Dia terkejut karena saat ini berada di atas langit tepat di bawahnya adalah sebuah kota besar, Tokyo.
"Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Bukankah aku jatuh dari atas apartemen ku?" batin pemuda itu yang mulai kebingungan.
Dia benar-benar ketakutan untuk saat ini, jika dirinya jatuh dari ketinggian terbangnya sebuah pesawat, itu benar-benar pasti akan menghancurkan dirinya saat jatuh ke bawah sana.
Dia menampar pipinya berulang kali menggunakan kedua tangannya untuk menyadarkan dirinya dari lamunannya. Namun, apa yang dia lakukan untuk saat ini hanya sia-sia karena saat ini dirinya sedang tidak berimajinasi. Ini adalah kenyataannya, dia melayang di atas langit dengan perlahan mulai terjatuh ke kota besar yang masih beroperasi.
Pemuda itu melesat dengan cepat dan hanya berjarak beberapa meter lagi, dirinya akan hancur seperti apa yang dia bayangkan. Dia menutup matanya karena ketakutan.
Setelah beberapa detik berlalu, dirinya tidak merasa kesakitan sama sekali. Dia membuka matanya dengan harapan, "Aku tidak mau berada di atas langit itu! Itu benar-benar menyeramkan, Tuhan!"
Dia tidak berada di atas langit, melainkan di tengah sebuah taman di malam hari yang hanya diterangi beberapa lampu taman saja dengan dirinya yang saat ini berbaring di atas rumput hijau yang dingin.
"Ah! Sebenarnya apa yang baru saja terjadi? Sepertinya tadi aku sempat melihat Menara Tokyo? Apa itu hanya halusinasi ku saja?" batin pemuda itu mulai bangkit dari tidurnya.
Dia berdiri dan menepuk pakaian lusuhnya dan menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada dirinya sendiri.
"Eh? Kenapa rasanya aku sudah sembuh, ya?" batin pemuda itu dan mulai menggerakkan tubuhnya serta mengusap wajahnya secara perlahan karena sebelumnya memar di wajahnya masih membekas.
"Sebenarnya apa yang baru saja terjadi?" batin pemuda itu kebingungan.
Sebuah sorotan senter terasa menyilaukan mata pemuda itu, dua petugas keamanan atau polisi datang menghampirinya dengan bingung.
"Nak, apa yang sedang Kamu lakukan disini?" tanya polisi yang terlihat seperti pria paruh baya itu dengan penasaran.
"Ah! Aku hanya berjalan-jalan saja, Paman!" ucap pemuda itu dengan sedikit kebingungan.
"Oh! Jika seperti itu, sebaiknya Kamu segera pulang!" seru polisi itu dengan tegas.
"Ehm, apa boleh aku bertanya kemana arah menuju Satsumasendai?" tanya pemuda itu dengan penasaran.
"Satsumasendai? Dimana itu? Aku tidak mengetahuinya!" jawab polisi itu dengan kebingungan.
"Satsumasendai! Kenapa Anda tidak mengenal nama sebuah kota kecil di Kagoshima?" kata pemuda itu dengan bingung.
"Hei! Kau sedang bercanda denganku ya? Kita sedang berada di Tokyo!" ketus polisi itu dan langsung meninggalkan pemuda itu seorang diri.
"Tokyo?" batin pemuda itu kebingungan.
Dia menepuk semua bagian pakaiannya untuk mencari benda yang sangat penting dalam kehidupan di dunia modern. Namun, ponsel yang dia cari tidak ada sama sekali dan dirinya hanya dapat mengeluarkan sebuah dompet yang berisikan sebuah kartu tanda pengenal dan uang beberapa lembar saja di dalamnya.
"Gawat! Apa yang harus ku lakukan?" gumam pemuda itu dengan kebingungan. Dia berlari mengejar polisi yang sebelumnya sempat bercakap-cakap dengannya.
Namun, karena dirinya terlambat. Polisi tersebut telah pergi kembali berpatroli dengan sepeda miliknya hingga saat pemuda itu akan mengejar polisi tersebut, dia menabrak sesosok berpakaian putih dengan rambut panjang dan mata merah yang bersinar.
Pemuda itu berteriak ketakutan karena terkejut. Namun, sesosok berpakaian putih itu mengulurkan tangannya untuk membantu pemuda itu berdiri.
Saat pemuda itu hendak menggapai tangan dari gadis itu, gadis itu terlalu lemah untuk menarik pemuda itu hingga membuat gadis itu terjatuh ke atas tubuh dari pemuda itu.
Keduanya saling bertatapan, pemuda itu baru saja menyadari bahwa sosok di depannya benar-benar bukan seorang hantu. Karena di depan matanya adalah sosok seorang gadis cantik dengan kulit putih dan mata merah yang bersinar juga dengan rambut panjangnya yang berwarna hitam terurai rapih menyempurnakan sosok seorang gadis cantik.
Gadis itu terus menatap pemuda itu dengan tatapannya yang datar hingga membuat pemuda itu sedikit kebingungan.
"Hei! Bisakah kamu menyingkir dari atas tubuhku?" tanya pemuda itu dengan datar.
"Oh, aku bingung!" ucap gadis itu sekenanya dan berusaha untuk berdiri dari tubuh pemuda itu meskipun tangan kirinya bertumpu di tempat yang benar.
"Sialan! Dia menyentuh milikku!" batin pemuda itu dengan gugup dan merasa malu.
Hanya beberapa saat gadis itu masih bertumpu di atas miliknya, benda milik pemuda itu mulai mengeras dan membuat gadis itu kebingungan.
"Eh? Ada benda apa di bawah sini?" tanya gadis itu dan langsung menyentuh milik pemuda itu dengan beranggapan bahwa apa yang dia pegang adalah benda yang bentuknya mirip dengan sebuah tongkat.
"Eh! Dia memegang —" batin pemuda itu dan langsung berdiri dengan memegang dua ketiak gadis itu untuk mengangkatnya agar dia bisa menutupi rasa malunya karena benda miliknya yang mulai mengeras.
"Ah, terimakasih telah membantuku berdiri!" ucap gadis itu dengan membungkukkan sedikit tubuhnya kepada pemuda tersebut.
Gadis itu pun akhirnya berlalu pergi dengan rasa kebingungan. Melihat sosok gadis di depannya terlihat kebingungan, pemuda itu menjadi penasaran dan bertanya, "Hei, apa yang sedang kamu lakukan di malam hari begini?"
Gadis itu kembali membalikkan tubuhnya, dia menoleh ke belakang dan menjawab, "Uhm, aku tidak tahu!"
"Lalu, kemana Kamu akan pergi?" tanya pemuda itu yang berlanjut karena rasa penasaran.
"Aku tidak yakin!" jawab gadis itu dengan datar.
Pemuda itu menghela nafasnya panjang, dia menarik nafas kembali secara perlahan untuk menstabilkan kondisi emosionalnya untuk sesaat.
Dia pun kembali bertanya kepada gadis yang terlihat polos di depan matanya itu, "Lalu, siapa namamu?"
"Namaku? Siapa namaku?" ucap gadis itu yang juga bertanya tentang siapa nama dirinya sendiri.
Gadis itu tiba-tiba saja berubah menjadi panik saat setelah mendengar pertanyaan dari pemuda itu.
"Jangan-jangan dia melupakan namanya sendiri?" batin pemuda itu yang juga ikut penasaran.
"Memangnya namamu siapa?" tanya gadis itu yang menjurus membuat pemuda itu langsung merasa diremehkan.
"Dasar tidak jelas! Tentu saja namaku adalah —" batin pemuda itu dan juga mulai kebingungan.
"Tunggu dulu? Siapa sebenarnya namaku? Kenapa aku tidak mengingatnya sama sekali! Hei, kenapa bisa seperti ini?" batin pemuda itu yang mulai merasa panik.
Dia pun akhirnya mengingat bahwa di dalam dompetnya ada sebuah kartu tanda pengenal dan beberapa lembar uang.
Dia pun membukanya untuk memastikan tentang siapa sebenarnya nama yang dia miliki.
Saat dia membuka dompet dan melihat nama yang tertera di kartu tanda pengenalnya. Dia benar-benar semakin terkejut karena dia tidak merasa bahwa di dalam kartu tanda pengenal itu bukanlah dirinya sendiri.
"Siapa dia?" batin pemuda itu dengan bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Mafufu Rawr
yeee udh ngomongnya besar di awal, dibalikin malah panik gatau jga. awkwkwk
2023-07-27
0
Mafufu Rawr
mencurigakan, apakah pemuda ini sebenernya udh mati namun rohnya menempel ke tubuh pemuda lain dan mengambil alihnya?🤔
2023-07-27
0
Mafufu Rawr
Dan mereka berdua pun jatuh cinta pada pandangan pertama~
2023-07-27
0