empat ( protective )

Keesokan harinya,

Loren kini berada di perpustakaan, ia tengah berkutat mengerjakan laporan di laptop. Saat sedang fokus-fokusnya ada seseorang memegang pundaknya membuatmya terperanjat kaget.

" astaga! " ya ampun Chelyn Lo ngagetin aja " Chelynlah yang memegang pundak Loren,

" lah kaget ternyata, dari tadi Lo udah gue panggil, tapi Lo nggak nyahut " memang benar sudah beberapa kali Chelyn memanggil Loren, namun gadis itu tak menyahut sama sekali sampe penjaga perpus memberi isyarat berdehem padanya untuk diam.

" oh ya? Sorry gue lagi ngerjain laporan "

Chelynpun manggut-manggut.

" Kita mau pergi sekarang! yang lain udah nungguin, dan juga pesan gue kenapa nggak dibales? "

Loren mengerutkan kening tak mengerti, dengan ucapan Chelyn, sedari tadi ia tak menyentuh ponselnya sama sekali. Jika sudah fokus dengan sesuatu maka Loren akan lupa dengan hal disekitarnya " emang kita mau kemana? " bingung.

" jangan bilang, Lo belum baca pesan gue? Atau Geo nggak ngasih tahu Lo semalem? "

Lorenpun menggeleng, segera ia mengambil ponselnya dari dalam tas yang ia letakan disamping kursi tempatnya duduk.

Begitu Melihat ada beberapa panggilan tak terjawab juga pesan yang muncul di pop up sekitar kurang lebih setengah jam yang lalu, dan salah satunya itu dari Geovano. ah yang benar saja, jika dia tidak menjawab panggilan dari Geovano maka pria itu akan dengan segera menghampirinya. Dan benar, baru saja Loren berucap dalam hati, Geovano langsung menelfon Chelyn.

Chelyn mengangkat ponselnya, ditunjukan layar ponsel itu kearah Loren, dan dapat dilihat yang memanggilnya adalah nomor kontak yang bertuliskan Geovano, seketika Loren merutuki ketidak pekaannya pada hal sekitar, karna terlalu fokus.

setelah deringan ketiga Chelyn langsung mengangkat telfon itu, tidak membiarkan Geovano menunggu terlalu lama, jika itu terjadi, sudah bisa dipastikan Geovano akan memarahinya, atau paling parah ia akan mendatanginya menatap tajam padanya, dan membanting ponsel miliknya.

" Hem? "

" dimana? "

" di perpus sama Loren "

Tut

Panggilan terputus begitu saja, Chelyn memaki-maki Geovano, benar-benar tidak sopan, mematikan panggilan begitu saja.

Loren hanya meringis, melihat dan mendengar hal itu, karna itu pernah terjadi padanya saat Geovano menelponnya. singkat, padat, dan jelas, namun tidak separah ini.

" mau heran,tapi temen gue "

" mau gimana lagi? Terlalu beku " ucap Loren,

" apa yang beku? " ucap seseorang yang berada dibelakang Loren, sontak pandangan Chelyn dan Lorenpun teralihkan ke belakang Loren, mereka berdua mendapati Geodan dan Karan yang berdiri dibelakang Loren. dan yang mengajukan pertanyaan itu adalah Geodan.

Chelyn menghela nafas " bukan apa tapi siapa! Dan untuk jawabannya Lo juga udah tahu, tanpa harus diberi tahu "

Loren hanya tersenyum menyapa kepada kedua pria tadi, dan dibalas dengan senyuman, mereka berjalan mendekat mengambil posisi mereka duduk disamping Loren dan disamping Chelyn.

" rajin banget sih Lo " ucap Geodan pada Loren begitu melihat laporan Loren yang masih berupa ketikan dilaptop, reflek Loren langsung menutup laptopnya " bukan rajin, karna emang pengen ngerjain lebih awal aja, biar cepet selesai "

" itu mah nggak ada bedanya Ren. oh ya, btw Lo udah nggak pake kacamata lagi? " tanya Karan.

" sebulan yang lalu gue operasi Lasik, dan itu karna kemauan Geovano "

Karanpun mengangguk faham " keliatan beda banget, Lo tanpa kacamata "

" oh ya? Geovano juga bilang gitu "

" nah tuh orangnya, panjang umur " ucap Chelyn, melihat kedatangan Geovano. Lorenpun menoleh dan mendapati Geovano dengan wajah datarnya berjalan ke arah mereka.

Lorenpun berdiri dari duduknya " kok kamu disini? " tanya Loren, walau sebenarnya dia tahu apa alasan Geovano ada disini

" ponsel kamu mana? " Geovano tak menjawab pertanyaan Loren.

Lorenpun menunjukan ponselnya, Geovano memeriksa ponsel Loren, memastikan masih berfungsi dengan menyalakan dan membuka beberapa aplikasi, lalu memanggil ponsel Loren dengan ponselnya sendiri, dan itupun tersambung, namun Loren mengatur ponselnya ke mode getar.

Geovano menghela nafas, dan menatap ke arah Loren, Loren yang ditatap hanya memberikan cengirannya " aku tadi terlalu fokus ngerjain laporan, jadi gak tahu deh kalo kamu nelfon, dering ponselnya nggak aku bunyiin, karna biar bisa fokus. Hehe "

Geovanopun mengangguk dan menatap Loren lembut " lain kali kalo kamu ngapain aja, tetep nyalahin ponsel, faham! " tangan Geovano mengusap puncak kepala Loren lembut, dan merangkul kan diri Loren ke tubuhnya, seketika Chelyn dan Karan membuang muka menatap kemesraan keduanya.

" kamu khawatir? " tanya Loren.

" Hem "

" lain kali nggak lagi deh "

" bagus! Itu baru benar " Geovano menowel hidung Loren dengan tangannya yang bebas.

Dan suara deheman dari Geodan pun terdengar " ekhem " membuat Loren sadar bahwa dirinya tidak hanya berdua dengan Geovano. Iapun langsung melepas rangkulan Geovano, pipi Lorenpun memerah karna merasa malu, ia memalingkan wajah. melihat itu membuat Geovano gemas, dan mengacak puncak rambut Loren.

" parah Lo, dunia serasa milik berdua, apa kalian tidak bisa memberikan harga diri pada yang jomblo? Kayak kita-kita ini? " ucap Karan yang sedikit kesal dengan pasangan yang berada didepan matanya, maklum saja walau Karan terlihat seperti wajah fuckboy, namun sebenarnya ia tak pernah memiliki hubungan dengan wanita manapun, ia hanya akan sekedar menggoda begitu saja, dan jika wanita itu tergoda padanya, maka Karan akan langsung meninggalkannya, tak ada bedanya dengan ghosting.

" no! Gue gak jomblo ya, tunggu aja Lo berdua bakal gue tunjukin gimana kemesraan yang sesungguhnya rasanya gerah gue disini " ucap Chelyn mengipasi dirinya dengan tangan. Ia berandai bahwasanya pacarnya ada disini mungkin ia akan bersaing kemesraan dengan Geovano dan Loren.

Berbeda hal dengan geodan yang sedari tadi menatap tajam pada perilaku Geovano terhadap Loren yang kelewat manis, yang membuat dirinya panas, namun ia tahan. tak sekalipun pandangan mata Geodan teralihkan dari mereka berdua

Tak ada yang menyadari hal itu, dan apalagi saat ini Geovano yang langsung menarik pinggang Loren, membuat jarak tubuh mereka menghilang. Geodan menggertakan giginya, kesal yang saat ini ia rasakan. yang ia mau sekarang adalah pergi dari sini, dan menyudahi kemesraan yang terlihat memuakkan baginya dan juga panas.

Geodan menarik nafasnya perlahan dan membuangnya " bukannya hari ini Lo ada urusan? " tanya Geodan saat dirasa perasaannya mulai tenang,

Lorenpun langsung menatap ke arah Geovano, yang kini telah merubah pandangannya menjadi datar, tak seperti yang dilihat tadi saat menatap dirinya, berbeda hal dengan tatapan mata Geovano pada Geodan.

" habis ini " singkat Geovano.

" ya udah kalo gitu kenapa Lo nggak berangkat sekarang aja? " jeda sebentar, tak mendapat respon dari Geovano.

" Lyn ayo! Kita berangkat sekarang! " ajak Geodan. Chelynpun mengangguk, kemudian berdiri dan membenarkan tasnya.

" ayo Ren! "

" bentar, gue mau balikin ini dulu ke asrama " ucap Loren melepas rangkulan Geovano dan membereskan laptopnya. Loren Memang tinggal di asrama kampus selama ini, karna dia mendapatkan akses gratis untuk tinggal disana, tidak hanya dirinya saja beberapa mahasiswa kampus yang lainnya juga ada yang memilih untuk tinggal diasrama.

" nggak usah! Sini mana laptop Lo " ucap Karan menarik paksa laptop Loren dari tangannya, dan memanggil seorang mahasiswi yang berdiri tak jauh dari mereka, mahasiswi itu menunjuk dirinya seakan bertanya.

" iya elo, sini! "

mahasiswi itu mendekat, dan Karanpun memberikan laptop Loren kepadanya " taruh laptop ini di kamar Loren oke! " Karan sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat mahasiswa itu malu senang, dan mengangguk, iapun dengan segera pergi dari perpus.

" sok ganteng Lo " sewot Chelyn.

" nggak ada cewek di dunia ini yang bisa menolak pesona gue " ucap Karan dengan ke-PD-annya, tapi hal itu memang benar, karna sampai sekarang siapapun cewek yang digoda oleh Karan mereka akan langsung terpesona, dan ujung-ujungnya hanya jadi buaian semata.

" tapi dia bukan roomate gue " ucap Loren.

" udah tenang aja gapapa, kalopun laptop Lo ilang biar Geovano yang ganti, ya ngga ge? " ucap Karan, Geovano hanya memberikan ekspresi datar tak menjawab.

" bukan masalah laptopnya, tapi masalah isinya, itu yang lebih penting, ya untuk laptopnya juga penting sih "

" gapapa ren percaya aja, kalo sampe itu beneran ilang, bakalan gue cari tuh cewek. Jadi Lo nggak usah khawatir, mendingan sekarang kita berangkat, yuk! "

Lorenpun mengangguk pasrah, walaupun sebenarnya masih resah. Keresahan Lorenpun terlihat oleh Geovano.

" gak perlu khawatir! Nggak akan hilang kok, percaya deh "

Lorenpun mengangguk lagi dan sedikit merasa lebih tenang, entah kenapa setiap perkataan Geovano selalu mampu membuatnya menjadi lebih tenang, hangat, dan nyaman.

mereka berlima keluar dari perpus, tangan Geovano merangkul pundak Loren, walaupun Loren sudah memintanya untuk dilepaskan karna malu, namun Geovano tak mau melepaskan seakan-akan takut Loren akan hilang dari sisinya, membuat Karan dan Chelyn menatapnya jengah dan berasa ingin menjerit didalam hati mengatakan bahwa mereka iri. Apakah harus se-protective itu?

Geodanpun kini membuang muka, dan berjalan lebih dulu dari kedua pasangan itu. Merasa benar-benar sudah tak tahan melihat sikap protective Geovano terhadap Loren.

Terpopuler

Comments

ALISA<3

ALISA<3

Aku terhipnotis dengan alur ceritanya, jangan berhenti menulis ya, thor!

2023-07-15

1

Linechoco

Linechoco

Thank you untuk cerita yang membuatku senyum-senyum sendiri sepanjang baca, author hebat!

2023-07-15

1

Luke fon Fabre

Luke fon Fabre

Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!

2023-07-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!