Kalista mengikuti langkah kaki Julio sampai mereka tiba di kantai dua puluh, ruangan pria itu berada. Bahkan dari belakang Kalista melihatnya pun sudah sangat terpesona.
Demi Tuhan, Kalista menunggu waktu sangat lama untuk bisa melakukan ini. Ia sudah memendam—oke, baiklah, tidak mememdam juga karena sepertinya seluruh orang tahu perasaannya pada Julio, sejak dia hadir di ulang tahun ketujuh belas Kalista, tiga tahun yang lalu.
Sejak saat itu, Kalista tidak pernah lagi menyukai siapa pun melebihi Julio. Bahkan walaupun Papa berkata bahwa Kalista tidak boleh menikah karena jika Kalista menikah maka dalam setahun ia bisa bercerai dua puluh kali gara-gara pindah hati, tapi nyatanya Kalista setia menyukai Julio tiga tahun.
"Oke, Kalista." Julio duduk di kursinya, menatap Kalista yang senyam-senyum. "Jadi kamu mutusin buat langsung magang jadi sekretaris. Kenapa enggak kuliah?"
"Niatnya mau langsung nikah, Kak," jawab Kalista polos tapi juga super genit. "Kalo Kak Julio mau, aku siap kok taun ini."
Julio tersenyum menahan tawanya yang justru membuat dia sangat manis. "Pinter ngelawak, oke. Tapi ngomong-ngomong kamu sanggup kerja jadi sekretaris? Enggak gampang loh ngelakuinnya."
Buat kamu apa sih yang enggak, adalah apa yang mau Kalista langsung katakan tapi ia menahan diri. "Hehe, iya, Kak. Buat Kakak."
Setidaknya tidak norak, kan?
Julio yang melihat gadis itu tidak sedikitpun menyembunyikan rasa sukanya justru ingin tertawa. Baru saja Julio mau melayangkan pertanyaan lain, pintu ruangannya diketuk disusul kaca itu terdorong.
Sesosok pria muda muncul yang seketika melotot melihat Kalista.
"Lo!"
Kalista terkejut. "Sori, siapa yah?"
"Enggak usah pura-pura lupa!" Sergio berjalan marah mendekati Kalista. "Lo ngapain di sini, anjir?! Lo gila beneran, hah?!"
"Bacot!" Kalista balas melotot sebelum dia menoleh dan tersenyum-senyum pada Julio. "Kak Julio, boleh aku nanya kok ada kutu sawah di sini?"
Julio mengangkat bahu. "Sergio juga magang di sini, Sayang. Kuliahnya kebetulan udah selesai. Tapi ngomong-ngomong kalian baru ketemu lagi, kan? Enggak pelukan dulu?"
Sergio menoleh pada Kalista dan tersenyum pongah. "Hah, liat gue sekarang. Calon CEO. Kalo sekarang lo ngaku gue lebih ganteng, gue maafin lo karena buta kemarin-kemarin."
Gadis itu menatap Sergio sekilas lalu pada Julio. "Enggak seganteng Kak Julio," gumam dia jelas.
"Apa?!"
"Terima kenyataan, oke?! Besides, lo itu udah punya tunangan jadi fokus sama tunganan lo sendiri and back off on my way because gue juga sibuk sama urusan cinta gue sendiri!" balas Kalista sebelum dia berlari ke belakang kursi Julio.
Julio tergelak keras melihat wajah merah Sergio yang murka. Julio tahu betul bahwa Sergio, adiknya, kemarin sengaja pergi ke Singapura, menghilang dari hidup Kalista cuma agar Kalista sejenak lupa padanya lalu terpesona lagi.
Katanya Kalista itu suka tiba-tiba pindah hati kalau melihat cowok ganteng fresh. Namun melihat dari reaksi Kalista, kayaknya usaha Sergio sia-sia. Di mata Kalista, dia tetap Sergio.
"Kak Julio, kita kan harusnya interview sekarang. Suruh dulu hamanya pergi," rengek gadis itu.
Sejujurnya Julio menyukai bagaimana dua orang ini berinteraksi tapi memang ini bukan tempat yang tepat.
"Oke, stop dulu di sini." Julio menggeser kursinya untuk menarik Kalista berhenti sembunyi. "Nah, Kalista, berhubung kamu anak magang baru dan Sergio anak magang lama, kamu belajarnya dari Sergio aja. Ceritanya dia bos, kamu sekretaris."
"APA?!" teriak mereka bersamaan dan sangat kompak menganga.
Julio mengibas-ngibaskan tangan, mengusir keduanya. Ia tak punya waktu mengurus gadis manja yang bekerja cuma untuk mengejar cinta sepihak, jadi lebih baik itu urusan Sergio yang kebetulan jatuh cinta sepihak pada gadis manja itu.
Sementara itu, Kalista yang gagal berada di samping Julio lebih lama tentu saja mengamuk pada Sergio.
"Semuanya salah lo!" tuding gadis itu murka. "Harusnya lo tuh muncul nanti aja, pas gue nikah sama Kak Julio!"
Sergio menggigit tangan Kalista yang menunjuknya.
"AKH!"
"You stupid little idiot!" balas Sergio. "Lo kira bisa nikah sama kakak gue sementara Mami gue aja enggak ngerestuin elo sama gue?!"
"Elo ya elo, Kak Julio ya Kak Julio!"
Sergio menggertak giginya kesal. Tapi Kalista juga tak kalah kesal. Mereka saling memandang dan melampiaskan kekesalan itu lewat mata, sampai akhirnya Sergio menyerah.
"Oh come on!" Sergio mengacak rambutnya frustasi. "Don't you see me now? Liat kan gue udah berubah? You suppose to be in love with me now!"
"Iyuh." Kalista mundur dengan wajah jijik. "Denger yah, Sergio, I see you on your instagram like ... I don't know a thousand times? You know? A thousand. Lo kira gue baru ngeliat lo sekarang?!"
"Foto sama aslinya beda!"
"Sama!" Kalista melipat tangan. "Huh, dasar narsis. Pokoknya gue enggak peduli yah. Gue ke sini mau pacaran sama Kak Julio!"
"Kayak dia suka lo aja."
"Lo mesti bantuin gue soalnya itu taruhan kita dulu!"
Mereka dulu bertaruh jika dalam tiga tahun Kalista tidak bucin pada Sergio, maka Sergio harus membantu Kalista menikahi Julio sekalipun itu menjebak Julio menghamili Kalista.
Tapi Sergio menolak kalah.
"Enggak, karena gue belum buktiin lo enggak bucin ke gue," kata pemuda itu egois.
"WHAT?!"
"Satu bulan." Sergio menekan hidung Kalista dengan telunjuknya. "Satu bulan gue bikin lo bucin ke gue."
*
Walaupun Kalista mau protes tentang keputusan Julio menyuruhnya jadi asisten Sergio, tapi Kalista tidak melakukannya. Ia adalah gadis yang agresif dan maju ke garis depan peperangan, tapi ia bukan gadis yang membuat orang lain harus terus kerepotan.
Bos berkata A, anak buah melakukan A. Karena bawahan patuh adalah kesayangan bos.
Walau itu membuatnya dan Sergio harus bersabar dalam satu ruangan yang sama.
"Gue kira lo betah di Singapur," kata Kalista yang mengamati Sergio dengan lembaran berkas entah apa. "And I think you have found someone else to in love with. And how about Astrid?"
"Ini bukan jaman baheula di mana gue mesti nikah beneran karena dijodohin," balas Sergio ketus.
"Okay, cool, man. Santuy dong." Kalista mendengkus. "Kalo gue sih mau yah kalo dijodohin sama Kak Julio."
Sergio membanting kertas di mejanya sebal. "Harus banget lo nyebut-nyebut Julio mulu? Jelas-jelas dia cuma nganggep lo adeknya. Oke, salah. Pacar adeknya which is me."
Kalista mengorek telinganya dengan wajah sangat tidak peduli pada kemarahan Sergio. "Kalo lo seobsesi itu jadi pacar gue, oke kita pacaran. Sekarang gue minta putus, done."
"Siapa juga yang terobsesi sama lo?! Gue cuma mau buktiin kalo gue lebih ganteng!"
"Ya ya, lo ganteng, puas sekarang? Now leave me alone."
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments