Pertikaian.

Akhirnya mata pelajaran terakhir sudah selesai, saatnya pada siswa mengikuti ekstrakurikuler yang di wajibkan untuk para siswa-siswi minimal satu.

Asna memilih tiga ekstrakurikuler, yaitu sains yang terdiri dari pelajaran tambahan berupa, matematika, fisika, kimia dan biologi.

Ekstrakurikuler kedua adalah klub musik, dan yang ketiga adalah olahraga voli.

Hari senin, selasa dan Rabu. untuk ekstrakurikuler sains, kamis dan Jumat untuk klub musik, sementara sabtu dan minggu untuk klub olahraga voli.

"Lama banget..!" ucap Asna, setelah melihat teman-temannya di dari klub musik.

Irvan yang datang berama Sasa, dan Harun. mereka tersenyum menanggapi ucapan dari Asna.

Asna sebagai vokal, Irvan sebagai drummer, Sasa sebagai keyboard, dan Harun sebagai gitaris.

"Maaf...! tadi gurunya memberikan tugas tambahan dan agak lama keluar dari kelas." sanggah Sasa, seraya merangkul tangan Asna.

"Sebagai permintaan maaf dari kami yang telat, nanti aku traktir makan di cafe disekolah kita ini." ucap Irvan dengan semangat.

"Maaf! Asna ngak bisa ikut ya, karena harus mengajar privat anak-anak didik ku lagi." sanggah Asna.

Memang Asna, tidak pernah ikut jika mereka nongkrong bareng, karena Asna mempunyai kesibukan lain, yaitu mengajar privat anak-anak sekolah dasar di dekat tempat tinggalnya.

Karena merasa tidak enakan, akhirnya Asna. memaafkan teman-temannya yang telat datang ke studio musik untuk latihan.

Hanya Asna, yang beda kelas dari teman-temannya yang baru datang, setelah di bujuk oleh Sasa. akhirnya mereka masuk ke studio musik.

"Hari Senin depan, sudah hari guru. jadi Asna, sudah membuat list lagu yang akan kita nyanyikan.

Diantaranya, himne guru, Berkibarlah bendera negeriku dan lagu satu lagu daerah dari Jawa, berjudul Joko Tingkir.

Apakah sudah cocok, menurut teman-teman sekalian?" tanya Asna, yang meminta pendapat teman-temannya.

Ternyata teman-temannya setuju dan hanya satu lagu tambahan pop barat.

Pertama sekali mereka akan menyanyikan lagu himne guru, yang sudah di aransemen ulang dalam bentuk pop.

Lagu pertama sukses, begitu juga dengan lagu kedua dan ketiga.

Lanjut lagu pilihan keempat dan baru saja mulai, tiba-tiba semua instrumen musik mati total berikut dengan lampu dalam studi musik.

prok...prok...prok ' suara tepuk tangan dari Evano yang tiba-tiba datang ke studio musik.

"Lo yang mematikan saklar studio ini?" tanya Irvan yang terlihat emosi.

"Iya! kenapa? ada masalah?" tanya Evano dengan segala kesombongannya.

Lalu Evano berjalan ke arah Asna, yang berdiri di antara teman-temannya klubnya. tatapan aneh dari Evano tertuju kepada Asna.

"Berani-beraninya kau, menolak cintaku." kata Evano dengan nada suaranya yang meninggi.

"Kamu, sangat aneh. kamu sendiri yang berkata kalau aku, bukan tipe mu." sanggah Asna.

"Iya! tapi aku pantang ditolak, perempuan yang jauh lebih cantik dari kau, bisa aku dapatkan sepuluh orang sekaligus." Ucap Evano.

"Bacot!" ujar Irvan, yang terlihat sangat emosi karena Evano mengganggu latihannya.

Tapi Evano tidak menggubris perkataan dari Irvan dan masih fokus menatap Asna.

"Aku bisa mengeluarkan kau, dari sekolah ini. jadi jangan kurang ajar samaku. berani-beraninya kau mempermalukan ku di depan teman-teman yang lain." kata Evano, seraya mendorong bahu Asna.

Prak... ' Evano di dorong oleh Irvan, hingga menimpah drummer.

"Beraninya cuman sama cewek, sini kau kalau berani." ujar Irvan yang sudah emosi.

Akhirnya terjadilah pertikaian antara Evano dan Irvan, akan tetapi masih bisa di lerai oleh Asna.

"Hei...! kampret. memang benar kalau sekolah ini milik keluarga mu, tapi tanpa orang tua kami yang membayar uang sekolah disini, sekolah ini ngak ada apa-apanya Evano." ungkap Sasa, yang juga emosi melihat tingkah Evano.

"Teman-teman sekalian, kita. sudahi dulu latihan kita kali ini, maklumlah ada pengganggu." ucap Asna.

Lalu menarik Sasa untuk keluar dari studio musik itu, kemudian diikuti oleh Harun. kini tinggallah Evano dan Irvan yang masih bersitegang.

"Asna, milikku. jangan pernah sentuh dia, habis Lo." Irvan mengancam Evano.

Tentunya Evano, tidak akan gentar. malah seperti tertantang akan ucapan Irvan barusan.

"Lo...! belum jadi suaminya, itu artinya kalau Asna, masih milik umum. daripada berdebat begini, bagiamana kalau taruhan." ucap Evano dengan penuh kesombongannya.

"Taruhan apa?" tanya Irvan.

"Balapan motor, seperti biasa. kalau Lo, kalah. jangan halangi aku. untuk mendapatkan Asna." tantang Evano dengan penuh percaya diri.

"Baik, tapi kalau kau kalah. jangan pernah dekati dan jangan ganggu Asna." sanggah Irvan.

Akhirnya mereka menyepakati hal itu, dan Irvan meninggalkan Evano di studio musik yang gelap itu.*

Dari arah gerbang sekolah Asna, berjalan menuju sekolah dasar Insani, tempat Dafa adiknya sekolah.

Sekolah dasar Insani, masih berada di naungan yayasan yang sama dengan sekolahnya Asna.

Tiba-tiba saja ada mobil mewah berhenti dan memanggil Asna.

Kiara yaitu teman sekelas Asna, turun dari mobil bersama gengnya dan menghampiri Asna.

"Heii! perempuan kampung, gue lihat Evano. menghampiri Lo, ke studio musik. Lo jangan harap bisa memiliki Evano.

Cewek kampungan dan miskin seperti Lo, ngak pantas mendekati Evano, karena sudah berbeda jauh." ucap Tiara dengan begitu angkuhnya.

"Iya, Kiara. Aku tidak berniat berpacaran dengan pria dari sekolah kita." ungkap Asna dengan nada yang lirih.

"Karena Lo, miskin!" ucap Amira.

Amira adalah anggota geng dari Kiara, yang bergabung di klub cheerleaders. Amira sangat menyukai Irvan.

"Asal Lo, ketahui. aku bisa mendepak Lo dari sekolah ini, jadi jangan macam-macam ya." Kata Kiara dan mengajak anggota gengnya untuk segera pergi.

Asna sempat terdiam dan kemudian melanjutkan langkahnya setelah Kiara dan gengnya telah pergi.

"Dafa, belum pulang?" tanya Asna kepada adiknya.

"Belum, Kak. tadi kami latihan nyanyi untuk acara hari guru Senin depan." jawab Dafa, seraya tersenyum.

Lalu Asna mengajak adiknya untuk pulang sama-sama dan Dafa, mengiring sepedanya karena pulang bersama kakaknya.

"Sial...! kenapa sih, bocil itu selalu ada?" ucap Evano yang memantau Asna dari kejauhan.

Evano tetap mengikuti Asna dan adiknya secara diam-diam dan tiba-tiba...

"Mas, ngapain mengikuti anak-anak ku? mau berniat jahat ya?"

"Ti...tidak! ibu Jainab." Jawab Evano kepada ibu Jainab, yang merupakan ibu dari Asna dan adiknya

Evano terlihat terkejut melihat ibu Jainab, memorgoki dirinya sedang memantau Asna dan adiknya.

"A...aku! hanya mengawasi Asna, takutnya ada orang jahat yang mengganggu mereka." ucap Evano dengan terbata-bata.

"Ngak perlu mas, karena anak-anak ku jago bela diri dan bisa menjaga dirinya dengan baik." kata ibu Jainab.

Bu Jainab, masih menatap tajam ke arah Evano dan akhirnya pria tengil itu pamit untuk segera pulang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!