4. Perkelahian Mereka

“Katanya terlalu membenci seseorang, ujungnya malah akan jatuh cinta. Tapi jatuh cinta sama kamu, gak pernah ada dibayangan aku dan aku tidak pernah menginginkan itu menjadi sebuah kenyataan yang harus aku terima.”

***

Reya terbiasa berada di lantai dua rumah ini sendirian. Semenjak kehadiran Gara di sini kehidupan tenangnya menjadi terusik dan dia membenci cowok itu. Gara sangat suka membuat ulah dan selalu saja melakukan hal-hal yang membuat darah Reya mendidih saking kesalnya.

Saat Reya keluar dari kamar, dia menemukan mamanya yang baru saja menutup pintu gudang di lantai ini.

"Gara kemana, Ma? Suasana kamarnya kelihatan sepi kayak enggak ada orang."

Mamanya mengernyitkan dahi dan merasa bingung, sejak kapan Reya peduli dengan kehadiran Gara di rumah ini?

"Setelah anterin kamu pulang tadi, dia pergi lagi. Kayaknya mau nongkrong sama teman-temannya. Tumben banget kamu tanyain dia kemana, ada apa?"

Reya menggeleng dan mengulum senyum penuh artinya. "Soalnya aku merasa aneh karena bisa tidur dengan nyenyak dan gak ada suara gaduh dari kamar sebelah. Ya udah kalau gitu Reya mau mandi dulu karena gerah."

Reya langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Dia menunggu beberapa saat, ketika sudah yakin mamanya telah pergi. Reya kembali membukakan pintu kamar dan menemukan keberadaan lantai dua yang sudah kosong, artinya mamanya memang sudah pergi.

Dengan gerakan cepat dia berlari dan masuk ke dalam kamar sebelah yang sedang ditinggal oleh penghuninya.

"Ternyata kamar si cowok berengsek itu lumayan rapi juga." Reya berkeliling di kamar tersebut dan mencari-cari barang mana yang berarti untuk Gara.

Lalu matanya tertuju ke arah gitar listrik, senyum jahatnya langsung muncul. Jika Gara berani mengusik barang pribadi dan masuk ke dalam kamarnya tanpa izin, maka Reya jelas bisa melakukan hal yang sama untuk membalas cowok itu.

"Kayaknya bakalan seru kalau gue main-main sama gitar lo, Gar." Reya mengambil minyak zaitun yang terletak di atas meja kemudian mengoleskan ke permukaan atas gitar.

Setelah itu dia tersenyum puas dan langsung berlari masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak sabar menunggu ekspresi Gara yang kaget nanti malam.

****

Sampai jam sepuluh malam dan Reya sudah selesai dengan makan malam bersama mama juga papa tirinya, Gara tak kunjung pulang. Dia menjadi bosan dan hanya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Mama, siapa yang berani masuk ke kamar aku dan main-main sama gitar listrik ini?"

Samar-samar Reya mendengarkan suara itu, dia langsung duduk di tempat tidur dan menajamkan pendengarannya.

"Enggak ada yang masuk ke kamar kamu, Gara. Mama pikir kamu juga kunci pintu saat meninggalkan kamar."

"Enggak mungkin minyak zaitun yang ada di atas meja bisa tumpah sendiri ke atas gitar yang berada di dekat lemari. Mana Reya sekarang? Pasti dia pelakunya!"

"Bukan Reya, sejak pulang kuliah dia tidur di kamarnya."

"Kalau bukan Reya siapa lagi, Ma. Enggak ada orang yang usil di rumah ini selain dia. Aku minta izin sama Mama untuk menyelesaikan permasalahan ini sama Reya, jadi kalian berdua jangan ada yang ikut campur."

"Ya sudah, Mama harap kamu bisa berbicara baik-baik dan jangan menggunakan emosi."

Mendengarkan itu semua, Reya langsung buru-buru menarik selimut sampai menutupi bagian kepalanya.

Brak.

Pintu kamarnya dibuka dengan kasar, Reya bisa merasakan bahwa Gara sama sekali tidak berjalan mendekat ke arahnya.

Cowok itu ternyata berdiri di depan pintu dengan menyandarkan tubuhnya dan memperhatikan gerak-gerik Reya di sana. "Bangun! Gue tau lo cuma pura-pura tidur. Enggak mungkin lo bisa tidur di jam yang masih terbilang pagi ini."

Reya merasa jantungnya berdebar kencang dibalik selimut, dia mendadak tidak berani jika harus berhadapan dengan Gara sekarang. Padahal sebelumnya dia berharap ini akan menjadi menyenangkan bukan mencekam.

Gara mendekat kemudian menarik selimut yang menutupi tubuh Reya, tapi gadis itu tetap tidak memberikan reaksi apa-apa. Merasa tidak bisa sabar lagi, Gara menarik kaki Reya.

"Apa-apaan sih, kenapa lo ganggu tidur gue?"

Gara tersenyum sinis dan mendekatkan wajahnya ke arah Reya. "Tidur? Enggak usah akting di depan gue, karena gue bukan anak kecil yang bakalan tertipu sama kebohongan lo."

"Gue beneran tidur." Reya berusaha menggapai selimutnya, namun Gara langsung membuang itu menjauh dari Reya.

Gara mencengkeram bahu Reya kuat dan menatap tajam gadis itu. Nafas Gara naik turun seperti orang yang sedang susah payah menahan emosinya. "Gue tau kalau lo yang rusakin gitar gue, jadi sekarang bangun dan benerin gitar gue seperti semula."

"Gue? Jangan asal nuduh gini dong, emang lo punya bukti kalau emang gue pelakunya?" Balas Reya tidak terima. “Fitnah tau gak kalau main nuduh orang sembarangan kayak gini.”

"Gak ada orang lain yang bakalan melakukan ini selain lo. Mama atau Papa jelas enggak mungkin, jadi gak usah akting di depan gue."

Reya kemudian tertawa terbahak-bahak sebab ekspresi Gara memang terlihat sangat kesal.

"Enggak lucu sama sekali, Rey. Gitar itu hadiah ulang tahun dari mama gue dan gak seharusnya lo merusak salah satu barang favorit gue."

"Terus gue harus apa dengan fakta yang baru aja lo bilang? Apa gue harus peduli dan ikut sedih? Gue sama sekali enggak peduli, Gar! Lo yang mulai duluan, lo yang baca diary gue tanpa izin dan itu merusak privasi gue. Paham!" Reya meluapkan emosinya dan mendorong Gara menjauh dari dirinya.

"Diary lo enggak rusak, gue cuma baca karena lo meletakkan barang yang katanya berharga itu di atas meja belajar. Gue cuma lihat dikit karena gue penasaran. Jadi kenapa lo balas gue dengan cara yang enggak masuk akal ini?”

"Gak usah banyak alasan, itu jelas lo udah tau sama urusan privasi gue. Semua yang ada di diary itu dulunya cuma gue yang tau, tapi sekarang karena tingkah enggak sopan lo itu. Lo jadi tau apa isi dari diary gue."

"Rey, gue sama sekali gak tertarik dan gak mau tau sama kehidupan lo. Lagian gue udah lupa sama semua yang gue baca di sana. Tapi apa yang lo lakuin sama gue, hah? Bisa lo ganti gitar itu? Gak akan bisa! Sebab kalaupun lo ganti rasanya bakalan beda, gitar itu gak bisa menjadi hadiah paling berharga yang pernah dikasih sama mama gue."

"Berapa kali gue harus bilang kalau gue sama sekali gak peduli sama kisah yang menyangkut gitar itu? Gue cuma membalas karena lo merusak privasi gue, adil 'kan? Lo yang mulai Gara, jangan bertingkah seolah-olah lo yang korban di sini."

Gara menggeleng kepalanya dan mengacak-acak rambutnya untuk melampiaskan kekesalan. Dia benci ketika melihat Reya tersenyum mengejek seperti sekarang. Dia benci karena Reya bisa menjadi begitu jahat. Tapi yang paling Gara benci adalah, dia masih bisa terpesona dengan gadis jahat ini.

"Sama sekali enggak fair, Re. Apa yang lo lakukan udah keterlaluan dan lo harus tanggung jawab." Gara menarik Reya sampai gadis itu terjatuh dari kasur.

"Aduh." Teriak Reya karena pantatnya yang baru saja mencium lantai terasa sangat sakit sekarang. "Keluar dari kamar gue dan berhenti mengusik ketenangan gue. Sejak awal gue selalu bilang sama lo, buat jangan melanggar batasan. Apa lo sama sekali enggak bisa ngerti? Lo bego apa tuli sampe gue harus peringatkan lo beberapa kali?"

Reya menjadi semakin menggebu-gebu dan ikutan terpancing emosinya karena berhadapan dengan Gara seperti sekarang.

”Keluar!” Reya kembali berteriak di depan wajah Gara yang terlihat tenang.

"Sekarang gue paham alasan ketua BEM itu menolak lo." Gara memainkan rambut Reya yang mendadak terdiam dan tubuhnya menjadi kaku. "Gue akui lo emang sangat cantik bahkan semua orang yang melihat lo bisa langsung jatuh cinta dengan mudah. Tapi dengan emosi lo yang sulit dikontrol, bikin orang harus mikir dua kali buat pacarin lo. Contohnya Steven yang sekarang main-main sama lo 'kan? Karena dia jatuh cinta sama sahabat lo, tapi dia masih punya hati dan gak langsung buang lo gitu aja."

Reya menepis tangan Gara dari rambutnya. "Lo pikir dengan mengatakan hal itu, bisa bikin gue merasa kalah? Gue gak bakalan pernah kalah dari lo dan cara lo sama sekali gak berhasil.”

"Hidup bagi lo isinya hanya sebatas perlombaan aja ya? Padahal lo bisa menikmati kehidupan tanpa harus seperti itu. Gak perlu memikirkan siapa yang menang dan siapa yang harus kalah.”

Gara kembali memegang pundak Reya. "Gue gak bakalan melepaskan lo, jadi tolong tanggung jawab dan perbaiki gitar gue seperti semula. Gue enggak mau gitar baru, gue cuma mau gitar hadiah ulang tahun dari mama bisa seperti semula."

"Kalau gue enggak mau?" tanya Reya dengan sangat berani.

Gara terdiam beberapa saat dan berpikir, kemudian dia tersenyum sinis. "Gue bisa bongkar semua rahasia memalukan yang ada diary itu. Tentang seorang gadis yang berumur dua puluh tahun, tapi enggak pernah merasakan first kiss dari cowok yang disuka. Tepatnya dia ditolak saat ingin mencium pacarnya sendiri."

Gara menepuk bahu Reya dengan tertawa meremehkan. "Gue gak menyangka ternyata lo semenyedihkan itu ya, Re. Lo cuma pura-pura kelihatan oke padahal sangat memalukan.”

”Jangan pernah ikut campur sama urusan gue dan sekarang keluar dari sini!” Reya mendorong tubuh Gara dengan seluruh tenaga yang masih dia punya. Reya tidak ingin semakin terlihat kalah di depan Gara.

Reya melemparkan boneka ketika Gara sudah keluar dari kamarnya dan kembali menutup pintu dengan rapat. Reya ingin berteriak untuk meluapkan kekesalannya tapi dia tidak mau Gara semakin merasa menang dari dirinya.

Lo emang cantik, tapi dengan emosi lo yang bermasalah bikin orang-orang mikir dua kali buat jatuh cinta sama lo.

Kalimat-kalimat yang Gara ucapkan terus saja terngiang-ngiang di kepalanya saat ini.

Reya memang membenci Gara sejak awal dan semua orang terdekatnya sudah tau itu.

Tapi Reya jauh lebih benci karena apa yang Gara katakan memang sebuah fakta jahat yang harus Reya terima dengan susah payah selama hidupnya.

Episodes
1 1. Saudara Tiri
2 2. Tentang Steven
3 3. Gara Suka Kepadaku?
4 4. Perkelahian Mereka
5 5. Membenci Gara
6 6. Reya Rapuh
7 7. Mulai Hilang Ketertarikan
8 8. Perbaiki Mood
9 9. Jesika Marah
10 10. Seorang dari masa lalu
11 11. Reya Sakit
12 12. Gara Terlalu Baik
13 13. Bagaimana Menjelaskan?
14 14. Bersama Arkan
15 15. Putus?
16 16. Reya menghindar?
17 17. Gara mabuk?
18 18. Pertanyaan Papa
19 19. Gara menjauh?
20 20. Arkan ke rumah
21 21. Gara tidak pernah jatuh cinta?
22 22. Acara Keluarga (1)
23 23. Acara Keluarga (2)
24 24. Mama Gara?
25 25. Alasan
26 26. Gara menghilang
27 27. Dia pulang
28 28. Tentang Renata dan Gara
29 29. Perdebatan tak kunjung usai
30 30. Gara Usil
31 31. Fakta lain
32 32. Undangan Pernikahan
33 33. Meminta Penjelasan
34 34. Pertengkaran di sana
35 35. Rencana
36 36. Liburan
37 37. Day 2
38 38. Resya menjauh
39 39. Siapa yang jatuh?
40 40. Mereka gila
41 41. Santai
42 42. Gara tetap berulah
43 43. Mencari Cara
44 44. Kak Arkan?
45 45. Begal?
46 46. Hanya Akting?
47 47. Reya kesal
48 48. Makan
49 49. Meluapkan amarah
50 50. Mulai berusaha
51 51. Magang
52 52. Si Profesional
53 53. Pulang bareng
54 54. Tentang Gara
55 55. Misi penting
56 56. Dosa
57 57. Renata jatuh cinta
58 58. Nongkrong
59 60. Punya pacar
60 59. Halaman belakang
61 61. Tak terusik
62 62. Memancing
63 63. Tentang Jesika
64 64. Sifat Jessi
65 65. Putus
66 66. Gara Marah
67 67. Menyelesaikan
68 68. Ketahuan
69 69. Tak gentar
70 70. Tidak menyerah
71 71. Mendapatkan restu
72 72. Persiapan
73 73. Pernikahan (end)
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Saudara Tiri
2
2. Tentang Steven
3
3. Gara Suka Kepadaku?
4
4. Perkelahian Mereka
5
5. Membenci Gara
6
6. Reya Rapuh
7
7. Mulai Hilang Ketertarikan
8
8. Perbaiki Mood
9
9. Jesika Marah
10
10. Seorang dari masa lalu
11
11. Reya Sakit
12
12. Gara Terlalu Baik
13
13. Bagaimana Menjelaskan?
14
14. Bersama Arkan
15
15. Putus?
16
16. Reya menghindar?
17
17. Gara mabuk?
18
18. Pertanyaan Papa
19
19. Gara menjauh?
20
20. Arkan ke rumah
21
21. Gara tidak pernah jatuh cinta?
22
22. Acara Keluarga (1)
23
23. Acara Keluarga (2)
24
24. Mama Gara?
25
25. Alasan
26
26. Gara menghilang
27
27. Dia pulang
28
28. Tentang Renata dan Gara
29
29. Perdebatan tak kunjung usai
30
30. Gara Usil
31
31. Fakta lain
32
32. Undangan Pernikahan
33
33. Meminta Penjelasan
34
34. Pertengkaran di sana
35
35. Rencana
36
36. Liburan
37
37. Day 2
38
38. Resya menjauh
39
39. Siapa yang jatuh?
40
40. Mereka gila
41
41. Santai
42
42. Gara tetap berulah
43
43. Mencari Cara
44
44. Kak Arkan?
45
45. Begal?
46
46. Hanya Akting?
47
47. Reya kesal
48
48. Makan
49
49. Meluapkan amarah
50
50. Mulai berusaha
51
51. Magang
52
52. Si Profesional
53
53. Pulang bareng
54
54. Tentang Gara
55
55. Misi penting
56
56. Dosa
57
57. Renata jatuh cinta
58
58. Nongkrong
59
60. Punya pacar
60
59. Halaman belakang
61
61. Tak terusik
62
62. Memancing
63
63. Tentang Jesika
64
64. Sifat Jessi
65
65. Putus
66
66. Gara Marah
67
67. Menyelesaikan
68
68. Ketahuan
69
69. Tak gentar
70
70. Tidak menyerah
71
71. Mendapatkan restu
72
72. Persiapan
73
73. Pernikahan (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!