Mulai hari ini kehidupan sekolah Langit akan banyak berubah tidak seperti dulu lagi. Misalnya, pada jam istirahat Langit harus pergi keluar kelas lebih tepatnya rooftop untuk mengantarkan bekal makanan pada Gio.
Seperti sekarang ini Langit sedang menuju ke rooftop sekolah. Sejak kejadian di lapangan upacara, orang-orang yang tadinya tidak tahu akan keberadaan Langit di sekolah sekarang mereka mulai mengenalnya. Kini saat Langit berjalan di sekitar lingkungan sekolah pun orang-orang akan selalu menatapnya. Dulu Langit tidak terlihat tapi sekarang dia paling menonjol diantara siswi-siswi yang lain.
Langit berhenti di ambang pintu rooftop saat tidak sengaja mendengar suara seseorang yang sedang bernyanyi sambil bermain gitar. Langit baru tahu kalau ternyata orang yang selalu di juluki monster tanpa ekspresi itu bisa memiliki suara yang merdu. Sama sekali tidak sesuai dengan wajahnya yang datar.
“Lama.”
Langit yang tadinya terhanyut oleh nyanyian dan suara gitar yang di petik, kini mulai gelagapan. “Maaf.”
“Mana bekal Gue?”
“Suara Kak Gio bagus, kenapa enggak ikut ekskul musik?” Tanyanya sambil memberikan kotak makan berwarna biru yang di atas tutupnya terdapat gambar seekor kucing.
“Enggak minat.”
“Kak Gio mau ajarin aku main gitar?”
“Males.”
“Nasi gorengnya enak?”
“Lumayan.”
“Kayaknya kak Gio harus rajin baca kamus Bahasa Indonesia.”
“Kenapa?”
“Supaya kosa katanya bisa lebih bervariasi.”
“Hm.”
Astaga, Langit benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana bisa ada manusia yang sulit berekspresi bahkan untuk bicara saja sangat sulit. Kenapa juga para perempuan banyak yang tertarik pada laki-laki seperti Gio. Walaupun wajahnya memang tampan. Tapi sepertinya hanya Langit saja yang tidak akan tertarik pada laki-laki itu. Karena Langit lebih tertarik pada laki-laki yang bisa merangkai kata-kata indah saat berbicara, atau pun saat mengungkapkan pemikirannya.
...•••••...
Mata yang tadinya tertutup kini perlahan-lahan mulai terbuka. Hal yang pertama kali di lihatnya adalah wajah laki-laki yang sekarang juga sedang menatapnya. Langit mengerjapkan matanya memastikan apa yang di lihatnya nyata atau tidak. Dia pun mencubit pipinya sendiri, terasa sakit berarti ini nyata bukan mimpi.
Lantas Langit bangkit dari posisi tidurnya karena teringat bahwa dia masih berada di sekolah. Dia takut jika bel masuk sudah berbunyi. Namun, Gio menarik seragamnya hingga membuat kepalanya terjatuh di atas paha laki-laki itu.
“Tidur lagi.”
“Aku tidur berapa lama?”
“Setengah jam.”
“Kenapa Kak Gio enggak bangunin aku?”
“Lo kelihatan kelelahan.”
“Ini pertama kalinya aku bolos.”
“Minggu kemarin Lo juga bolos.”
“Karena waktu itu aku di suruh keluar kelas, terus tiba-tiba kak Gio bawa aku keluar sekolah.”
“Bolos sekali enggak akan jadi masalah. Gue juga sering bolos, kok.”
“Itu bagi kak Gio, tapi bagi aku beda.”
“Hidup itu hanya sekali, jadi Lo harus menikmatinya.”
“Justru karena hidup itu hanya sekali, aku enggak mau menghabiskannya dengan hal yang enggak berguna.” Jelas Langit sambil memandang kearah langit biru yang cerah di siang hari.
Gio mengalihkan pandangannya dari layar ponsel pada wajah Langit. “Maksud Lo, mengistirahatkan tubuh yang kelelahan itu enggak berguna?”
“Bukan gitu maksudnya, kak.”
“Langit, jangan memaksakan diri. Terkadang kita perlu menjadi egois.” Ujar Gio dengan netra hitamnya yang menatap lekat sepasang netra milik Langit.
Langit salah tingkah saat di tatap seperti itu. Dia pun memalingkan wajahnya ke samping, memutuskan kontak mata dengan Gio. “Kalau kita egois, orang-orang akan menjauhi kita.”
“Berarti mereka juga egois. Kenapa mereka marah dan menjauh hanya karena kita enggak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan.”
Padahal tadi Langit yang lebih dulu memutuskan kontak mata dengan Gio, sekarang malah dia yang lebih dulu menatap laki-laki itu. Dia tidak tahu apa yang membuat Gio bisa berbicara panjang lebar seperti ini. Dan juga kenapa pembicaraan mereka menjadi lebih serius, bukannya tadi mereka hanya membicarakan tentang bolos sekolah.
“Membuat semua orang bahagia bukan tugas kita. Dan tidak ada salahnya menjadi egois kalau itu memang diperlukan untuk kebaikan kita dan orang lain.” Ucap Gio sambil membalas tatapan Langit.
Ada banyak sekali misteri pada laki-laki itu yang membuat Langit tertarik ingin mengetahui segala hal tentang Gio.
“Makanan favorit kak Gio apa?”
“Kenapa?”
“Katanya kalau pacaran itu harus tahu segala hal tentang pasangannya.”
“Enggak ada. Gue suka apa aja.”
“Menurut kak Gio hewan apa yang paling menggambarkan kakak.”
“Burung hantu.”
“Kenapa burung hantu?”
“Cari tahu sendiri.”
Karena merasa penasaran akhirnya Langit terpaksa mencari tahu sendiri.
Burung hantu tidak dapat melirik ke kanan dan kiri. Meski begitu, burung ini justru memiliki kemampuan untuk memutar kepalanya hingga 270 derajat. Selain itu, pendengaran dari burung hantu juga jauh lebih baik, sehingga membuat mereka akan lebih teliti dan tidak gegabah dalam memangsa. Burung hantu merupakan salah satu hewan buas yang cukup berbicara. Hal ini membuat burung hantu memiliki insting untuk memangsa jenis hewan lainnya, seperti tikus, ular, dan lain sebagainya. Namun, biasanya burung hantu akan mulai mengintai calon mangsanya terlebih dahulu, baru membawanya ke sarangnya.
Walaupun Langit hanya membaca setengah dari penjelasan yang di dapatkannya dari internet, tetapi kesimpulannya adalah ada kelebihan di setiap kekurangan. Tidak gegabah dalam melakukan berbagai hal. Dan sedikit berbicara, namun cukup matang dalam pertimbangan.
Sekarang Langit mulai paham sedikit tentang laki-laki tersebut. Namun, semua itu belum cukup memuaskan rasa penasarannya.
“Kalau tempat yang kak Gio suka?”
“Semua tempat di dunia ini kecuali rumah.”
“Kenapa rumah?”
“Enggak semua hal harus Lo tahu.”
Apa yang di katakan oleh Gio ada benarnya. Mereka berdua hanya pura-pura menjadi pasangan. Tidak ada hak untuk Langit menanyakan sesuatu yang bersifat sangat pribadi.
“Maaf.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Raudatul zahra
lanjooooootttttt thoorrrr
2023-09-24
0
Beerus
Terima kasih telah membuat kami terhibur dengan cerita yang luar biasa ini. Semoga terus sukses 🙏
2023-07-17
0
Amelia Quil
Setiap kali membaca, aku selalu terbawa suasana. Teruslah menghasilkan karya yang menginspirasi, author.
2023-07-17
0