruf i nya hehehe"

"Wah wah ribet juga loe ternyata, kirain nama gue aja yang orang lain suka salah nulisnya." Ucapnya sedikit gelak tawa

"Tapi bagus nama loe, gue suka. Lihatlah nama gue hanya lima huruf aja gak ada kepanjangan atau spasi nya."

"Tidak masalah kalau itu nama pemberian dari kedua orang tua loe."

"Hemm, bye the way loe tinggal dekat sini?" Tanya hurya

"Iya lumayan dekat rumah gue dengan sekolah. Dan lebih dekat lagi dengan pantai."

"Gue kira loe orang jauh, soalnya jarang lihat wajah loe dilingkungan dekat sekolah ini. Dan orang-orang yang sekolah disini pun rata-rata tinggal di daerah ini."

Lana terkekeh, "Gue tinggal deket sini kok."

"Padahal rumah gue di gang samping sekolah tapi kok gak pernah liat muka loe yah." Heran gadis berambut dora bergelombang itu.

"Yah gimana gak kelihatan, orang hari-hari nya ada di sanggar kalau enggak habis pulang sekolah langsung latihan ballet disana." Jawab Lana walaupun tidak suka kalau menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengan ballerina.

"Wihhh loe ballerina?" Ucapan kagum dari Hurya membuat Lana sangat malas dalam hatinya.

"Yah bisa dibilang begitu, tapi gimana ya jelasinnya gue pun baru satu tahun ini belajarnya karena dipaksa."

"Loh loh bukan keinginan loe berarti?" Tanya Hurya lagi.

"Bukan."

"Sebenernya diumur sepuluh tahun gue udah disuruh latihan buat jadi ballerina. Tapi gue gak mau dan terus ngebantah. Nah jadi deh satu tahun lalu gue mengikuti kemauan ibu gue."

"Jadi kalau bukan menjadi ballerina, loe ingin menjadi apa?" Belum sempat Lana menjawab, seluruh siswa yang berada diluar kelas lari cepat-cepat masuk kedalam dan murid lain yang tengah bermain dan bercengkrama didalam kelas pun memberhentikan keseruannya digantikan dengan langkah kaki menuju tempat duduk masing-masing.

"Assalamualaikum, selamat pagi." Seruan itu membuat seisi kelas langsung menatapnya dan seketika senyap.

Dia tampan, seperti berwibawa, nampak terlihat cerdas, hampir 98% sempurna dipenglihatan Lana.

Lana tidak berharap apa-apa. Lalu kemudian ketika dia memperkenalkan dirinya.

"Ray Asa. Ketua Osis SMP Negara. Pagi ini saya akan mengisi kelas 7-E menggantikan guru yang memperintahkan saya untuk masuk ke kelas ini."

Tegas. Dan seperti bertanggung jawab.

Lana diam dan tidak berperasaan apa apa. Namun entah bagaimana semesta akan mengaturnya. Dan entah bagaimana semesta akan membuat hal-hal yang mengejutkan nantinya. Diumur 13 tahun ini Lana belum mengarahkan hatinya pada percintaan. Pikirannya belajar dan hatinya masih dibaluti impian dan cita-cita. Tapi tidak tau nantinya. Apa mungkin dia akan membuka lebar-lebar pintu itu dan membiarkan orang lain masuk untuk singgah ataupun menetap selamanya.

Ada banyak hal yang tidak kita ketahui didunia ini. Mulai dari omongan manusia, hati seseorang dan perasaan. Semuanya terkadang tersembunyi menutupi jati diri.

Terpopuler

Comments

jani aming888

jani aming888

wahh makin dibuat penasaran

2023-07-23

0

Maisarah Asril

Maisarah Asril

Ga nyesel baca. 🙌

2023-07-16

1

LalyGamer 590

LalyGamer 590

Sudah gila menanti update-an baru!

2023-07-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!