Asal jangan menerkam ku

Di persimpangan Emilio menghentikan laju kendaraanya.

"Kita ke arah mana?" Melirik kecil ke arah Aliliana yang tampak melamun keras.

Tanpa berfikir Aliliana menjawab "Kemana saja, aku ingin menjauhi rumah"

"Lalu kemana aku harus mengantar mu?" tanya Emilio.

"Kau membuang ku pun aku tidak keberatan" kata Aliliana tanpa pertimbangan.

Mendengar ucapan itu Emilio tersenyum masam.

"Tampaknya kau pun mulai berfikir untuk mengakhiri hidup seperti aku?" Senyum mencibir.

Aliliana menoleh dengan sudut tidak suka "Dengar! Kita berbeda, aku bukan ingin mengakhiri hidup hanya sedang tidak ingin bertemu dengan Suami dan Mertua ku."

"Menyenangkan sekali mendapat mertua jahat" sindir Emilio sambil tersenyum mengejek.

"Berhentilah menyebutnya, aku sekarang sedang frustasi."

"Menyenangkan mendapat teman yang sama sama frustasi, apa kita bisa mulai merencanakan mati bersama?" Emilio kembali menoleh untuk melihat persetujuan dari wajah Aliliana.

"Hei berhentilah, aku ingin tidur"

"Baiklah. Barangkali kau ingin terbangun di surga? Sepertinya aku bisa melakukannya"

Aliliana menyeringai, menunjukkan ancaman "Hei! Kau yang akan menanggung akibat kalau sampai terjadi sesuatu kepadaku"

Emilio tertawa kecil "Ia. Ia. Aku akan mengemudi dengan baik"

"Ya tepat, itu yang harus kau lakukan"

"Apa kau tidak takut aku akan membawa mu ke suatu tempat yang jauh?"

"Aku tidak peduli" Aliliana menjawab dengan malas.

"Jauh sampai kau tidak bisa menemukan jalan untuk pulang" tambah Emilio.

"Asal kau tidak menerkam ku hidup hidup, aku tidak peduli" Aliliana kembali menjawab sembarangan.

"Hei, kau cantik. Apa kau tidak takut aku akan melakukan sesuatu kepadamu?"

"Lakukanlah!. Setidaknya buat fitnah itu menjadi nyata, dan skandal mu akan semakin rumit karena aku" Aliliana tak bercanda dengan ancamannya.

"Kalau kau setuju, aku bersedia ber skandal kembali karena mu"

"Usia mu masih sangat muda, kau akan rugi bila ber sekandal dengan ku, aku ini perempuan bersuami, kau akan kehilangan masa depan mu. Aku peringatkan! Berhentilah mengacaukan kantuk ku, aku perlu istirahat."

"Ya, aku tau. Setidaknya jangan ingatkan aku tentang suami mu, aku jadi kesal. Tapi kau sangat mempesona, aku jadi tidak bisa berhenti memikirkan mu"

"............"

Tak ada sahutan dari Aliliana.

"Kau tau?. Akan banyak laki laki terpesona oleh mu, untuk itu sebaiknya jaga diri baik-baik"

"Mm" Aliliana merespon dengan gumaman.

"Kau perempuan istimewa Lili. Kau mampu mengubah pendirian orang lain, dan mengubah langkah putus asa seseorang menjadi lebih berharga" Emilio menoleh untuk melihat respon Aliliana. Namun akhirnya Emilio memilih diam saat melihat Aliliana sudah memejamkan matanya.

Melihat Aliliana hanya memakai dress tanpa lengan Emilio tergerak untuk menepi sesaat untuk membuka jaket yang di pakainya lalu di selimut kan ke tubuh Aliliana.

Satu jam berlalu.

Aliliana merasa tubuhnya sedikit berat, lalu pelan pelan membuka mata dan mendapati jaket berwarna hitam menyelimuti tubuhnya tersinar cahaya mobil temaram. Aliliana bangkit saat tidak melihat siapapun bersamanya, plingak-plinguk mencari orang ke semua kursi tetapi tidak membuahkan hasil.

Kemudian Aliliana keluar dari dalam mobil dan mendapati Emilio berdiri di luar sana du ujung cahaya lampu mobil sambil melihat ke arah bawah di mana ada ribuan lampu kota kerlap-kerlip bak bintang di langit.

Aliliana berjalan ke dekat Emilio, bersandar pada pagar besi yang sengaja di buat untuk memagari tepi tebing tersebut.

"Kau sering ke sini?" Tanya Aliliana. Terpaan angin yang cukup kuat menerbangkan rambut panjang Aliliana ke belakang pundaknya.

"Ya. Karena tempat ini adalah satu-satunya tempat tertenang untuk aku kunjungi." Jawab Emilio tanpa mengalihkan matanya dari hamparan kota yang indah.

Aliliana menoleh sekeliling yang sangat gelap, jalan setapak dan pepohonan yang rimbun, angin berhembus cukup kencang di tempat ini sehingga Aliliana tidak ada niat untuk melepaskan jaket Emilio dari tubuhnya.

"Apa kau sering datang ke sini untuk menenangkan diri?"

Emilio mengangguk kecil "Terkadang aku juga berniat mengakhiri hidup di sini" menoleh dengan wajah serius.

Aliliana bergidik ngeri.

"Mudah sekali kau membahas kematian, apa kau sedekat itu dengan Tuhan sehingga ingin cepat cepat kembali ke pangkuannya?" Berkata dengan polos, Emilio kembali menoleh.

"Aku tidak merasa dekat dengan Tuhan, sebab kata orang, kau di uji sebab Tuhan sayang padamu.

Tapi apa benar ini rasa sayang tuhan kepadaku?. Ujian yang Tuhan berikan kepadaku begitu berat, tidak seperti sedang menunjukkan kasih sayangnya."

"Apa kau benar benar se putus asa itu?. Pantas saja kau ingin mengakhiri hidup, ternyata hidupmu tidak menyenangkan" Aliliana berkata sembarangan.

Emilio menyambung ceritanya "Sejak kecil aku sudah di uji dengan ujian yang sangat berat.

Di usia lima tahun aku harus menghadapi perceraian orang tua ku.

Dalam perceraian, diantara mereka tidak ada yang membahas aku, masing masing dari mereka lebih mengutamakan diri dan egoisme mereka.

Setelah mereka resmi bercerai mereka pergi secara masing masing, tidak ada yang ber rencana merawatku.

Malah hidup ku ini mereka perselisihkan, aku sepertinya beban buat mereka, lagi lagi aku harus mendengar mereka bertengkar karena tidak ada yang mau mengalah untuk mengurusku.

Masing masing dari mereka berkata bahwa 'Zio (Nama kecil ku) anak mu, kau yang harus bertanggung jawab merawatnya, kau harus membawanya' mereka semua terus saling menyalahkan.

Merasa tidak di inginkan aku kemudian kabur dari rumah dan meninggalkan mereka dengan keyakinan bahwa jika aku pergi mereka pasti akan senang dan berhenti bertengkar dan saling menyalahkan diri.

Aku berjalan tercompang-camping di tengah hujan, beruntung kali itu ada sepasang paruh baya menemukan aku, aku di urus oleh mereka dengan sepenuh hati.

Meski aku hidup dengan sederhana tetapi aku sungguh bersyukur karena berkat mereka aku bisa merasakan kehangatan keluarga yang sesungguhnya, dari mereka juga lah aku banyak belajar arti hidup, soal kesabaran, dan kerja keras. Beranjak usia empat belas tahun, dua orang yang mengurusku mulai sakit-sakitan, ibu yang mengurusku meninggal lalu lima bulan kemudian bapak yang mengurusku pun menyusul istrinya." Suara Emilio serak padam saat menceritakan tentang dua orang yang mengurusnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!