Pertama sekali Asna memainkan kunci nada untuk lagu Indonesia raya, dan bersama-sama mereka menyanyikan dengan memainkan kunci nada.
"Tepuk tangan yang meriah untuk murid-murid yang luar biasa."
prok....prok.... prok....
Tepuk tangan meriah dari para siswa-siswi, hanya Revano yang bertepuk tangan dan malah fokus menatap wajah Asna.
"Asna..."
"Iya pak."
Jawab Asna dengan tenang, dan masih memegang gitarnya dengan cara duduknya yang anggun.
"Sekarang kita pop barat ya, karena musik selalu berkembang mengikuti jaman. kelak suatu nanti kalian semua akan menjadi bagian dari masyarakat.
Sekolah ini akan melatih kalian agar bisa bertahan di masyarakat nantinya.
kita lanjut ke pop barat, apakah Asna ada pilihan lagu yang Asna ketahui."
"Bagiamana kalau tembang kenangan dari weslife yang berjudul My love?"
"Selera kita sama kok, bagaimana yang lainnya?" Ujar pak guru seni musik dan kemudian bertanya ke muridnya yang lain.
"Lanjut pak...!" jawab para siswa serentak.
Asna langsung memainkan lagu itu dengan bersahaja, lantunan setiap syair lagu begitu syahdu.
Suara merdu Asna, mampu menyihir semua para siswa untuk menikmati permainan gitar dan suara Asna yang begitu syahdu.
Ketika lagu sudah tiba di bagian reff, yaitu...
And oh, my love
I'm holding on forever
Reaching for the love that seems so far
"I love you, Asna," ucap Evano seraya tersenyum.
Huuuuuuu......
Asna berhenti bernyanyi karena sorakan dari teman-temannya yang lain kepada Evano yang over percaya diri.
"Cukup anak-anak, cukup!" Ujar pak guru dan murid-muridnya langsung diam seketika.
"Evano...! apakah kau mencintai Asna?" tanya pak guru.
"Iya, aku sangat mencintai Asna." jawab Evano dengan tegas.
"Asna... ! apa kau menginginkan Evano menjadi pacar mu?" tanya pak guru ke Asna.
"Demi langit dan bumi, aku sungguh tidak mencintainya. Asna lebih mencintai seni musik, matematika, kimia, fisika dan bahasa Inggris.
karena mereka memberikan harapan yang pasti, dan itu berbeda dengan tawaran cinta yang hanya memberikan kenikmatan semata dan bersifat sementara."
hahahaha hahahaha hahahaha haha haha haha haha....
Jawaban dari Asna yang seperti puisi, tapi itu benar-benar membuat Evano menjadi malu. sebab teman-temannya menertawai di kala penolakan cintanya terhadap Asna.
"Kau, sudah merasa cantik ya...! tidak Asna, sepuluh cewek yang jauh lebih cantik dari mu, bisa aku dapatkan detik ini juga." ucap Evano dengan angkuhnya.
"Alhamdulillah..."
Asna mengucap syukur, karena dirinya tidak secantik gadis yang di inginkan oleh Evano, dan itu menandakan kalau Asna benar-benar menolaknya.
"Evano...! sudah jelas kalau Asna tidak menyukai mu, dan berhubung karena kamu bercanda saat pelajaran bapak. sekarang gantikan Asna di depan untuk memberikan contoh kepada kami.
buruan......!" ucap pak guru seraya membentak Evano.
Dengan langkah kaki yang berat, Evano maju ke depan kelas dan menggantikan Asna untuk memberikan contoh sebagaimana Asna mencotohkan kepada teman-temannya.
jreng... jreng... jreng....
Suara gitar yang dipetik tapi tidak beraturan, hanya suara itu yang berulang-ulang terdengar.
huuuuuuu.....huuu.....
Lagi-lagi teman-temannya menyoraki Evano karena tidak bisa memainkan gitar.
"Hadehhh....
duduk kau, buat malu aja. kirain master rupanya cupu."
huuuuuuu.....huuu.......
Teman-temannya kembali bersorak untuk Evano akan sindiran dari guru seni musik tersebut, dan akhirnya Evano di mintak untuk duduk kembali di kursinya.
