Setelah melewati proses panjang penolakan, akhirnya, Vincent sudah mulai bisa menerima kehadiran adik besarnya itu. Ya, walaupun tetap saja baginya, adik besarnya itu sangat menyebalkan.
Adik manjanya itu selalu menempel dengannya, mengikuti ke mana pun ia pergi. Makan di meja yang sama dan di waktu yang sama. Selalu ikut bermain ke rumah Kei.
Pergi ke sekolah yang sama, walaupun tidak satu kelas karena Vincent 2 tingkat di atasnya, bahkan Putri tidak segan-segan akan memaksa tidur di kamar abang kesayangannya itu.
Dan yang paling menyebalkan adalah Putri sangat suka memeluk abangnya itu, bahkan tidak jarang, pelukan itu berakhir dengan dorongan Vincent hingga Putri terjatuh.
Lain halnya dengan Kei yang sangat senang jika Putri memeluknya, bahkan kedua bocah itu semakin dekat. Mereka selalu bermain bersama, apalagi mereka satu ruangan kelas di play group, hampir setiap hari mereka bertemu, kecuali hari libur tentunya.
Ah, jangan lupakan Sasa! Sasa adalah sepupu Kei yang juga sering bermain bersama mereka, tapi sayang Sasa bersekolah di sekolah yang berbeda. Jadi, mereka hanya bertemu saat janji bermain bersama.
Dan itulah, alasan Vincent sering bermain ke rumah Kei, agar ia bisa bertemu Sasa, cinta monyet masa kecilnya. Itu pula, yang membuat Putri dan Kei semakin dekat karena saat ada Sasa, Vincent akan bersikap cuek pada adiknya itu. Sangat cuek!
Vincent hanya akan fokus pada Sasa, sedangkan Sasa sendiri lebih memilih bermain bersama Putri serta Kei dan malah sering mengacuhkan Vincent.
***
Hari ini adalah hari minggu. Seperti biasa, mereka akan bermain ke rumah Kei, tapi sepertinya, tidak untuk hari ini. Ponsel Agust berdering. Tertulis "Jovita" di layar ponselnya, lantas ia pun mengangkatnya, "Halo!" sapanya.
"Halo, Gust! Putri ingin bicara," sahut Jovita. "Ya, tentu saja. Berikan padanya," jawab Agust. "Ini, Put!" Jovita pun menyerahkan ponselnya pada Putri.
"Halo, Put!" sapa Agust. "Halo, Om! Apa Kak Kei ada di sana?" tanya Putri dengan suara riangnya. "Oh, iya, ada. Kei! Putri ingin bicara denganmu," panggil Agust seraya menyerahkan ponselnya pada putranya itu.
"Halo, Put! Aku sedang bermain di taman bersama papah. Aku punya dandelion. Bunganya halus, lembut dan punya benih yang bisa terbang," cerita Kei dengan sangat antusias.
"Oh, ya! Bisakah aku minta satu, Kak Kei?" pinta Putri dengan nada yang manja. "Baiklah. Aku akan bawakan satu untukmu," jawab Kei dengan yakin.
"Yeeeey!" sorak Putri senang. "Lalu, kau bisa meniupnya," sekali lagi Kei sangat antusias berbicara dengan Putri. "Waaah! Hahaha... " begitu pula, Putri yang sudah membayangkan bagaimana serunya mereka bermain nanti.
"Dah, Putri! Sampai jumpa di rumahmu," seru Kei. "Dah, Kak Kei!" balas Putri seraya mengakhiri panggilannya.
"Lihat, Kei! Sepertinya, dandelion-nya tinggal satu. Ini yang terakhir," ucap Agust menunjuk sekuntum bunga dandelion yang ada di taman itu.
"Uh! Yang ini untuk Putri," ucap Kei seraya memetik bunga dandelion itu. "Pelan-pelan! Jangan meniupnya sekarang!" ucap Agust sebelum ia berjalan menuju mobilnya. Kei pun sangat berhati-hati membawa sekuntum dandelion yang akan ia persembahkan untuk Putri itu.
Kei menjaganya dengan kedua tangan kecilnya, "Papah, ini berangin!" keluh Kei yang berhenti berjalan. Kemudian, ia membawa dandelion itu ke dalam dekapannya dan melindunginya dari hembusan angin dengan tubuh mungilnya.
"Jangan angin! Jangan kau tiup dandelion-nya Putri! Uuh! Mobil papah masih jauh," gerutu Kei kembali melanjutkan langkahnya dengan pelan.
"Lihat, Pah! Aku bahkan tidak meniupnya," ucap Kei dengan memanyunkan bibirnya. Agust yang mendengarnya, menghentikan langkahnya, berbalik dan tersenyum melihat putranya, "Kau bisa melakukannya, Nak," ucapnya lalu kembali berjalan.
"Uh! Uh! Oh, tidak!" Kei semakin panik saat satu persatu bunga dandelion di tangannya mulai beterbangan. "Masih banyak yang tersisa untuk Putri. Ayolah! Kita akan memberikannya," ucap Agust menyemangati Kei yang berusaha dengan gigih.
***
Sesampainya di kediaman Adhitama, Kei perlahan turun dari mobil ayahnya. Tangannya mulai merasa lelah karena terus-menerus melindungi bunga itu, "Hampir sampai!" ucap Kei berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Putri yang melihat Kei datang melambaikan tangan dari balkon kamarnya, "Kak Kei!" teriak Putri. "Putri, aku membawakan dandelion-mu," teriak Kei, tanpa menunjukan bunga di tangannya itu. Ia masih melindungi bunga itu dari hembusan angin.
"Waah, tunjukan padaku!" pinta Putri antusias. "Tidak. Kau harus turun dan meniupnya sendiri!" jawab Kei. "Baik, aku datang," sahut Putri dan Putri pun berlari ke luar dari kamarnya.
Kei dan Agust pun berjalan ke pintu masuk rumah itu. "Selamat pagi! Lihat, ada siapa di sini!" sapa Jovita yang membukakan pintu. "Pagi, Tante Jo!" balas Kei ceria.
"Oh! Apa yang kau bawa, sayang?" tanya Jovita yang memperhatikan tangan mungil Kei yang seperti tengah menyembunyikan sesuatu di baliknya.
"Aku punya sebuah... " ucap Kei yang akan menunjukan dandelion itu, tapi ucapannya terpotong saat Putri tiba-tiba datang menghampirinya dengan berlari. "Put!" ucap Kei terkejut. "Kak Kei!" Putri langsung memeluknya membuat bunga dandelion itu berterbangan ke udara.
"Lihat! Hah!" Kei semakin terkejut saat menyadari bunga dandelion di tangannya telah habis, "oh, tidak!" ucapnya menengadahkan kepalanya ke atas memandangi bunga dandelion yang terbang semakin tinggi.
"Lihat! Lihat!" ucap Putri yang senang melihat bunga dandelion itu berterbangan di atas kepalanya seraya bertepuk tangan. "Dandelion-mu, Put... sekarang semua bunganya sudah hilang," ucap Kei terlihat sedih.
"Sayang sekali," ucap Jovita. "Aku membawanya berjalan... dari taman... dan aku membawanya sampai kesini," ucap Kei sambil memperagakan bagaimana cara ia membawa bunga dandelion itu tadi dengan wajah sedihnya.
"Dan kau berhasil melakukannya, Nak," ucap Agust seraya menepuk pelan punggung anaknya. "Tapi, aku ingin menunjukannya lebih dulu, baru Putri meniupnya," kata Kei memanyunkan bibirnya dengan tertunduk.
"Ooooh... " ucap Putri merasa bersalah. "Kei sayang, tante tahu kamu kecewa, tapi Putri memelukmu karena sangat senang bertemu denganmu," hibur Jovita. "Aku tahu..." sahut Kei.
"Bagaimana kalau kita masuk dulu? Kalian bisa bermain di dalam. Jangan lupa panggil Vincent! Tante akan membuatkan makanan yang enak untuk kalian," bujuk Jovita.
Mendengarnya, senyuman gigi kelinci itu mengembang. "Pah, papah pergilah! Aku di sini saja bersama Putri dan V," kata Kei sambil mendorong Agust pelan.
"Uh, yeeeay! Kita bermain!" pekik Putri girang seraya mengangkat kedua tangannya dengan heboh. "Ayo, kita bermain!" ucap Kei meniru Putri.
"Baiklah, Tante Jo akan menjaga kalian," ucap Agust. "Iya, tentu saja," jawab Jovita. "Dan ingat, ironman jangan sampai kelelahan, oke!" pesan Agust pada putranya seraya mengacungkan jari telunjuknya dan menggoyangkannya.
"Siap, kapten!" sahut Kei dengan wajah imutnya. "Kalau begitu, papah tidak akan lama. Dah," ucap Agust seraya mengelus pucuk kepala Kei dengan lembut. "Dah, Papah!" balas Kei yang memeluk kaki Agust dengan erat.
***
Saat bermain, tidak sengaja jari Kei terjepit mainan, "Aaw!" ringisnya kesakitan sambil memegangi jari telunjuknya. Putri dan Vincent pun berlari menghampiri Kei. Begitu pula, Jovita.
"Kau kenapa, Kei?" tanya Taehyung khawatir. "Oh, sayang!" ucap Jovita seraya berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan posisi Kei. "Aaw, sakit!" ringis Kei sekali lagi.
"Kasihan, Kak Kei!" kata Putri iba seraya membelai rambut Kei. "Tidak apa-apa. Bukankah ironman anak yang kuat? Kemarilah! Tante akan memberikan pelukan untukmu," ucap Jovita berusaha menghibur Kei dengan memeluk bocah yang hampir menangis itu.
"Aku ingin pelukan papah..." suara Kei terdengar bergetar karena menahan tangis. "Oh, sayang! Tante tahu kamu menginginkannya. Kamu bisa mendapatkannya setelah papahmu pulang, oke!" ucap Jovita lembut.
Begitulah Kei yang begitu dekat dengan papahnya karena selama ini hanya Agust lah satu-satunya yang ia miliki. Ibunya meninggal saat melahirkannya dan semenjak kematian istri tercintanya, Agust tak pernah berniat untuk menikah lagi, bahkan hanya untuk sekedar mencarikan ibu sambung baru untuk Kei.
Agust membesarkan dan merawat putranya dengan tangannya sendiri, walaupun dibantu oleh para ahli di bidangnya. Putranya berbeda! Itulah yang selalu ditekankan Agust pada dirinya dan juga pada orang-orang yang membantunya merawat putra kesayangannya itu.
Putranya harus diperlakukan spesial, tidak hanya di rumah, bahkan di sekolah, Kei selalu mendapat perlakuan istimewa. Bukan karena Kei adalah putra tunggal orang terkaya di negeri ini, tapi karena satu hal yang tidak diketahui orang banyak.
Satu rahasia yang hanya diketahui oleh Agust Dexter, sang ayah dan beberapa orang yang berkepentingan saja, bahkan Kei sendiri pun belum mengetahuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments