"Aww" Aliliana bangkit dari dada Emilio sambil melepas sepatu highil nya "Memang benar sepatu rusak selalu membawamu ke tempat yang kacau."
Sedetik kemudian Aliliana menangis sambil memeluk lututnya saat teringat kejadian di meja makan malam tadi.
Namun sedetik berikutnya Aliliana berusaha menghapus air mata dan tegar menghadapi situasi hatinya yang berantakan.
Emilio pun bangkit dan sempat menangkap ada kesedihan yang mendalam di wajah Aliliana.
"Apa kau sungguh tidak bisa mengambil keputusan untuk masalah mu? Sehingga kau hanya bisa menangis saja?" Ucap Emilio saat bangkit dari duduknya.
"Ya aku memang hanya bisa menangis, tapi aku tidak pernah ber_rencana untuk mengakhiri hidup" sindir Aliliana sambil ikut bangkit.
Emilio berjalan ketepi gedung yang sempat ia pijak terakhir kali, "Kau tidak melakukan itu sebab dunia mu belum berakhir seperti dunia ku. Aku yakin, kau pasti akan melakukan hal yang sama bila berada di posisi ku sekarang" Emilio berbalik kearah Aliliana yang sedang menatapnya waspada.
"Huhhh" Aliliana mendengus, "Aku memang tidak tau masalah apa yang sedang kau bahas ini, tapi harus kau tau. Dunia belum berakhir, semua masih bisa diperbaiki" Aliliana berjalan kemudian berdiri tepat di samping Emilio.
Emilio hanya tersenyum putus asa.
Aliliana melihat ke bawah gedung kemudian meringis membayangkan akan jatuh dari tempat itu.
"Menurutmu bagai mana cara memperbaiki masalah yang sedang aku hadapi ini? Selain mengakhiri hidup aku rasa tidak ada jalan lain"
"Benarkah?" Tanya Aliliana enteng. "Apa menurutmu semua masalah akan berakhir setelah kau jatuh dari tempat ini?. Sangat mengerikan" Aliliana bergidik "Menurutku masalah mu tidak akan berakhir, hanya nyawamu yang selesai dan tubuhmu yang hancur berantak kan. Bayangkan, jika kakimu yang pertama kali menyentuh tanah setidaknya kau memerlukan 10-30 menit untuk mati terjatuh dari gedung bertingkat ini, dan kau memerlukan setidaknya 1-10 menit untuk mati bila kepala mu yang mendarat duluan. Dan selama itu kau masih bisa merasakan sakit yang dahsyat. Dan bayangkan bila kau mati dengan keadaan wajah hancur berantakan, mengenaskan"
"Apa kau sengaja menakut-nakuti ku agar aku berubah fikiran?"
"Aku tidak menakut nakuti mu. Karena itulah fakta yang akan terjadi. Setelah tragedi ini siapa yang berani membayangkan wajah mu yang hancur itu? Semua orang akan ketakutan dan enggan membayangkan wajahmu lagi"
Emilio tiba tiba membayangkan perkataan Aliliana, membayangkan semua fans perempuan yang menggilainya menjadi ketakutan untuk sekedar mengingatnya, karena wajahnya telah hancur.
"Tapi wajah ku tampan, siapa pun akan menangnya demikian" bantah Emilio penuh percaya diri.
Aliliana menoleh kewajah Emilio yang setengah wajahnya tertutupi ciput hudie berwarna hitam, di akhir Aliliana mencebik.
"Terserah kau saja. Cuma, kalau boleh memberi saran jangan mati sekarang!. Kau pasti tau masih banyak masalah yang harus kau selesaikan. Selesaikanlah dahulu, setidaknya saat kau mati kau tidak meninggalkan apapun di dunia ini termasuk masalah mu" saran Aliliana sambil berjalan menuju sepatunya di lepas.
"Ah buruk sekali sepatu ini." Dengus Aliliana, "Apa Mas Zian sudah mengeluarkan banyak uang barang jelek ini?"
"Dimana kau membeli sepatu replika itu?"
"Replika?" Aliliana seolah terkejut dan tampak tidak senang Emilio mengatakan sepatunya replika. "Hei jangan sembarangan, suamiku yang membeli sepatu mahal edisi terbatas ini. Dia rela mengantre lama demi aku"
"Ya, kau benar. Sepatu ini memang edisi terbatas, tapi entah kau bodoh atau memang tidak tau fashion. Tetapi sepatu ini memang replika"
"Replika itu artinya palsu?"
"Ya. Dengan hanya sekilas melihatnya saja aku sudah tau kalau sepatu mu itu palsu."
Aliliana terdiam sejenak, dia seperti tidak percaya pada Emilio yang secara tidak langsung sedang membuktikan kalau Zian sudah membohonginya.
"Berapa uang yang kau keluarkan untuk sepatu buruk ini?" Emilio berjalan kedekat Aliliana.
"50 juta, ya Mas Zian mengatakan kalau harga sepatu ini senilai 50 juta"
Emilio tersenyum kecil, "Jelas sekali kalau kau sudah di bohongi," Aliliana semakin terkejut. "Kau mau tau berapa harga sebenarnya?"
Aliliana diam namun raut wajahnya terlihat cukup penasaran.
"Sepatu ini setara mobil mewah kelas menengah"
"Seratus juta?" Tebak Aliliana.
"800 juta" jawab Emilio.
"800??"
Spontan Aliliana menjatuhkan sepatu dari tangannya ia juga sempat menganga tak percaya.
"Kau bercanda?"
"Kemarilah, ikuti aku! akan aku tunjukkan sepatu yang asli"
Tanpa fikir panjang Aliliana lantas mengikuti langkah lelaki tersebut, lelaki yang tidak ia tau siapa dan asal usulnya, selain keadaan temaram lelaki itu juga mengenakan topi yang menutupi sebagian wajahnya.
"Waahh" sejak pertama kali masuk kedalam Penthouse Aliliana sudah terpukau dengan interior yang mewah bergaya modern, menilik dari tempat tinggal yang di miliki lelaki yang ia selamatkan ini Aliliana yakin kalau lelaki yang ia selamatkan itu bukanlah orang sembarangan, tetapi kemudian timbul tanya mengapa tersirat niat untuk bunuh diri di tengah kehidupan yang dirasa cukup gemilang.
Aliliana tak bisa berhenti menilik semua perabot dan barang antik di dalam Penthouse tersebut, hingga kemudian Aliliana terpana pada satu lukisan lelaki yang cukup familiar buatnya, serta Aliliana juga merupakan fans lelaki yang ada di dalam lukisan tersebut.
Lukisan yang menggambarkan keagungan seorang pria beserta tanda tangan yang menyemai gagah di bawahnya. Bertulis Emilio
Tanpa menyadari siapa yang berdiri di belakangnya, Aliliana terus berbicara.
"Aku senang, ternyata masih ada orang yang menyimpan photonya. Aku berharap masalah Emilio segera tuntas dan dia segera muncul kembali ke publik. Aku tidak tau bagi mana kabarnya sekarang" gumam Aliliana sambil menatap wajah pada lukisan tersebut.
"Apa yang kau fikirkan tentang dia?" Tanya Emilio, Aliliana tak berbalik.
"Aku fikir kejadian ini hanyalah sebuah fitnah dan skandal yang sengaja di rancang seseorang untuk menjatuhkan Emilio demi perebutan peran"
"Apa kamu berfikir dia di fitnah?"
"Ya. Dia tidak mungkin melakukan hal serendah itu, aku tau dia bermoral dan tau aturan, selama ia berkarir tak pernah ada kabar buruk tentangnya, kecuali akhir akhir ini."
"Sampai saat ini cuma kau yang setuju aku di fitnah" kata Emilio.
Aliliana lalu berbalik dan melihat siapa yang berdiri di belakangnya, "Kau!" Tunjuk Aliliana dengan mimik tidak percaya. Yang semakin membuatnya tidak percaya adalah dirinya baru saja menyelamatkan sang Idola dari kematian "Jadi kau yang berniat mengakhiri hidup?"
Emilio mengangguk.
"Hampir tidak ada yang percaya dengan pengakuan ku, dan kaulah satu satunya" Emilio berjalan ke dekat lukisan berdiri tepat di samping Aliliana. "Lukisan ini. Semakin aku memperhatikannya, semakin aku merasa hancur sendiri. Aku juga kesepian, tidak ada yang menguatkan aku." Emilio menoleh kepada Aliliana "Sekarang apa kamu sudah tau sebesar apa masalah yang sedang aku hadapi, bukan?. Apa setelah ini kau akan mengizinkan aku untuk mengakhiri hidup?"
Aliliana menghela, kemudian menoleh, mereka berdua saling menatap dari samping "Aku tau masalahmu sangat besar, tapi mengakhiri hidup bukan sesuatu yang bisa di benarkan. Masalah mu memang sangat rumit tapi percayalah pasti akan ada jalan keluarnya."
"Dalam sebulan ini aku sudah memikirkan banyak cara untuk mencari jalan keluar, aku juga sudah mencari celah untuk menyelesaikan masalah ku. Namun, aku benar benar kesulitan dan terus putus asa. Menurutmu manusia mana yang bisa hidup sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri, semua orang, termasuk manager yang pernah bekerja dengan ku seolah angkat tangan kemudian satu persatu meninggalkan aku, seperti harimau tak bertaring aku di tinggalkan mereka disaat aku kesulitan mencari bantuan mereka malah pura pura tuli dan menghilang"
"Lalu bagai mana dengan orang tua mu?"
Emilio tersenyum ketir, "Kau bertanya tentang orang tua ku?. Merekalah orang pertama yang pergi saat skandal itu terungkap. Tapi seharusnya aku tidak heran sebab sejak dulu hubungan kami tidak pernah akur, aku hampir lupa siapa ayah dan siapa ibu ku"
"Maaf, aku tidak bermaksud membuat mu sedih" kata Aliliana, menyesal karena sudah mengungkit tentang kedua orang tua Emilio.
"Tidak apa apa, kau tidak perlu menyesal. Oh ia berhenti berbicara tentang diriku, sekarang apa kau masih ingin melihat sepatu itu?" Emilio sengaja mengalihkan pembicaraan.
Aliliana mengangguk pelan.
"Di sini" Emilio menuntun Aliliana menuju ke ruang sepatu miliknya, dimana ter deret ratusan sepatu bermerek terkenal.
Aliliana sampai terpukau melihat deretan sepatu yang tertata rapi itu "Kau suka mengoleksi sepatu?"
"Ya." Jawab Emilio.
"Semuanya sepatu laki laki, bagai mana kau bisa menunjukkan sepatu yang sama dengan milikku?"
Emilio tersenyum kecil "Ah ia aku lupa, sepatu itu memang aku simpan di tempat khusus, di sini" Emilio menunjukkan satu kotak kaca yang di rancang khusus untuk menyimpan sepatu tersebut.
Aliliana melihat sendiri bagai mana sepatu yang di pegangnya mirip dengan sepatu milik Emilio, namun jika diperhatikan lebih dalam Aliliana merasa sepatu miliknya memiliki kualitas jauh sangat rendah di banding milik Emilio.
Aliliana merasa sangat tidak pantas membawa sepatu replika itu di hadapan Emilio.
Emilio mengenakkan sarung tangan lalu membuka kotak kaca tersebut dan mengambil sepatu koleksi miliknya.
"Kemarilah!" Emilio memanggil Aliliana, dengan patuh Aliliana mengikuti permintaan Emilio dan mengikuti Emilio yang telah terlebih dahulu duduk di kursi khusus untuk ruangan tersebut.
"Aku izinkan kau mencoba sepatu ini!" Sambil menepuk tempat kosong di dekatnya, meminta Aliliana duduk untuk mencoba sepatu itu. "Kau harus tau kalau sebenarnya sepatu ini aku beli khusus buat calon istriku nanti"
Spontan Aliliana menarik kakinya kembali.
"Aku bukan calon istrimu, bagai mana bisa kau memberi izin untuk mengenakan ini?" Kata Aliliana.
"Tidak apa apa, toh kalau sudah jodoh apapun bisa terjadi bukan?" Emilio menahan kaki Aliliana. "Aku akan memberikan ini kepada wanita spesial ku"
"Tapi aku bukan wanita mu, juga bukan orang spesial"
"Kalau begitu jadilah perempuan ku"
Aliliana tersenyum kecil "Tapi aku sudah menikah"
Emilio tertegun dan tampak sedikit kecewa atas pengakuan tersebut.
"Baiklah, anggap saja kau perempuan yang memiliki kedudukan khusus buat ku. Anggap ini hadiah karena kau lah satu satunya orang yang percaya kepadaku"
Maksud Emilio ialah karena hanya Aliliana yang berfikir bahwa kejadian yang menimpanya adalah sebuah fitnah.
Aliliana mengangguk, kemudian Emilio membantu memasangkan kedua sepatu itu di kaki Aliliana, yang tanpa di duga ternyata ukurannya sangat pas di kaki Aliliana.
Baik Aliliana maupun Emilio mereka sama sama tidak mengira jikalau sepatu itu akan seindah ini di pakai di kaki Aliliana.
"Sudah ku duga kaki mu akan sangat cantik mengenakan sepatu mewah ini" puji Emilio.
Paras cantik dengan rambut hitam tergerai dan gaun hitam yang di kena'kannya, penampilan Aliliana di perindah dengan sepatu mewah yang saat ini di pakainya.
"Ini adalah sepatu yang aku impikan" kata Aliliana sambil mematut bayangnya di cermin. "Tidak di sangka ternyata aku mendapat barang palsu," Sambil tersenyum hampa dan kecewa "Apa permintaan ku terlalu tinggi?" Aliliana menoleh ke arah Emilio yang duduk di belakangnya. "Atau aku tidak pantas mendapat hadiah barang mewah?" Aliliana sungguh sangat kecewa saat mengetahui barang yang di terimanya adalah barang palsu.
"Aku tidak tau" Emilio bangkit lalu mendekat kepada Aliliana yang sedang berdiri di depannya.
"Ini" Emilio membawakan Aliliana sertivikat sepatu dan data pembelian miliknya "Di indonesia hanya akan ada tiga orang yang memiliki sepatu ini dan aku adalah pemilik pertama dan setiap kali membeli barang mewah kamu akan mendapatkan ini." Aliliana tidak berani mengambil sertivikat itu sebab hatinya benar benar sudah hancur sekarang, lewat Emilio Aliliana akhirnya sadar kalau ternyata selama ini Zian sudah membohonginya.
Soal sepatu yang ia minta, sebenarnya Aliliana tidak mempermasalahkan berapa harga barang yang ia dapatkan, Aliliana selalu menganggap pemberian dari Zian adalah barang berharga.
Namun suatu hari Aliliana sempat mendapati Zian membelikan tas mewah untuk asisten pribadinya, yang Aliliana tau tas itu bukanlah tas yang bisa di dapat dengan harga puluhan juta saja, bukan hanya Asisten, ibu mertua dan adik iparnya pun kerap memamerkan barang mewah yang mereka dapat dari uang Zian. Aliliana merasa cemburu akan hal tersebut lalu mengajukan satu permintaan kecil yang baru kali ini ia ungkapkan, Aliliana meminta sepasang sepatu itu sebagai hadiah ulang tahunnya dan berharap mendapat harga yang lebih tinggi dari uang yang di berikan Zian kepada Asisten pribadinya, tidak di sangka ternyata Aliliana yang tidak tau banyak hal tentang fashion malah di tipu oleh suaminya sendiri yang mengatakan sepatu yang di belinya adalah sepatu asli yang susah payah ia dapatkan.
Semua itu seakan menunjukkan betapa tidak berharganya Aliliana buat Zian.
"Kalau kau mau, kau boleh membawa sepatu itu" kata Emilio tanpa ragu, Aliliana terkejut mendengar titah tersebut.
"Tidak" Aliliana tersenyum senang sekaligus tak yakin sebab harga sepatu itu terlalu fantastis untuk di berikan secara cuma cuma kepada dirinya. "Kau harus memberikan ini kepada orang yang istimewa"
"Dengan kondisiku yang sekarang, menurutmu apakah ada perempuan yang mau kepadaku?. Lagi pula akan sulit mendapatkan kaki yang pas buat sepatu itu"
Wajah Aliliana bersemu merah "Aku merasa seperti Cinderella yang mendapatkan kembali sepatu kaca ku yang hilang, terima kasih sudah memberi izin untuk mengenakkan sepatu impian ku, sekarang aku akan mengembalikannya kepadamu" Aliliana lalu melepaskan sepatu tersebut dan mengembalikannya kepada Emilio.
"Semoga kau segera menemukan Putri Cinderella mu" Kata Aliliana kepada sepatu.
"Kenapa bukan kau saja?" Kata Emilio.
Aliliana tersenyum kecil "Kaki ku tidak seindah itu untuk mengenakkan barang mewah ini, kaki ku hanya pantas memakai barang replika saja" sindir Aliliana sambil bersemu kecewa.
Emilio tersenyum kecewa saat kebaikannya di tolak Aliliana, "Aku akan menyimpan sepatu ini untuk mu. Kapan pun kau mau mengenak kannya maka ambil lah!"
"Terima kasih"
"Kalau begitu aku harus pergi dulu, mereka (keluarga Zian) mungkin sudah selesai menikmati makan malam mereka" lagi lagi Aliliana menunjukkan raut hampa.
Saat mengcek handphonenya, Aliliana tertegun sesaat dan raut kecewa itu bertambah banyak.
"Kenapa Mas Zian tidak mencari ku? Dia juga tidak menanyakan kabar tentang aku, apa aku benar benar tidak di perlukan di tempat itu?" Batin Aliliana.
"Kau kenapa?" Tanya Emilio.
"Tidak apa apa" jawan Aliliana sambil menghela kecewa.
"Aku harus pergi sekarang" Aliliana menyambar tas lalu pergi tanpa alas kaki.
"Hei tunggu!" Cegah Emilio, Aliliana berhenti lalu Emilio membawakan sepasang sepatu Vans buat Aliliana, bahkan dia sendiri yang memakai kannya. "Pakailah ini untuk melindungi kaki mu"
Saat Emilio bangkit sehabis memasangkan sepatu di kaki Aliliana, Aliliana berkata: "Emilio, terima kasih karena kamu sudah memperlakukan aku dengan baik" Aliliana terharu.
Emilio tersenyum kecil "Terima kasih juga karena kamu sudah menyelamatkan aku, tanpa kamu mungkin wajahku sudah hancur. Seperti yang kau bilang" mengingatkan Aliliana kalau Aliliana pernah mengatakan itu kepada Emilio. Mereka berdua tertawa kecil.
"Oh ia, ngomong-ngomong kita belum berkenalan, siapa namamu?" Emilio mengulurkan tangan.
"Ah ia walau aku sudah sangat mengenal mu tapi aku lupa kau tidak mengenal aku" Sambil menerima uluran tangan itu "Aku Aliliana, kau bisa memanggil ku Lili, atau apapun terserah kamu"
"Aliliana. Lili, nama yang indah sangat pas dengan wajah mu yang cantik"
"Berhentilah menyanjung, sanjungan mu tidak akan membuatku kenyang" Aliliana tertawa kecil saat mengatakan ini sementara Emilio hanya tersipu. "Baiklah aku pergi dulu" Aliliana pun pergi dan sempat melambaikan tangannya kepada Emilio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments