Abang Tampanku

Mobil keluarga Adhitama memasuki halaman sebuah rumah besar dengan desain mewahnya. Putri mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil, menatap sekeliling rumah yang seperti istana baginya itu.

Arsitektur rumah yang berdiri di atas tanah seluas ribuan itu terlihat ekstravaganza dengan desain minimalisnya yang futuristik dan memiliki nilai estetika tinggi. Rumah yang sangat megah dan unik, sedangkan interior dalamnya yang terkesan sangat modern tak kalah mewahnya dengan lantai marmer hitamnya dan dinding granit putihnya.

"Apa ini rumah ayah dan bunda?" tanya Putri yang masih takjub. Sejak dari dalam mobil, Putri tidak berhenti berdecak kagum melihat rumah besar yang baru pertama kali ia lihat seumur hidupnya.

"Bukan. Ini rumah Om Agust, sahabat ayah. Kita akan menjemput abangmu di sini," jawab Fajrin yang berjalan di belakang Jovita yang menuntun Putri untuk memasuki rumah itu.

"Abang!" ucap Putri yang tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "Jadi, aku punya abang?" tanya Putri lagi dengan ekspresinya yang menggemaskan, seolah-olah ia tidak mempercayainya.

"Iya, abang!" jawab Fajrin yang berjalan di belakang mereka dengan penuh penekanan karena gemas pada Putri. "Apa aku boleh memanggilnya, abang?" Putri kembali bertanya dengan suara pelan dan ragu-ragu.

Putri melakukannya lagi, memainkan kedua jari telunjuknya dengan mempertemukan kedua ujung jari telunjuknya itu. Hal yang selalu dilakukan Putri saat ia takut melakukan kesalahan dan hal itu membuat wajahnya semakin tambah menggemaskan.

"Tentu saja, boleh. Dia akan menjadi abangmu," sahut Jovita seraya membelai lembut pucuk kepala Putri. Putri bertepuk tangan gembira mendengarnya.

"Put, kau harus tahu, abangmu itu sangat tampan seperti ayah. Apa kau tahu kenapa?" kata Fajrin pada Putri yang menggelengkan kepalanya, "karena ayah adalah pria paling tampan di dunia. Jadi, dia juga akan menjadi abang paling tampan dan yang paling hebat untukmu!" ucap Fajrin penuh percaya diri.

"Benarkah? Apa abang akan menyukaiku?" tanya Putri polos. "Tentu saja, siapa yang berani tidak menyukai tuan putri ayah yang cantik ini!" ucap Fajrin seraya mencubit gemas pipi Putri.

"Apa nanti, aku juga boleh memeluk abang?" tanya Putri dengan antusias. "Hmmm..." Fajrin sengaja menahan ucapannya, seperti tampak berpikir sebelum menjawab pertanyaan itu, membuat putri pun semakin menatap penuh harap padanya.

"Tentu, boleh," jawab Fajrin dengan tawanya karena semakin gemas melihat ekspresi Putri. Putri pun tersenyum mendengarnya. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan abang tampannya itu.

Setelah dipersilahkan masuk, Putri memiringkan kepalanya dan memfokuskan pandangannya ke arah belakang sahabat ayahnya yang dipanggil Om Agust itu, sang pemilik rumah.

Putri menemukan sosok seorang anak laki-laki seumuran dengannya yang berdiri di balik tubuh Agust. Sepasang mata indah Putri pun mulai mengamati bocah laki-laki itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Tampan!" seru Putri dalam hati. Dengan gaya khas anak kecil, Putri pun langsung berlari dan memeluk bocah laki-laki itu. "Abang!" panggil Putri ceria.

Bocah laki-laki itu pun langsung mematung karena terkejut. Pipi putih chubby-nya seketika memerah, "Papah!" ucapnya seraya menarik tangan Agus yang berdiri di depannya. Ketiga orang dewasa itu pun tertawa melihat tingkah dua bocah itu.

"Apa tuan muda Dexter kita malu dipeluk seorang gadis?" ledek Agust Dexter pada putra semata wayangnya, Kei Alexis Dexter, yang berarti pejuang cerdas yang diberkati.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka sedari tadi dari lantai dua. Sepasang mata itu tampak tidak suka saat pertama kali matanya menangkap sosok bocah mungil itu yang bergelayut manja di gendongan ayahnya dan sesekali berbicara manja pada bundanya.

Lalu, sekarang memeluk teman bermainnya tanpa malu, "Apa-apaan dia? Memangnya, siapa dia!" pikirnya seraya menatap tajam Putra di bawah sana.

Fajrin yang menyadari keberadaan putranya itu, melambaikan tangan seraya memanggilnya, "Hei, Vincent Adhitama! Apa kau tidak mau pulang, Boss?" teriak Fajrin.

Anak laki-laki yang dipanggil pun menuruni tangga satu persatu, berjalan menghampiri kedua orang tuanya dengan wajah datarnya, tapi sepasang matanya tidak beralih dari sosok Putri, menatapnya lekat dengan tatapan tidak sukanya.

"V, kemarilah! Bunda ingin memperkenalkan Putri padamu. Dia adalah adikmu dan mulai sekarang kau akan menjadi abangnya dan Putri, ini Vincent, abangmu," jelas Jovita kepada anak-anaknya itu.

Putri tersenyum dan berniat memeluk Vincent, tapi sebelum itu terjadi, "Apa! Adik? Aku tidak pernah punya adik. Kenapa aku harus memanggilnya adik? Dia bukan adikku!" jawab Vincent dengan ketus.

"Sayang, kenapa kau berkata seperti itu? Bunda tidak suka mendengarnya," balas Jovita dengan lembut, tapi Vincent tetap menatap Putri dengan kesal, "baiklah, kita akan bicarakan ini lagi di rumah dan bunda tidak ingin mendengar putra kesayangan bunda bicara seperti itu lagi, oke!" lanjut Jovita.

Vincent yang kesal pun berlalu begitu saja masuk ke dalam mobil keluarga Adhitama dan Putri yang mendengarnya pun melepaskan pelukannya dari Kei.

Kei yang menyadari teman barunya sedang bersedih dan hampir menangis, tiba-tiba memeluk Putri seraya menepuk-nepuk pelan punggung Putri. "Tidak apa-apa. Jangan menangis! Kau anak yang kuat," ucapnya menirukan cara papahnya setiap kali menenangkan tangisnya.

"Kalau V tidak mau jadi abangmu, aku juga bisa jadi abangmu," kata Kei dengan begitu imut, khas anak kecil berumur 5 tahun, berusaha menghibur Putri dengan sungguh menggemaskan.

Putri menatap Kei dengan tak kalah imutnya. "Benarkah? Apa aku juga boleh memanggilmu abang?" tanyanya penuh harap. "Baiklah, kau bisa memanggilku, abang Kei," jawab Kei dengan gaya malu-malunya. Pipi putihnya kembali merona.

"Namaku, Putri dan aku akan memanggilmu Kak Kei," balas Putri juga dengan tersenyum ceria. Senyuman yang begitu cantik dan berkesan di mata Kei. "Apa aku juga boleh bermain dengan Kak Kei nanti?" lanjut Putri.

"Kau boleh datang kapan saja. Selain V, juga ada Sasa. Kita bisa bermain bersama," jawab Kei antusias. Dua bocah itu saling tertawa kecil, sedangkan para orang tua itu terdiam menyaksikan interaksi menggemaskan kedua bocah itu.

"Hei, Gust! Sepertinya, putramu mewarisi bakat playboy-mu! Lihatlah, bagaimana dia merayu putriku! Sepertinya, aku akan menjadi besanmu kelak!" ledek Fajrin seraya menyikut pelan sahabatnya itu.

Agust sendiri hanya terkekeh menanggapinya, "Keanu, sepertinya, putri kecilmu sudah berhasil mencuri hati pangeran kecilku," ucap batin Agust dibalik senyum manisnya.

"Sayang, apa kita pulang sekarang? Sepertinya, kau harus membujuk anak manjamu itu," ucap Jovita menyela percakapan keduanya.

"Kau benar, Sayang. Sepertinya, malam ini akan menjadi malam yang panjang untukku membujuk bocah nakal itu," ucap Fajrin seraya menghela nafas panjang saat matanya melihat Vincent yang menatap tajam ke arahnya dari dalam mobil.

"Ayo, Putri, kita pulang! Pamit dan beri salam pada Om Agust dan Kei!" kata Jovita pada Putri. Setelahnya, Jovita pun menuntun Putri untuk kembali ke mobil. Putri melambaikan tangannya pada Kei, "Dadah, Kak Kei!" seru Putri.

Kei pun membalas lambaiannya itu. "Pah, apa Putri akan sering bermain ke sini?" tanya Kei pada Agust yang berdiri di sampingnya. Agust menoleh pada Kei, "Apa kau menyukainya?" tanyanya.

Kei pun mengangguk malu, membuat sang ayah tersenyum melihatnya, "Baiklah, papah akan memintanya untuk menjadi teman bermainmu. V dan Putri bisa bermain bersamamu di sini," ucapnya seraya menggendong putra kecilnya itu, "tapi ingat, kau tidak boleh bermain sampai kelelahan! Janji?" ucapnya pelan seraya mengelus-ngelus pucuk kepala Kei dengan lembut.

Kei mengalungkan tangannya ke leher ayahnya itu, "Baiklah. Aku janji," ucapnya pelan seraya merebahkan kepalanya di bahu Agust. "Sekarang, istirahatlah," kata Agust seraya membawa Kei kembali ke kamarnya.

***

Sementara itu di perjalanan, hanya ada keheningan yang tercipta di dalam mobil keluarga Adhitama. Sesekali, Fajrin dan Jovita melirik Vincent yang duduk di belakang dari kaca spion tengah.

Bocah itu tampak memanyunkan bibirnya sepanjang perjalanan. Wajahnya masam dengan mata yang berair. Setiap kali mata mereka bertemu di kaca spion, Vincent akan memalingkan wajahnya dengan merajuk.

Terlebih lagi sekarang, Vincent menyaksikan Putri yang sedang tertidur nyenyak di pangkuan bundanya. Bukankah seharusnya dialah yang berada di pangkuan itu, tapi sekarang dia malah duduk sendirian di kursi penumpang! Rasanya, ingin sekali ia melempar bocah itu ke luar dari mobil ayahnya ini dan meninggalkannya sendirian di tengah jalanan sepi ini.

Cemburu? Ya, bocah tampan itu merasakan cemburu pada Putri. Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja muncul seseorang dalam hidupnya dan langsung berhasil merebut perhatian kedua orangtuanya yang biasanya hanya tertuju pada dirinya seorang.

"Dan adik? Bagaimana bisa dia menjadi adikku, bahkan aku tidak pernah memintanya pada ayah dan bunda? Aku tidak pernah minta dibuatkan adik! Kenapa sekarang aku punya adik?" pikir Vincent.

"Dan kenapa adik itu sebesar ini? Dia bahkan sudah bisa berbicara dan berjalan. Bukankah teman-temanku yang mendapatkan adik akan memiliki adik yang kecil seperti boneka? Kenapa adikku berbeda? Kenapa perut bunda tidak pernah membesar padahal adiknya sebesar dia?" Vincent mengerutkan keningnya memikirkan segala pertanyaan yang bermunculan di kepalanya itu.

"Aku tidak menyukainya! Dia pasti akan mengambil ayah dan bunda. Tidak! Aku tidak akan membiarkannya. Ayah dan bunda hanya milikku!" Vincent hampir saja menangis memikirkannya, tapi sekuat tenaga ia berusaha menahannya. "Akan sangat memalukan untuk anak laki-laki berumur 7 tahun sepertiku menangis di depan ayah!" pikirnya.

Akhirnya, Vincent pun memutuskan untuk merubah posisinya menjadi rebahan di kursi belakang. Lama, Vincent menatap langit-langit mobil lalu memalingkan wajah tampannya menghadap sandaran kursi, menyembunyikan wajah cengengnya yang hampir menangis itu, sampai ia ikut terlelap di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!