Keadaan rumah Arum dan Pramana yang tadi sepi, mendadak heboh karena kepanikan setelah Pramana menerima telepon yang mengabarkan kabar kecelakaan yang di alami putrinya Tsamara. Pram dan Arum bergegas menuju rumah sakit yang disebutkan.
"Mamah sudah kabari Ana?"
"Belum pah," jawab Arum, air mata Arum terus mengalir deras memikirkan nasib putrinya. Arum segera menelpon Ana.
"Ada apa nih, tumben kamu telepon," seru Ana di seberang telepon sana.
"Ana, Shita sama Ara?"
Isakan tangisan Arum terdengar jelas, membuat Ana panik. "Ada apa? Shita tadi pergi keluar sendiri setelah Ara pamit pulang, Shita pergi karena aku suruh cari Gildan," seru Ana panik.
"Ara kecelakaan," ringis Arum. Arum menyebutkan rumah sakit dimana Ara di rawat.
"Kamu yang sabar ya, semoga Ara gak kenapa-napa.
Setelah menutup panggilan teleponnya, Ana segera bergegas menuju rumah sakit tempat Ara di rawat sambil mengetik pesan dan mengirimnya pada Shita. Mengabari kalau Ara kecelakaan.
***
Di sudut lain Shita masih mendatangi tempat yang bisa di datangi Gildan. Namun beberapa tempat yang dia singgahi tidak juga dia menemukan kakaknya itu.
"Dasar bambang! Telepon main di matiin aja lagi, kan bikin aku repot cari kamu bambang!" Gerutu Shita.
Ponselnya berbunyi menerima notif pesan masuk, Shita menepikan mobilnya, untuk memeriksa pesan masuk. Jantungnya berdebar hebat membaca pesan yang masuk, Shita langsung tancap gas menuju rumah sakit tersebut.
"Ara …." ringis Shita sambil membayangkan sahabatnya tersebut.
Saat mengebut di jalanan Shita melihat mobil kakanya Gildan, dia mengejar mobil Gildan sambil terus menerus menekan klakson mobilnya, mobil Gildan pun berhenti karena terus di klakson mobil yang ada di belakangnya. Shita memarkirkan mobilnya di depan mobil Gildan.
Shita turun dari mobilnya, dan langsung berdiri dekat pintu mobil yang kacanya terbuka, Shita terkejut ada cewek cantik yang baru dia lihat lagi, karena seminggu ini bukan wanita itu yang bersama Gildan. Cewek cantik itu di samping kakaknya.
Shita memasang wajah datar, berusaha cuek dengan cewek yang ada di samping kakaknya. "Whoy bambang! Kenapa main matiin hape! Bikin aku susah, mama cari kamu bambang!" Teriak Shita.
"Ya ampun, berasa anak cewek aku kalau di cariin mama gini. Oke aku pulang," seru Gildan
"Mama papa nggak ada di rumah bambang!!! Mama sama papa di rumah sakit menjenguk Ara, Ara kecelakaan," seru Shita. Shita langsung pergi dari sisi mobil Gildan. Dia meneruskan perjalannya menuju rumah sakit.
"Kamu aku antar pulang ya, aku mau kerumah sakit, Ara itu anaknya sahabat papa mama aku," seru Gildan bicara pada wanitanya, sambil menghidupkan kembali mesin mobilnya.
***
Shita melewati jalanan, di mana ada dua buah mobil yang tergeletak di jalanan, Shita memarkirkan mobilnya, dia turun dan memfoto mobil Ara, juga salah satu mobil lainnya. "Semoga kamu nggak kenapa-napa Ra," ringisnya karena melihat keadaan mobil Ara. Shita kembali meneruskan perjalannya menuju rumah sakit.
Sesampai rumah sakit Shita berlari menuju meja informasi.
"Di mana ruangan pasien yang mengalami tabrakan barusan?" Tanya Shita dan laki-laki yang di sebelahnya bersamaan.
Petugas yang jaga memandangi Shita dan laki-laki tersebut bergantian.
"Nama pasien?" Tanya petugas yang satunya.
"Tsamara Armana!"
"Nasya Biela!"
Seru Shita dan laki-laki itu bersamaan.
"Ruangan Nesya Biela ada di kamar 10-19 A, Kamar Tsamara Armana ada di kamar 10-20 A, lantai empat," jawab petugas.
"Terima kasih!" Seru Shita dan laki-laki itu bersamaan lagi. Tanpa di sadari keduanya, mereka berlari bersamaan menuju lift, setelah lift terbuka, mereka berdua masuk begantian dan sama-sama menekan angka empat pada tombol lift tersebut.
"Teman kamu kecelakaan di kilometer 95?" Tanya laki-laki itu pada Shita.
"Iya," jawab Shita dingin.
"Hem, pasti anak alai teman kamu itu yang nabrak teman aku," gerutu laki-laki itu.
Ara menatap sinis laki-laki di sebelahnya. "Enak aja!!! Teman om kali yang menabrak teman saya! Ini buktinya!" Teriak Shita memaki laki-laki itu sambil memperlihatkan ponselnya.
Laki-laki itu menatap Shita dengan pandangan tidak suka, dia paling kesal jika di panggil om. Dia melihat ponsel Shita. "Pasti teman kamu nyetirnya gak benar!" Ujarnya.
"Enak saja! Kalau nuduh itu sesuai fakta! Tunggu pihak kepolisian menerangkan yang terjadi," seru Shita.
Laki-laki itu kembali menatap tajam ke arah Shita. Shita membalas menatap sinis orang itu.
Tling!
Pintu lift terbuka, Shita langsung berlari keluar lift menuju kamar tempat Ara di rawat. Sedang laki-laki itu berlari menuju ruangan yang dia tuju.
***
Dalam ruangan Ara.
"Bagaimana keadaan Ara tante?" Sapa Shita yang baru datang. Dalam ruangan itu ada kedua orang tuanya, juga kedua orang tua Ara. Shita mencium pipi kanan mamanya, juga mencium pipi kanan mama Ara.
"Aku nggak kenapa-napa kok, cuma luka di bagian kepala doang," sahut Ara.
Shita berlari menuju Ara dan berdiri di sisi tempat tidur Ara. "Ya ampun, luka di kepala jangan di anggap remeh sayangku, gimana kalau kamu Amnesia? Kamu masih ingat aku kan?" Rengek Shita.
"Kamu do'a in aku yang jelek ya?" Rengek Ara.
"Enggak aku panik," rengek Shita.
"Bagaimana bisa gini sayang?" Tanya Arum.
"Aku nggak ngerti mah, aku melaju santai seperti biasa, eh … tiba-tiba ada mobil yang nabrak aku dari belakang," terang Ara.
"Aku lihat tadi, benar mobil Ara ringsek body belakangnya, aku aja sampai takut lihatnya," seru Shita.
"Ya ampun, aku lupa kasih kabar sama Loiz!" Seru Shita. Shita segera mengirim pesan pada sahabatnya Loiz. Mengabari tentang Ara.
***
Di ruangan Nesya.
"Ya ampun, kamu kenapa Nesya," gerutu seorang laki-laki yang duduk di kursi yang ada di samping Nesya.
Sedang Nesya belum juga membuka matanya.
"Selamat siang tuan muda," sapa dua orang yang masuk kedalam ruangan Nesya.
"Bagaimana?" Tanyanya tanpa menjawab salam selamat siang dari orang yang baru datang tersebut.
"Nona Nesya memang menabrak orang itu tuan, para saksi juga menerangkan seperti itu, sepertinya tuan harus mengurus agar bisa berdamai saja dengan keluarga yang di tabrak nona Nesya"
"Baiklah, kalian urus saja, aku tidak tahu harus bagaimana,"
"Tuan Mark," orang kepercayan Mark tidak berani meneruskan kata-katanya, melihat isyarat dari tangan Mark, mereka berdua langsung keluar dari ruangan Nesya.
***
Di luar ruangan Nesya.
"Kasian tuan muda, dia sangat mencintai Nesya, tapi Nesya jelas tidak suka padanya,"
"Mau gimana lagi Mar, aku juga kasian sama tuan muda," lirih Abi.
Gimar dan Abi adalah sekretaris Mark, yang di percayai Mark dalam segala hal, bahkan urusan pribadi sekalipun.
***
Mark Lewiz Emanuel, pengusaha muda yang memiliki banyak perusahaan. Salah satu perusahaan raksasa yang di pegang oleh Mark adalah Emanuel Group. Semua Perusahaan berkembang di kotanya semua di bawah kendalinya. Jika dia menginginkan salah satu perusahaan berkembang, maka berkembanglah perusahaan itu. Namun jika kebalikannya, maka hal itu juga terjadi.
Mark Lewiz jatuh cinta pada gadis yang bernama Nesya Biela, namun sayang urusan asmaranya tidak sesukses seperti usaha yang dia miliki. Bermacam cara Mark melamar Nesya, Nesya terus menolaknya dengan alasan Karier. Namun Mark pribadi yang pantang menyerah, dia terus berusaha memperjuangkan hatinya yang menginginkan Nesya.
Sangat banyak gadis yang menginginkan Mark, namun tidak satupun diantara mereka yang berhasil merebut perhatian Mark. Mark yang memiliki kebiasaan sangat buruk, berubah begitu saja saat dia menyukai Nesya.
Banyak wanita di kota itu berusaha mendekati Mark, tapi semua Mark abaikan, karena hati Mark sudah terpaku pada satu gadis yang bernama Nesya. Mark sangat tahu bagaimana dan siapa Nesya, namun dia tetap menginginkan wanita yang bernama Nesya itu.
Nesya, seorang model cantik, bukan hanya Mark yang suka padanya. Perasaan Mark tidak berbalas karena Nesya memiliki perasaan pada seseorang, hingga dia mengabaikan cinta yang datang padanya dan dia kekeh memperjuangkan cintanya sendiri.
***
Mark yang masih melamun di samping Nesya, lamunannya tersentak karena kedatangan Jamiel dan Syaikha, kedua orang tua Nesya.
"Tuan Mark," sapa Jamiel.
"Silahkan duduk om," Mark berdiri mempersilahkan Jamiel duduk.
"Tidak, anda saja, kami duduk di sofa saja, sepertinya Nasya tidak akan sadar dalam waktu dekat, kami sudah mampir di ruangan dokter yang menangani Nasya," seru Jamiel.
Jamiel dan istrinya duduk di sofa, sedang Mark kembali duduk di kursi semula. Jamiel dan istrinya sangat tahu kalau Mark mencintai Nesya, namun mereka orang tua yang mementingkan kebahagaiaan anaknya, tidak perduli dengan latar belakang Mark dan siapa Mark. Bahkan mereka sudah siap bangkrut jika Mark mengarahkan kekuatan untuk meruntuhkan perusahaannya karena penolakan Nesya.
***
Setelah mengantar wanitanya, Gildan menelpon Shita, menanyakan rumah sakit tempat Ara di rawat, setelah mengetahui nama rumah sakit tersebut, Gildan segera menuju rumah sakit tempat Ara di rawat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Jasmine
msh menyimak
2023-01-20
0
Cika🎀
cinta segi kykny😉
2021-02-01
0
Sarah Ginting Bre Karo
bingung aku nama" ortu y aja banyak banget dah😩😩
2021-01-31
0