Malam semakin larut, gadis-gadis cilik lain sudah tertidur semua di kamar masing-masing. Hanya tersisa 2 orang yang masih terjaga.
Lisa dan Laila tidur seranjang dan saling membelakangi. Keduanya masih terjaga, dengan lamunan mereka masing-masing.
Dengan perasaan yang masih marah dan kesal, Lisa memandangi bulan dari balik jendela kamar.
Tiba-tiba Lisa menajamkan pendengarannya. Lisa mendengar ada suara tangisan. Suara tangis yang lirih, seolah-olah suara tangis yang sedang ditahan-tahan. Suara tangis siapakah itu?
Laila menekankan tangannya ke mulut. Laila mengingat pesan dari maminya.
Sebelum dia berangkat ke asrama, mami Laila berpesan pada dirinya :
“Mami akan senang sekali kalau kamu bisa bergaul dengan anak-anak di asrama nanti. Gak baik jika anak seumurmu terlalu serius. Mami tau dan mami sadar, semua ini bukan salahmu, Laila. Ini adalah salah mami. Mamilah yang menyebabkan kamu menjadi pendiam seperti sekarang. Karena mami terlalu sibuk dengan pekerjaan mami di kantor, sehingga mami jarang ada di rumah, jarang memberi perhatian padamu. Kamu tidak bisa bermain-main seperti anak-anak sebayamu. Tetapi kamu malah sibuk dengan pekerjaan rumah yang seharusnya gak kamu lakuin. Setiap hari kamu sibuk membantu Bik Inem memasak, mencuci dan merapikan rumah. Kalo kamu pulang dari asrama nanti, mami mau liat kamu gembira, senang dan menikmati liburanmu, Laila.”
Kata-kata maminya jelas masih tergiang-ngiang di telinganya.
Tetapi, sekarang Laila berbaring di tempat asing, berdampingan tidur dengan gadis yang jahat, yang membencinya, hanya dikarenakan wajahnya yang mirip dengan muka Laila. Laila mendesah pelan. Kalo begini ceritanya, mana mungkin dia bisa mendapatkan wajah yang periang?
Laila mulai tak tahan dengan situasi yang dialaminya. Perlahan-lahan dia mulai menangis.
Tiba-tiba Laila merasakan ada seseorang yang mengelus-elus rambutnya dengan perlahan-lahan.
Laila menjadi kaget sekali. Siapa yang sedang mengelus-elus rambutnya?
Sementara Lisa memberanikan diri mengelus-elus rambut Laila. Lisa sadar dan menyesal atas sikapnya yang telah menendang kaki Laila di bawah meja makan.
Bulan mengintip di balik jendela kamar. Seolah-olah bulan juga menyaksikan kejadian yang baru saja terjadi. Bulan juga merasa heran sekaligus senang melihat tingkah kedua gadis cilik itu.
Bulan berkata, “Perang telah usai. Dunia telah damai kembali. Sekarang aku bisa dengan tenang bersinar di malam ini.”
Keesokan paginya, matahari bersinar dengan cerahnya, angin sepoi-sepoi berhembus dan burung-burung berkicau dengan merdunya.
Di sebuah kamar, Lisa dan Laila masih menjalani hukuman.
Tiba-tiba kamar mereka diketuk dari luar. Tok… Tok… Tok …
Kamar mereka dibuka dari luar. Ternyata Miss Yeni sendiri yang mengantarkan sarapan pagi untuk mereka berdua.
“Selamat pagi, gadis-gadis manis.” Sapanya.
“Selamat pagi juga, Miss Yeni.” Balas Lisa sambil tersenyum manis.
“Gimana kabar pagi ini? Apakah baik-baik saja?” Tanyanya dengan tersenyum.
Lisa dan Laisa sambil menggangukkan kepala mereka, mereke berdua sudah bisa tersenyum manis pada Miss Yeni.
“Syukurlah kalo begitu.” Ujarnya lega.
“Ok, anak-anak. Miss pamit dulu ya. Kalian baik-baik di sini ya. Nanti miss datang lagi.” Ucapnya lega sambil menutup kembali pintu kamar itu. Dan berlalu pergi.
“Thank you, miss.” Kata Lisa.
Di kamar, Lisa dan Laila sudah mulai beradaptasi antara satu dengan yang lainnya.
Mereka duduk bersama berdampingan di meja kamar sarapan pagi sambil tersenyum malu-malu.
Setelah sarapan mereka bersama-sama melihat siswi-siswi yang berada di luar sana dari balik jendela kamar.
Mereka melihat gadis-gadis cilik lainnya bercengkrama dengan riangnya. Mereka saling ngobrol, saling bersenda gurau, saling bercanda.
Mereka berdua iri pada gadis-gadis cilik lainnya.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Dalam waktu 3 hari mereka dengan sudah bisa melewati masa hukuman mereka dengan baik.
Mereka berdua sudah bisa saling mengenal, saling beradaptasi, bahkan di dalam mereka berdua sudah saling berbagi pengalaman mereka.
Tibalah hari terakhir masa hukuman mereka tiba. Di hari terakhir ini. Mereka rasanya malah tak ingin berpisah.
Laila mengeluarkan celemek yang biasa dia pakai sewaktu memasak di rumah, diberikannya satu celemek pada Lisa.
Dia berkata, “Bik Inem yang membelikan aku celemek-celemek ini. Bik Inem adalah asisten rumah tangga di rumahku.” Jelas Laila pada Lisa sambil memberikan satu celemek pada Lisa. “Dan aku ingin kamu menyimpan celemek ini sebagai kenang-kenangan dariku.” Ujar Laila pada Lisa.
Lisa sangat senang diberi hadiah oleh Laila, walaupun itu hanya sebuah celemek bekas.
“Terima kasih.” Ucap Lisa sambil tersenyum malu-malu pada Laila.
Tak lama pintu kamar mereka diketuk dan dibuka. Dan ternyata Miss Yeni yang membukanya.
“Hallo, gadis-gadis cantik.” Sapa Miss Yeni di depan kamar.
Kedua gadis cantik itu tersenyum pada Miss Yeni.
“Hari ini hari terakhir kalian diisolasi, kalian akan kembali ke kamar kalian masing-masing. Tapi sebelumnya, kalian harus menghadap Madam Linda terlebih dahulu.” Ujar Miss Yeni. “Yok, kita keluar dulu. Kita ke kantor Madam Linda dulu.” Ajak Miss Yeni.
Mereka lalu berjalan menuju ruangan kantor Madam Linda.
Sesampainya di depan kantor Madam Linda, Miss Yeni pun dengan sopannya mengetuk pintu kantor Madam Yeni. Tok… Tok… Tok……
“Masuk!” Kata Madam Linda dari dalam.
Lalu mereka bertiga masuk dalam ruangan Madam Linda.
“Selamat pagi, Madam Linda. Saya kembali membawa gadis-gadis cantik ini pada Anda, Madam Linda.” Ucap Miss Yeni.
Ditatapnya kedua gadis cilik itu bergantian.
Lalu bertanya dengan lembut, “Gadis-gadis cantik, bagaimana pengalaman kalian selama 3 hari, disatukan berada di kamar yang sama?”
Lisa dan Laila saling menatap dan saling pandang.
Lalu Lisa membuka suara,” Madam Linda, kami ada satu permintaan. Kami harap Madam mengabulkan permintaan kami.”
“Kalian mau minta apa, Lisa, Laila?”
“Kami meminta pada madam agar kami bisa seterusnya berada dalam satu kamar sampai liburan berakhir, dan kami kembali ke kota masing-masing.” Pinta Lisa pada Madam Linda.
Madam Linda dan Miss Yeni saling pandang. Mereka bingung dan seakan tidak percaya akan apa yang barusan Lisa minta.
Mereka terperana, diam membisu.
“Madam Linda… Bagaimana apa bisa permintaan kami dipenuhi?” Tanya Laila melihat Madam Linda diam saja.
“Ehm… Kalian yakin atas permintaan kalian ini?” Tanya Madam Linda ragu-ragu.
“Kami yakin sekali, Madam Linda.” Ucap Lisa tegas.
“Ok, baiklah. Kalo itu kemauan kalian. Saya akan memenuhi permintaan kalian berdua.” Ujar Madam Linda.
Lisa dan Laila merasa senang mendengar permintaan mereka disetujui oleh Madam Linda.
“Kalian jangan senang dulu. Saya memenuhi permintaan kalian dengan satu syarat. Kalian dengar baik-baik ya. Permintaan kalian akan saya penuhi. Kamar kalian yang kalian tempati sekarang itu akan menjadi milik kalian sepenuhnya selama kalian berada di asrama ini. Tapi, jika kalian bertengkar, tidak akur, atau saling bermusuhan lagi, saya tidak akan memberikan kamar lain pada kalian. Itu resiko kalian. Kalian mengerti?” Kata Madam Linda tegas.
“Baik, Madam. Jika kami bertengkar, tidak akur ataupun saling bermusahan kembali, kami tidak akan meminta dipisahkan pindah ke kamar lain.” Ujar Laila tegas.
“Baiklah kalo begitu.” Ujar Madam Linda lagi. “Karena kalian sudah damai, tidak bermusuhan lagi, aku akan memberikan hadiah kepada kalian berdua. Hari ini kalian bebas melakukan apa saja yang kalian mau. Dan mulai besok pagi, setelah sarapan, kalian saya bebaskan pergi ke desa dekat sini untuk berjalan-jalan di desa. Tapi ingat, kalian hanya boleh berjalan-jalan di desa sekitar sini saja, tidak diperbolehkan pergi jauh-jauh dari asrama ini. Kalian mengerti?” Jelas Madam Linda tegas.
“Kami mengerti, Madam.” Ucap mereka berbarengan. “Terima kasih banyak, Madam.” Ujar mereka sambil tersenyum.
“Saya harap kalian bisa menjadi sahabat baik.” Kata Madam Linda sambil tersenyum lega. “Kalian boleh pergi sekarang.” Tambah Madam Linda lagi.
Mereka berdua meninggalkan kantor Madam Linda sambil bergandengan tangan.
“Lega rasanya melihat mereka kembali akur ya, Madam” Ucap Miss Yeni lega.
“Iya, Miss. Semoga aja mereka bisa menjadi sahabat baik ya, Miss Yeni.” Kata Madam Linda sambil tersenyum lega.
Apa yang akan terjadi setelah mereka berbaikan?
Apakah hanya sementara saja mereka akur atau bisa berlanjut sampai seterusnya?
Nantikan kisah-kisah seru Lisa dan Laila setelah mereka berbaikan……………
Kita lanjut di ke Bab 6....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments