2. Tentang Steven

Saat kecil, kamu bebas merengek dan berharap apapun yang kamu inginkan bisa kamu miliki. Tapi setelah dewasa kamu sadar, ada beberapa hal yang cuma bisa kamu lihat dan tidak bisa menjadi milikmu.

****

Jam delapan pagi Reya sudah siap dengan setelan kuliahnya. Dia turun ke lantai satu, kemudian berjalan ke ruang makan dan menemukan keadaan yang sepi.

Tidak ada satupun manusia yang dia temukan di sini, seolah mereka semua sudah pergi dan meninggalkan Reya sendirian. Apa mereka semua masih marah kepada Reya karena kejadian kemarin?

"Bi, mana yang lain?" tanyanya pada asisten rumah tangga yang sedang bekerja.

"Di luar, Non. Bapak, Ibu, dan Mas Gara semuanya sudah makan. Hanya Non yang belum sarapan saja."

Meskipun merasa jengkel, Reya tetap duduk di kursi dan mengambil beberapa roti. Dulu sebelum menikah, mamanya selalu menunggu agar mereka bisa sarapan berdua. Bukan meninggalkan Reya sendirian seperti sekarang.

Ternyata baru sebentar posisinya sudah bisa langsung digeser dan digantikan oleh orang lain dengan sangat mudah.

Reya makan tanpa selera, dia mengisi perutnya supaya penyakit maag yang diderita tidak akan kumat pagi ini. Sebab tadi malam Reya juga tidak makan banyak, dia takut penyakitnya kambuh dan menghambat semua yang ingin dilakukan.

Setelah makan, Reya keluar dari rumah dan menemukan ketiga orang yang seperti sedang menunggu dirinya di teras.

Reya merasa tidak nyaman karena mata mereka tertuju ke arah dirinya.

"Kunci mobilnya mana, Ma? Aku udah telat untuk ke kampus sekarang."

"Mobilnya lagi dibawa sama Pak Yudi ke bengkel karena ada kerusakan yang parah, jadi pagi ini kamu harus naik motor sama Gara.”

Mata Reya tertuju ke arah keberadaan Gara yang sedang memanaskan mesin motornya dan cowok itu juga sedang melihat ke arahnya sekarang. "Aku enggak mau pergi sama dia, Mama bisa lihat pakaian yang aku kenakan sekarang dan rasanya enggak mungkin kalau harus naik motor."

Bukan mamanya yang memperhatikan penampilan Reya, tapi Gara yang langsung fokus ke sana setelah mendengarkan ucapan gadis ini. "Gak ada yang salah dari penampilan lo hari ini, cukup ganti bawahan pake celana aja. Jangan pake rok karena motor gue tinggi dan lo bakalan enggak nyaman."

"Gue gak mau merubah outfit gue, hanya untuk bisa berangkat sama lo dan naik motor itu."

"Reya, untuk hari ini aja kamu pergi sama Gara. Lagian cuma ganti rok ke celana gak akan memakan waktu yang banyak. Kamu lebih banyak menghabiskan waktu di sini untuk berdebat saja. Langsung masuk ke kamar dan ganti rok kamu sekarang juga.”

Reya melipat tangan di bawah dada dan bersandar di dinding rumahnya. "Aku telepon Steven aja, supaya dia datang ke sini jemput aku dan Gara berangkat sendirian."

"Jangan coba-coba lakukan itu, Mama gak pernah suka dengan kehadiran pacar kamu di rumah ini. Kalau kamu berani pergi sama dia, maka jangan salahkan Mama yang akan memotong uang jajan bulanan kamu. Semakin dikasih tau, kamu malah bertambah keras kepala bukannya menurut apa yang Mama bilang.”

Selalu seperti ini dan ada kalimat ancaman yang akan mamanya katakan untuk menghentikan Reya. Lama-lama dia muak sebab mamanya terlalu egois dan menginginkan agar Reya mengikuti kemauannya.

"Ya udah Reya berangkat naik taksi aja kalau gitu, apa Reya juga enggak boleh naik taksi hari ini? Reya masih punya ongkos untuk pulang dan pergi kuliah kok, jadi gak harus pake uang Mama.”

Belum juga melangkahkan kakinya untuk keluar dari gerbang, Gara terlebih dulu mengejar dan menggenggam tangan Reya. "Mama lo bakalan marah kalau hari ini lo bantah apapun yang dia mau. Cukup ikutin cara gue dan bisa dipastikan lo bakalan aman. Jangan keras kepala dan terus bertingkah, Reya.”

Reya menepis tangan Gara yang mengenggamnya sekarang. Semua yang terjadi sekarang adalah ulah Gara. "Jangan sok jadi pahlawan karena gue sama sekali enggak membutuhkan bantuan lo. Berantem sama Mama bukan kali pertama buat gue dan gue sama sekali gak keberatan sama konsekuensinya. Gue juga enggak takut sama hukuman yang bakalan gue dapetin setelah ini.”

Gara sama sekali tidak menyerah, dia terus menggenggam tangan Reya kuat. "Cukup hari ini aja, Re. Setelah ini gue janji enggak bakalan ikut campur sama apapun yang menyangkut kehidupan lo."

Reya menghela nafas berat kemudian berkata. "Ya udah gue ganti rok dulu, setelah itu kita berangkat bareng."

Gara diam-diam tersenyum penuh kemenangan, ternyata tidak begitu sulit untuk meluluhkan sosok Reya yang keras kepala.

****

Kedatangan Reya dengan seorang laki-laki asing, justru menghadirkan banyak tatapan bertanya-tanya. Pasalnya Reya bisa dikatakan lumayan terkenal di jurusannya. Banyak yang jatuh cinta kepada Reya, karena selain berbakat dia juga cantik.

Sayangnya karena Reya sudah punya pacar, menjadi hambatan untuk cowok-cowok lain mendekati dirinya.

Reya melepaskan helm-nya dan menyerahkan kepada Gara. "Nanti pas pulang enggak usah repot-repot jemput gue ke sini. Gue bisa pulang sama pacar gue dan gak mau berurusan sama lo lagi."

Gara menerima helm tersebut, tapi sebelum pergi dia kembali menahan tangan Reya. Gara turun dari motor dan menggenggam tangan Reya.

Reya melirik tangannya yang berada di genggaman Gara, sepertinya cowok itu memiliki kebiasaan mengenggam tangan orang lain tanpa izin. "Lepas atau gue pukul tangan lo?" tanya Reya yang tidak suka menjadi pusat perhatian seperti sekarang.

"Yang di sana pacar lo bukan?" tanya Gara menunjuk dengan dagunya. "Kok sama cewek, dia siapa?"

Reya menatap ke arah keberadaan cowok yang sangat Reya kenal. Dia datang dengan perempuan yang merupakan sahabat dekatnya dulu.

"Teman gue, mereka gak punya hubungan apa-apa selain itu."

"Yakin?" Gara tersenyum sinis. "Cuma sebatas teman tapi jalannya sambil gandengan gitu?"

Entah apa tujuan Gara berkata demikian, tapi Reya tidak berbohong jika dadanya merasa panas dalam seketika. Dia mengepalkan tangannya dan mendorong Gara menjauh dari dirinya.

"Apapun yang terjadi dalam kehidupan gue, gak semuanya harus lo tau dan gak perlu ikut campur. Mending sekarang lo pergi dari sini dan ke jurusan lo sendiri, Adik."

Gara terkekeh, Reya selalu memanggil dirinya dengan sebutan adik jika emosinya sudah berhasil terpancing. "Jangan sungkan kasih tau gue kalau cowok lo pada akhirnya emang terbukti berengsek, Adik lo bisa berantem kok. Gue gak akan membiarkan Kakak gue disakiti oleh cowok manapun."

Reya merasa tersanjung dan terkekeh pelan. "Gue juga bisa bela diri dan gue enggak butuh bantuan dari orang sok baik kayak lo."

Reya berjalan meninggalkan Gara, cowok itu belum beranjak pergi karena dia penasaran dengan apa yang akan terjadi sebentar lagi. Tapi sayangnya tebakannya salah, dia pikir ada sesuatu yang seru tapi ternyata tidak ada.

Reya berjalan mendekat ke arah dua sejoli yang sedang bersama, lalu malah terlihat mengobrol santai. Gara yang merasa bosan dengan keadaan, langsung memutuskan pergi karena dia rasa Reya memang sama sekali tidak membutuhkan bantuannya.

Reya berbalik badan untuk memastikan bahwa Gara sudah pergi, kemudian tanpa aba-aba dirinya yang semula bersikap santai langsung mendorong tubuh Jesika dan memberikan tamparan keras.

"Berapa kali gue harus bilang sama lo, kalau cowok gue bukan supir yang harus selalu antar jemput lo setiap hari?"

Wajah Reya terlihat memerah, gadis bernama Jesika itu sama sekali tidak terlihat takut dan malah menyunggingkan senyum sinis.

"Berapa kali juga gue harus bilang supaya lo sadar, kalau pacar lo ini adalah calon tunangan gue."

Steven langsung berdiri di tengah-tengah mereka berdua. "Rey, cukup. Aku sama dia enggak ada hubungan apa-apa, aku jemput dia cuma karena perintah Mama aku."

"Seharusnya kamu bisa menolak, kalau kamu emang menghargai perasaan aku. Tapi kamu sama sekali enggak peduli dan selalu bersikap seenaknya. Kamu pikir aku bisa selalu kuat dan gak akan capek sama tingkah kamu?" tanya Reya dengan nada lemah, karena dia memang sudah kehabisan tenaga.

Berhadapan dengan Mama dan Gara di rumah, lalu melihat pacarnya yang bergandengan tangan dengan gadis yang dulunya adalah sahabat dekatnya. Apalagi yang harus Reya hadapi sebentar lagi?

"Kalau capek, kenapa kamu enggak pernah menyerah?" tanya Steven begitu santai. "Aku selalu kasih kesempatan untuk kamu pergi, tapi kamu enggak pernah melakukan itu. Kamu selalu menyalahkan aku dekat sama perempuan lain, tapi kamu juga enggak mau melepas aku. Kamu pikir aku enggak capek dengan semua ini?"

Reya menatap Steven dengan sorot tidak percaya, bisa-bisanya cowok itu mengatakan ini semua di depan banyak orang dan terkesan tidak menghargai perasaan dirinya.

"Aku enggak pernah mau putus, sampai kapanpun aku enggak pernah mau melakukan itu. Aku gak bakalan melepaskan kamu hanya untuk bisa bersama dengan perempuan ini.”

"Kalau enggak mau, maka jangan salahkan kedekatan aku sama Jesika. Aku cuma cinta sama kamu dan aku sama sekali gak merasa keberatan jika harus dekat dengan Jesika karena permintaan orang tua aku. Hanya karena itu, jadi tolong emosi kamu jangan sampai terpancing dan berakhir salah paham.”

Katakanlah Reya bodoh, tapi dia juga bingung harus melakukan apa. Karena bagi Reya, Steven itu sangat berharga.

Cowok ini yang ada di sisinya saat sang papa pergi untuk selama-lamanya. Hanya Steven yang mau menarik Reya keluar dari kegelapan dan meyakinkan Reya untuk melanjutkan kehidupannya.

Reya sangat berterima kasih kepada Steven, tapi dia tidak menyangka karena cowok itu menjadi memiliki kuasa atas dirinya. Dan dia malah semena-mena kepada Reya.

Reya meraih tangan Steven dan menggandengnya. "Ayo kita masuk kelas, sebentar lagi dosennya masuk. Aku enggak mau kamu sampe dihukum karena telat."

Jesika tersenyum puas karena Reya terlihat sangat menyedihkan. Semua orang di jurusan ini tau, bahwa Reya memang selalu mengemis kepada Steven.

Reya hanya berpura-pura kuat di depan banyak orang, tapi Steven selalu berhasil menginjak-injak harga dirinya dan dia sama sekali tidak masalah akan itu.

Reya tidak terima jika ada yang jahat kepada dirinya, tapi jika Steven yang melakukan itu Reya sama sekali tidak masalah.

Karena bagi kehidupan Reya, Steven itu segalanya.

Episodes
1 1. Saudara Tiri
2 2. Tentang Steven
3 3. Gara Suka Kepadaku?
4 4. Perkelahian Mereka
5 5. Membenci Gara
6 6. Reya Rapuh
7 7. Mulai Hilang Ketertarikan
8 8. Perbaiki Mood
9 9. Jesika Marah
10 10. Seorang dari masa lalu
11 11. Reya Sakit
12 12. Gara Terlalu Baik
13 13. Bagaimana Menjelaskan?
14 14. Bersama Arkan
15 15. Putus?
16 16. Reya menghindar?
17 17. Gara mabuk?
18 18. Pertanyaan Papa
19 19. Gara menjauh?
20 20. Arkan ke rumah
21 21. Gara tidak pernah jatuh cinta?
22 22. Acara Keluarga (1)
23 23. Acara Keluarga (2)
24 24. Mama Gara?
25 25. Alasan
26 26. Gara menghilang
27 27. Dia pulang
28 28. Tentang Renata dan Gara
29 29. Perdebatan tak kunjung usai
30 30. Gara Usil
31 31. Fakta lain
32 32. Undangan Pernikahan
33 33. Meminta Penjelasan
34 34. Pertengkaran di sana
35 35. Rencana
36 36. Liburan
37 37. Day 2
38 38. Resya menjauh
39 39. Siapa yang jatuh?
40 40. Mereka gila
41 41. Santai
42 42. Gara tetap berulah
43 43. Mencari Cara
44 44. Kak Arkan?
45 45. Begal?
46 46. Hanya Akting?
47 47. Reya kesal
48 48. Makan
49 49. Meluapkan amarah
50 50. Mulai berusaha
51 51. Magang
52 52. Si Profesional
53 53. Pulang bareng
54 54. Tentang Gara
55 55. Misi penting
56 56. Dosa
57 57. Renata jatuh cinta
58 58. Nongkrong
59 60. Punya pacar
60 59. Halaman belakang
61 61. Tak terusik
62 62. Memancing
63 63. Tentang Jesika
64 64. Sifat Jessi
65 65. Putus
66 66. Gara Marah
67 67. Menyelesaikan
68 68. Ketahuan
69 69. Tak gentar
70 70. Tidak menyerah
71 71. Mendapatkan restu
72 72. Persiapan
73 73. Pernikahan (end)
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Saudara Tiri
2
2. Tentang Steven
3
3. Gara Suka Kepadaku?
4
4. Perkelahian Mereka
5
5. Membenci Gara
6
6. Reya Rapuh
7
7. Mulai Hilang Ketertarikan
8
8. Perbaiki Mood
9
9. Jesika Marah
10
10. Seorang dari masa lalu
11
11. Reya Sakit
12
12. Gara Terlalu Baik
13
13. Bagaimana Menjelaskan?
14
14. Bersama Arkan
15
15. Putus?
16
16. Reya menghindar?
17
17. Gara mabuk?
18
18. Pertanyaan Papa
19
19. Gara menjauh?
20
20. Arkan ke rumah
21
21. Gara tidak pernah jatuh cinta?
22
22. Acara Keluarga (1)
23
23. Acara Keluarga (2)
24
24. Mama Gara?
25
25. Alasan
26
26. Gara menghilang
27
27. Dia pulang
28
28. Tentang Renata dan Gara
29
29. Perdebatan tak kunjung usai
30
30. Gara Usil
31
31. Fakta lain
32
32. Undangan Pernikahan
33
33. Meminta Penjelasan
34
34. Pertengkaran di sana
35
35. Rencana
36
36. Liburan
37
37. Day 2
38
38. Resya menjauh
39
39. Siapa yang jatuh?
40
40. Mereka gila
41
41. Santai
42
42. Gara tetap berulah
43
43. Mencari Cara
44
44. Kak Arkan?
45
45. Begal?
46
46. Hanya Akting?
47
47. Reya kesal
48
48. Makan
49
49. Meluapkan amarah
50
50. Mulai berusaha
51
51. Magang
52
52. Si Profesional
53
53. Pulang bareng
54
54. Tentang Gara
55
55. Misi penting
56
56. Dosa
57
57. Renata jatuh cinta
58
58. Nongkrong
59
60. Punya pacar
60
59. Halaman belakang
61
61. Tak terusik
62
62. Memancing
63
63. Tentang Jesika
64
64. Sifat Jessi
65
65. Putus
66
66. Gara Marah
67
67. Menyelesaikan
68
68. Ketahuan
69
69. Tak gentar
70
70. Tidak menyerah
71
71. Mendapatkan restu
72
72. Persiapan
73
73. Pernikahan (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!