Aleta duduk di depan meja rias.
Di hadapannya ada seorang MUA yang sedang merias wajahnya yang sesekali basah dengan bulir air mata yang jatuh tanpa permisi, membuat MUA itu harus bekerja lebih keras lagi agar hasilnya tidak mengecewakan.
"Mbak, jangan menangis terus... kalau begini tidak akan selesai." Ucap MUA itu dengan hati-hati.
MUA itu pun tahu kondisi hati sang calon pengantin. Tapi bagaimanapun juga, dia di bayar untuk merias pengantin ini, dan harus selesai sebelum acaranya di mulai.
"Hidup terkadang memang kejam, mbak. Tapi yakinkanlah hati mbak, jika ini sudah menjadi jalan yang di haruskan Tuhan buat mbak. Setidaknya dengan begitu, perlahan mbak akan bisa menerima dengan ikhlas dan menjalani dengan syukur." Lanjut sang MUA.
Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Aleta. Seakan dia sedang berperan sebagai gadis bisu sekarang.
...
Dengan gaun putih yang terlihat sangat mewah dan elegan, gadis 21 tahun itu di sambut tepuk tangan dan decak kagum dari para tamu yang hadir.
Ya, karena memang Aleta memiliki paras yang cantik. Pembawaannya yang kalem pun membuat siapapun yang melihat wajahnya merasa teduh.
Di tambah dengan postur tubuh yang sangat mendukung, membuat Aleta terlihat sebagai pasangan yang sempurna bagi Sagara.
Namun di saat semua orang tengah mengagumi sang pengantin wanita, tidak dengan Saga.
Bahkan melihat wajah Aleta pun dia enggan.
Raut wajah pria itu terlihat sangat datar tanpa ekspresi.
[Ya Tuhan, inikah lelaki yang Engkau inginkan menjadi pasangan hidupku ? Lelaki yang begitu dingin dan angkuh ?]
Aleta bercerita dalam hati. Menangisi nasibnya. Nasib yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
[Aku bahkan tidak mengenal dirinya. Lalu, bagaimana dengan Edgar ? Bagaimana aku harus menjelaskan semua ini padanya ? Tuhan... bolehkan aku menolak ini semua ?]
[Kak Liora, kakak dimana ? Tolong kembali kak !!! Tolong jangan buat Leta terjebak dalam pernikahan ini.]
Ingin rasanya berteriak, namun perkataan sang mama masih terus terngiang di telinga.
Mungkin sudah saatnya dia membalas semua kebaikan Albert dan Rose. Karena jika bukan karena mereka, Aleta tidak tahu bagaimana dia akan tumbuh dewasa setelah kematian kedua orang tuanya saat dia masih kecil.
Karena rasa hutang Budi itulah Aleta tidak bisa menolak permintaan Rose untuk menggantikan Liora, menjadi pengantin bagi pria bernama Sagara, saat ini.
***
Berbeda dengan Aleta, Sagara sepertinya tidak terlalu memusingkan dengan siapa dia menikah.
Mungkin karena sudah terlalu kecewa.
Wanita yang sangat dia cintai, meninggalkannya di hari pernikahan mereka.
Hari yang sudah lama mereka nantikan bersama.
Saga masih ingat betul, saat Liora berjanji untuk selalu berada di sampingnya apapun yang terjadi.
Namun sekarang, dia malah pergi entah kemana, dengan siapa, dan dengan alasan apa.
***
Acara pemberkatan dan resepsi di sebuah taman vila milik keluarga Wilantara akhirnya berjalan dengan lancar.
"Baiklah Saga, Aleta, kami harus kembali malam ini juga. Kalian nikmatilah malam pertama kalian." Ucap Emma pamit.
"Iya Leta, mama dan papa juga harus kembali malam ini. Lagi pula, kami tidak ingin menggangu kalian." Rose juga ikut pamit.
"Nak Saga, sekali lagi papa minta maaf. Tapi sekarang sudah ada Aleta. Papa harap kalian bisa saling menerima. Belajarlah untuk saling mengenal terlebih dahulu. Papa titip putri papa padamu." Albert tiba-tiba angkat suara.
"Iya, Pa." jawabnya singkat.
Ingin rasanya dia juga ikut pergi dari sana, namun apa daya.
Aleta hanya bisa memandangi kepergian orang tuanya dengan mata berkaca dan pikiran yang melayang-layang entah kemana.
Kini hanya tinggal mereka berdua di villa besar itu.
Sikap Saga begitu dingin, membuat Aleta tidak berani bahkan hanya menatapnya saja.
Saga segera kembali ke kamar, sementara Aleta masih diam mematung tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
"Kenapa masih berdiri disana ? Cepat masuk !!!" Teriak Saga saat laki-laki itu sudah berada di depan pintu kamar pengantin mereka.
Dengan ragu Aleta melangkahkan kakinya mengikuti perintah sang suami.
[Kenapa dia memintaku untuk masuk ke dalam kamar itu ? Bukankah itu adalah kamar pengantin ? Apakah dia menginginkan malam pertama kita ?] Tak henti Aleta bertanya dalam hati.
Aleta tiba di depan pintu, dan Saga masih berdiri disana.
"Masuk !!!" Perintah Saga.
Aleta pun masuk di ikuti Saga di belakangnya.
Braakkk....
Aleta terperanjat saat mendengar suara pintu yang di banting dengan sangat kuat.
"Ma-maaf... tapi jika kamu tidak menginginkan aku ada disini, aku bisa tidur di luar saja." Ucap Aleta menahan ketakutannya.
"Tidur di luar ? Kau ini istri atau apa, hah ?!" Sentak Saga membuat tubuh Aleta kaku.
"Dan dengarkan perkataan ku !!! Kau harus memanggilku dengan sebutan, Tuan !!!"
Saga menarik tangan Aleta dengan kasar lalu mendorong tubuh kecil itu hingga jatuh di atas ranjang yang di penuhi bunga mawar merah, kesukaan Liora.
Tubuh kekar Saga mengungkung dirinya.
Aleta semakin ketakutan dibuatnya. Tubuhnya bergetar, bibirnya pun keluh.
"Apa yang kau harapkan dari pernikahan ini ?" Saga berbisik di telinga Aleta.
Namun Aleta tak menjawab. Dia masih sangat ketakutan. Raut wajah Saga jelas mencerminkan kemarahan yang teramat sangat, membuatnya tak berani menatap wajah garang itu.
"Jawab aku !!! Dasar wanita sialan !!!" Teriak Saga menarik rambut bergelombang Aleta hingga wajahnya mendongak.
"A-apa salahku padamu ? Ke-kenapa kamu memperlakukan ku seperti ini ?" Aleta terisak dan memberanikan diri.
"Sudah ku katakan, panggil aku tuan !!!" Sentaknya membuatnya Aleta menutup kedua matanya ketakutan.
"Ba-baik, tuan. Maafkan saya..."
Pria di hadapannya itu tertawa dengan keras.
Dia melepaskan Aleta lalu berdiri memunggungi nya.
"Jika kamu bertanya salahmu apa, salahmu adalah menjadi adik dari Liora !!!" ucap Saga dengan penuh penekanan.
Deg!
[Laki-laki ini pasti sangat kecewa dan sakit hati dengan perbuatan kak Liora yang meninggalkannya di hari pernikahan mereka. Tapi, kenapa harus aku yang menanggungnya ? Kenapa harus aku yang menerima pembalasan dari laki-laki ini ?] Batin Aleta menangis.
"Berhenti menangis !!! Aku tidak sudi melihat air mata wanita !!! Semuanya palsu !!!" Sentak Saga.
Aleta menghapus air mata di pipinya dengan kedua tangannya dengan cepat. Namun lagi-lagi air mata itu turun tanpa permisi. Ia tidak mau membuat pria itu semakin marah. Dengan sedikit gugup, Aleta terus menyeka air matanya saat Saga mulai mendekatinya lagi.
"Ganti pakaianmu dan segeralah tidur !!! Tidak usah menungguku karena aku tidak akan pernah menyentuhmu !!! Jadi jangan pernah mengharapkan itu !!!" ucapnya lalu pergi meninggalkan Aleta di dalam kamar besar itu.
Setelah mendengar suara pintu yang tertutup kembali, tubuh Aleta langsung ambruk begitu saja di atas lantai marmer yang dingin.
Kakinya serasa tidak memiliki kekuatan lagi untuk menopang tubuhnya.
"Aku juga tidak menginginkan pernikahan ini. Dan aku juga berharap kamu tidak akan pernah menyentuhku, sampai hari dimana pernikahan ini berakhir.
Tapi apakah bisa ? Apakah aku bisa bercerai darinya ?"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Tri Mulyani
aku mampir, smoga ceritanya memuaskan
2023-09-13
0
A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿
tiga iklan mendarat untuk aleta
2023-07-23
3