Tapi gitar Evano di ambil oleh guru dan kali ini pak guru yang memberikan contoh kepada murid-muridnya dan mereka bernyanyi bersama lagu Westlife yang berjudul my love.
Sepertinya Evano berbohong akan perasaannya terhadap Asna, sepanjang lagi my love tersebut, Evano selalu memperhatikan Asna.
Tapi perhatian itu tidak di indahkan oleh Asna, dan asyik mengikuti pelajaran dari guru seni musiknya yang gaul.
Tanpa terasa pelajaran seni musik sudah berakhir, para siswa seakan-akan tidak rela berpisah dengan guru seni musik itu.
"Setelah bersenang-senang dan selanjutnya kita akan membahas angka-angka yang rumit." ujar seorang siswa.
"Apa maksud mu, Ramon?" tanya pak guru seni musik itu.
"Tadi kan, kita nyanyi bergembira bersama-sama. nah pelajaran selanjutnya adalah matematika, parah ngak tuh, pak?" jawab siswa yang bernama Ramon.
"Dengar ya, Ramon. semua ilmu pengetahuan itu penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Pelajari saja, baru pertimbangan kemampuan diri sendiri agar bisa menilai, dimana kita menguasai dari dalam diri kita ini.
Percuma dong, kedua orang tua mu. menghabiskan uang untuk pendidikan mu disini, jangan berikan kekecewaan tapi berikanlah kemenangan." ucap pak guru seni musik.
Setelah mengatakan kata bijak itu, lalu melangkah keluar dari kelas setelah selesai mengumpulkan semua gitar.
"Selamat pagi, anak-anak," sapa bu guru matematika.
"Selamat pagi, bu." jawab para siswa dengan kompak.
Belum juga duduk, ibu guru mata pelajaran matematika itu sudah menuliskan soal matematika di papan tulis.
"Anak-anak ibu, sekalian. di depan sudah ada soal matematika yang akan kita bahas kali ini. tapi ibu, ingin seseorang menjawab persoalan ini dan ibu. sebagai hadiahnya ibu, akan memberikan buku yang bagus ini." ucap bu guru.
Lalu Asna mengangkat tangannya, dan senyuman yang begitu sumiringah saat melihat buku yang dipegang oleh bu guru matematika itu.
"Asna, tahu buku apa ini!" tanya bu guru.
"Asna, tahu Bu. Buku yang ibu pegang, adalah buku yang ditulis oleh profesor matematika yang bernama Max Luwis, yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
Dari sampulnya itu, jelas bahwa buku yang ibu, pegang adalah Mahir 1 kalkulus diferensial." jelas Asna.
"Apa itu kalkulus diferensial?" tanya bu guru lagi.
"Kalkulus diferensial, yaitu mempelajari turunan dari suatu fungsi pada titik tertentu, menjelaskan sifat fungsi yang mendekati nilai input.
Dalam hal pertambangan, penelitian bersifat cair yang artinya perubahan kimia. kalkulus diferensial ini harus di perdalam." ucap Asna, seraya maju ke depan.
Lalu Asna mengerjakan soal yang di tuliskan oleh guru matematika, tidak berapa kemudian Asna. sudah selesai mengerjakan soal tersebut.
"Soal ini merupakan dasar kalkulus diferensial standar, dimana nilai turunan hampir sama seperti yang sudah dipelajari di pelajaran sebelumnya." jelas Asna dengan luwesnya.
ck...ck...ck...
"Asna! kamu memang luar biasa," puji Bu guru seraya mendekati Asna yang berdiri didepan papan tulis.
"Asna, tau dari mana?"
"Asna, punya pengantar dasar buku itu bu. lebih tepatnya Asna tulis ulang. karena bukunya sangat mahal." jawab Asna dengan terkekeh.
"Mana buku yang kamu tulis ulang itu?"
"Dirumah ibu, tebal." jawab Asna kepada bu guru.
Bu guru meminta Asna untuk memperlihatkan buku yang telah di tulis ulang olehnya, lalu bu guru memberikan buku yang dipegang kepada Asna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments