"Iya perkenalkan saya Kiara," jawab Kiara sambil mengulurkan tangannya, lalu uluran tangan itu dibalas Laura dan Arron. Mata Arron pun terus mengamati lekuk wajah dan gerakan bibir wanita yang ada di depannya. Bagi Arron, pemandangan itu tampak begitu indah, tetapi sebisa mungkin dia tetap berusaha profesional.
Begitu pula dengan Kiara. Dada keduanya sebenarnya terasa begitu bergemuruh, namun sebisa mungkin mereka mencoba mengendalikan diri mereka masing-masing. Sudah satu jam mereka lalui di restoran tersebut untuk membicarakan bisnis, hingga perbincangan itu pun usai, dan saat ini mereka tengah menikmati makan siang.
"Laura, kembalilah ke kantor terlebih dulu. Aku ada urusan lain yang harus kuselesaikan," ujar Arron saat melihat Laura yang sudah menyelesaikan makan siangnya.
"Oh iya Tuan Arron. Saya permisi kembali ke kantor dulu," pamit Laura. Setelah Laura pergi, Arron menatap Kiara dengan tatapan lekat. "Kita bertemu lagi Kiara, bukankan sudah kukatakan, kalau semesta terkadang begitu becanda?"
"Maaf Mas, aku harus pergi sekarang."
"Kau mau pergi kemana? Kau tidak bisa pergi dariku begitu saja, Ara!" cegah Arron sambil mencekal tangan Kiara.
"Ingat Mas, kamu udah nikah sama Queen! Bukankah aku sudah bilang kalau yang terjadi beberapa bulan yang lalu adalah sebuah kesalahan!"
"Cinta tidak pernah salah! Sekarang ikut aku!" perintah Arron, lalu menarik tangan Kiara. Sebenarnya wanita itu ingin memberontak, tetapi dia tak mau membuat kegaduhan di restoran tersebut. Jadi, Kiara memilih untuk mengikuti perintah Arron. Apalagi laki-laki itu begitu kuat mencengkeram tangannya. Setelah melakukan reservasi, mereka masuk ke dalam salah satu kamar hotel. "Arron, ini salah."
"Apa rasa cinta itu pernah salah? Aku masih cinta sama kamu, Ara!"
"Tapi kau sudah punya Queen dan seorang putra."
"Kiara bukankah aku sudah pernah mengatakan hal ini padamu beberapa bulan yang lalu. Apa kau sudah lupa apa yang menyebabkan kita berpisah? Mereka yang mempermainkan pernikahan kita, Kiara. Lalu, kenapa kita tidak melakukan seperti yang mereka lakukan pada kita? Tidak ada yang salah dengan rasa cinta ini, karena sejak awal mereka lah yang mempermainkan kita terlebih dulu. Kalau semesta tidak merestui hubungan kita, tidak mungkin kita selalu dipertemukan kembali, Kiara."
Kiara hanya terdiam mendengar perkataan Arron, dalam hati terdalamnya, lagi-lagi dia harus membenarkan apa yang dikatakan oleh laki-laki itu. Lalu, haruskah dia kembali luluh pada Arron seperti beberapa bulan yang lalu? Logika dan hatinya pun kembali berperang.
"Aku tahu, meskipun semua ini terlihat jahat, tetapi apa salahnya kita bersikap egois setelah kita menjadi korban keegoisan mereka?" Kiara menghela napas, lalu menatap wajah Arron yang penuh harap.
"Maaf, aku harus pergi!"
Tetapi saat Kiara akan melangkahkan kakinya, Arron menarik tubuh wanita itu, menempelkannya pada tembok, dan kembali menciumnya. Ciuman yang kuat, hingga Kiara tak mampu melawan. Awalnya dia hanya diam, tetapi hasrat di dalam dirinya seolah menuntunnya untuk hanyut dalam dosa dalam pusaran gairah bersama mantan suaminya itu.
Arron mengungkung wanita itu diantara kedua lengannya, menatap wajah cantik wanita itu sejenak, setelah itu bibirnya kembali ******* bibir merekah milik Kiara,
Tangan pria itu bergerak di depan tubuh Kiara, membuka satu per satu kancing pada kemeja yang dikenakan oleh wanita itu.
"Aku cinta kamu, Kiara," ucap Arron disela deru nafasnya yang memburu saat dia menghentak bagian bawah tubuhnya, hingga keduanya merasakan pelepasan yang sempurna.
"Aku juga cinta sama kamu, Mas," balas Kiara, akal sehatnya seolah sudah hilang begitu saja. Rasa cintanya yang begitu dalam seakan membuatnya kehilangan nurani dan logikanya, bahkan dia pun rela menyebut dirinya seorang wanita murahan, melakukan dosa, dengan berlindung sebuah kata yang disebut cinta.
"Aku tahu ini salah, dan gila, tapi aku tak menyesal. Kamu yang membuatku tenggelam dalam dosa terindah ini," bisik Arron sambil menatap Kiara yang terengah di atas ranjang.
"Ayo kita mandi bareng!" perintah Arron.
"No, kamu mau melakukannya lagi di dalam kamar mandi kan?"
"Nggak Kiara, aku cuma mau mandiin kamu," balas Arron. Kiara pun tersipu malu karena tuduhannya sudah salah, sedangkan Arron tiba-tiba menggendong tubuh Kiara dari atas ranjang.
Air shower yang terasa hangat, begitu nyaman saat menyentuh tubuh keduanya yang saat ini berpelukan. Setelah itu, Arron mulai menggosok bagian tubuh Kiara, sesekali laki-laki itu menggelitik tubuh wanitanya itu.
"Mas! Kau masih saja nakal!"
"Aku cuma nakal sama kamu, Ara!" bisik Arron sambil mengecup daun telinga Kiara. "Hahahahaha... geli Mas!"
***
Di sisi lain, Queen tampak mendekat pada seorang wanita yang sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya. "Apa suamiku ada di dalam, Laura?"
Laura pun mengangkat kepalanya. "Oh Nyonya Queen, maaf Tuan Arron sedang ada urusan di luar."
"Urusan di luar? Urusan apa?"
"Maaf, saya kurang tahu, Nyonya."
Queen pun terdiam. "Arron ada di luar? Jangan-jangan dia sedang membeli kado ulang tahun untukku. Ya, aku yakin, Arron pasti sedang membeli kado ulang tahun buat aku. Sepertinya ini awal yang baik untuk hubungan kami, rencananya siang ini aku ingin mengajaknya pergi berdua, tapi sepertinya dia mau memberikan kejutan bagiku," batin Queen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments