Bab 4

"Tuan Duke, sepertinya ada hal yang harus saya sampaikan." Duke Afsan meletakkan kacamatanya dan berhenti menandatangani dokumen.

Duke melihat Lawson dan berkata, "Katakan saja. Aku dari tadi melihatmu ingin mengatakan sesuatu tapi ragu. Ada apa? Apakah masalahnya serius?"

"Ini tentang Nona Lucia. " Duke Afsan menghentikan ucapan Lawson dengan isyarat tangannya.

"Aku sudah pernah bilang kalau aku tidak ingin membicarakan anak itu," ucap Duke Afsan dengan nada tidak suka. Dia masih ingat saat istrinya harus pergi ke dunia lain setelah melahirkan Lucia. Duke Afsan masih tidak rela.

Lawson tidak berkata apa-apa lagi dan pamit undur diri dari ruang kerja Duke.

Awalnya Lawson ingin mengatakan pada prajurit untuk menyampaikan pesan bahwa Duke tidak bersedia menemui Lucia, tapi Lawson mengurungkan niatnya dan ingin menemui Lucia secara langsung.

Lawson tidak akan melupakan tatapan kekaguman dari saudaranya Dawson yang mengatakan bahwa Nona Lucia sudah berubah, dia kejam dan bisa memanfaat kekuasaan Duke untuk mengatasi masalah di Istana Jasmine.

"Bukankah kita sudah menunggu beberapa jam di sini, Nona? Tapi kenapa tidak ada yang memanggil kita untuk masuk ke dalam?" Tanya Momo yang sedang berbaring santai di meja gazebo dengan piring camilan yang sudah kosong.

"Tunggu sebentar lagi, seseorang akan datang," jawab Lucia dengan tenang. Beberapa kali dia menyesap teh mawar yang disajikan. Rasanya lebih terasa manis daripada teh jasmine yang ada di kediamannya.

Lucia melihat dari kejauhan, seorang pria yang mirip dengan Dawson. "Ini pasti Lawson," pikir Lucia. Benar saja, pria itu mendekat ke gazebo dan berjalan ke arahnya.

"Selamat sore Nona Lucia," sapanya di sertai dengan sedikit membungkuk menghormati Lucia.

Lucia tidak menjawab tapi hanya tersenyum dan bertanya, "Apakah aku bisa menemui Tuan Duke, sekarang?"

"Maaf Nona, Tuan Duke tidak ingin melihat Nona jadi beliau meminta Nona untuk kembali ke Istana Jasmine," ungkap Lawson dengan helaan napas tak berdaya.

Lucia berdiri mendekati Lawson dan berkata, "Aku ingin menemui Duke, antarkan aku ke ruang kerjanya sekarang."

"Tidak bisa Nona, Tuan Duke pasti akan marah besar," tolak Lawson dengan tegas.

"Aku tidak peduli, kau bisa antar aku atau tidak? Jika tidak bisa aku bisa pergi sendiri walaupun sedikit merepotkan."

Lucia kembali akan memasuki kediaman sebelum di hadang lagi oleh dua penjaga. Lawson pun dengan panik terburu-buru mengejar Lucia.

Dua penjaga itu lengah hingga tak sadar Lucia mengangkat tangannya dan memukul leher mereka hingga pingsan. Lawson terkejut melihat yang terjadi di depannya.

Sejak kapan Nona Lucia jadi begitu kuat hingga membuat dua penjaga pingsan?

Bukahkah Nona Lucia penakut dan lemah lembut?

Kemana kepribadian Nona yang biasanya? Kenapa begitu berbeda?

Lawson pun teringat cara Lucia dengan anggun meletakkan cangkir teh. Dia mengingat lagi cara Lucia menatapnya penuh percaya diri.

Akhirnya Lawson pun percaya sepenuhnya dengan perubahan Nona Lucia seperti yang dikatakan oleh Dawson.

Tidak butuh lama mencari, Lucia menemukan ruang kerja Tuan Duke yang dijaga oleh 2 pria lagi. "Ada penjaga lagi," batin Lucia. Kucing gendut Momo berlari mengejar Lucia diikuti oleh Lawson di belakangnya.

Dua penjaga itu juga tidak mengijinkan Lucia masuk. Dan Lucia melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan pada penjaga sebelumnya.

Lawson terengah-engah menyusul Lucia. "Nona Lucia berlari dengan cepat. Apakah ini stamina yang dimiliki keluarga Duke?" Tanya Lawson di pikirannya.

Sebelum Lucia membuka pintu, Lawson meneriaki kehadiran Lucia dan di jawab sangat ketus oleh Duke Afsan.

Terdengar suara gebrakan meja disusul dengan ucapan Duke yang terdengar kesal. "Bawa anak itu pergi, aku tidak ingin bertemu dengan dia. Aku sudah bicara padamu sebelumnya kan, Lawson?"

"Berhenti menggangguku dengan hal-hal yang tidak penting," bentak Duke.

Brak!!

Pintu didobrak dengan keras oleh Lucia. Duke terbelalak melihat sosok Lucia yang sangat mirip mendiang istrinya.

Rambut hitam panjang tergerai seperti langit malam dan mata biru seperti cerahnya langit. Wajah yang teduh dan anggun. Semuanya sama persis. Hanya saja dia terlalu kurus dan pakaiannya lusuh.

Beberapa menit Duke terdiam menatap Lucia. "Kau Lucia?" Tanya Duke lirih yang di jawab dengan ketus oleh Lucia.

"Ya. Anda cukup lama meninggalkan putri anda, sampai Duke tidak menyadari kalau putri anda sudah mati,"  ledek Lucia dengan suasana di ruangan Duke yang semakin dingin.

Lucia duduk di sebuah sofa yang memang biasanya diduduki tamu yang berkunjung. Kecantikan dan keanggunan Lucia begitu terasa walau dia menggunakan gaun lusuh. Kucing di lantai merengek dan naik kepangkuan Lucia.

Suasana sangat sunyi untuk beberapa saat. Bahkan suara helaan napas pun tidak ada. Terasa menegangkan. Tapi pandangan Duke tidak terlepas dari Lucia.

Mata sebiru lautan itu sama persis dengan milik istrinya. Hanya saja, sorot mata itu menunjukkan ketidakpedulian dan kesuraman yang sulit dijelaskan.

Mata yang tajam tapi tenang sangat berbeda dengan milik istrinya yang meneduhkan dan berisi keceriaan.

Jika dibandingkan, istrinya memiliki mata yang cerah dan Lucia memiliki mata yang gelap dan suram.

Hanya rambut mereka yang sama sangat indah. Duke kemudian memperhatikan gaun yang digunakan Lucia. Dia mengernyitkan dahi dan berpikir, "Bukankah setiap bulan dia mendapat 1500 koin emas sebagai uang bulanan? Ada apa dengan pakaian lusuh ini?"

Lucia pun tidak ingin berlama-lama dan langsung memulai percakapan. "Duke pasti heran alasan saya harus memasuki kediaman anda dengan paksa."

"Duke, saya tidak akan banyak berbasa-basi dengan anda. Saya ingin bertanya pada Duke, apakah ibu melahirkan saya dan mempertaruhkan hidupnya agar saya hidup menderita?"

"Apa maksudmu?" geram Duke hingga dia berdiri dan menggebrak meja. Lucia mengingatkan hal yang menjadi titik balik kemarahan Duke.

Lucia menoleh ke Lawson dan melihat Duke lagi. "Tidakkah pelayan Duke memberitahu setiap kejadian yang ada di Istana Jasmine?"

Ucapan Lucia membuat punggung Lawson berkeringat. Dia pun menceritakan semua hal yang menimpa Lucia pada Duke. Setiap hal yang diceritakan membuat bola matanya bergetar, wajahnya mulai memerah dan kemarahan memenuhi kepalanya.

Duke menampar Lawson dengan kuat hingga jejak telapak tangan itu masih tertinggal di sana. "Lawson beraninya kau tidak menceritakan ini semua!"

Kedua tangan Duke mencengkram bahu Lawson dengan kuat. Kata selanjutnya dari Lucia membuatnya sadar bahwa itu bukan kesalahan Lawson tapi semua adalah kesalahannya sendiri.

"Heh, tidakkah Duke merasa lucu? Kenapa Duke harus marah? Bukankah Duke yang memerintahkan Lawson untuk tidak menceritakan apa pun tentang saya?"

"Anda adalah seorang Duke. Apa mungkin sedikit pun cerita tentang saya tidak akan sampai di telinga anda selama bertahun-tahun ini."

"Siapa yang anda coba bodohi? Atau anda hanya mencoba untuk menutupi rasa bersalah anda karena menelantarkan saya selama bertahun-tahun?"

"Atau mungkin anda juga berpikir seperti ini 'itulah yang seharusnya kamu dapatkan karena telah merenggut istriku, istriku sudah mati kamu sebagai penyebab juga harusnya menderita', bukan begitu?"

Duke mengendurkan cengkaramannya di bahu Lawson. Dia berjalan pelan ke sisi meja dan menghadap ke jendela memunggungi mereka. Dia memegang dada sebelah kirinya yang terasa nyeri.

Semua itu fakta. Dia sangat membenci anak perempuannya itu. Tapi saat ini dia melihat Lucia yang sama persis dengan mendiang istrinya dia pun sangat menyesal.

Terpopuler

Comments

Frando Kanan

Frando Kanan

cih....gk ada gunany penyesalan dsr duke tua bangka busuk

2023-10-08

2

Frando Kanan

Frando Kanan

cih....hanya krn itu? lhtlh....Lucia yg asli udh mati krn lo...

2023-10-08

1

Wanda Wanda i

Wanda Wanda i

good girl

2023-10-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!