Arron membuka matanya saat mendengar suara ponselnya yang berbunyi. Spontan, dia pun bangun, mendudukkan tubuhnya di atas ranjang lalu mengambil ponsel itu dan melihat nama istrinya, Queen yang meneleponnya.
[Halo...]
[Halo Pa, kamu nggak jadi pulang sekarang?] sahut sebuah suara di ujung sambungan telepon.
[Maafkan aku, meeting dengan Tuan Hamada selesai larut malam, jadi aku memutuskan untuk menginap kembali di Bandung. Apalagi cuaca tadi malam juga tidak memungkinkan untuk pulang ke rumah.]
[Ya udah, gapapa deh. Nih, ada yang kangen sama kamu.] jawab Queen kembali, lalu menampilkan sosok bayi yang berumur satu setengah tahun di layar ponsel itu. Melihat wajah polos di layar ponsel miliknya, senyum pun mengembang di bibir Arron.
[Helooooo Derel, do you miss me?]
[Pa... pa..] celotehnya hingga membuat Arron tertawa terbahak-bahak. Bocah itu memang selalu membuatnya merasa bahagia, dan dia pun begitu menyayanginya dengan sepenuh hati. Meskipun, sampai saat ini dia belum pernah mencintai Queen, tetapi dia sangat menyayangi putra mereka, dan itulah yang membuatnya bertahan dalam rumah tangga itu, meskipun hatinya begitu hampa menjalani sebuah rumah tangga tanpa cinta.
Setelah cukup lama berbincang dengan panggilan video call, akhirnya Queen menutup panggilan telepon itu karena harus membuatkan sarapan untuk Darel. Sedangkan Arron, tampak menghembuskan napas panjangnya.
"Untungnya Queen tidak curiga," gumamnya. Detik berikutnya, Arron mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan hotel, dan tak melihat ada Kiara. Seketika, laki-laki itu pun panik dan mencari Kiara ke seluruh ruangan kamar. Tetapi, laki-laki itu tak menemukan keberadaan mantan istrinya itu, hanya ada sebuan kertas yang dia letakkan di atas nakas.
"Maaf Mas, aku tidak bisa memulai hubungan yang salah. Apa yang kita lakukan tadi malam adalah sebuah kesalahan. Kembalilah pada anak dan istrimu."
"Sial! Dia sudah pergi, aku memang bodoh seharusnya aku berjaga semalaman agar tidak kehilangan jejaknya!" geram Arron. Dia pun mengusap wajahnya dengan kasar, merasa kecolongan karena lagi-lagi harus kehilangan Kiara. Raut wajahnya tampak begitu frustrasi. Bertemu dengan Kiara setelah tujuh tahun lamanya terpisah adalah suatu anugerah baginya, dan dia menyia-nyiakan kesempatan itu. Tetapi, dia bisa apa? Wanita itu sekarang telah pergi.
"KIARA!" teriaknya putus asa.
Ketika Arron akan melangkahkan kakinya keluar dari kamar hotel tersebut, langkahnya tertahan saat kakinya menginjak bathrobe yang dikenakan oleh Kiara. "Sembarangan sekali, sejak dulu, selalu saja seperti ini, dasar manja," gumam Arron. Dia pun mengambil bathrobe tersebut, lalu menaruhnya pada sebuah kursi di dekat ranjang, namun di saat itu juga atensinya tertuju pada sebuah benda yang terjatuh dari bathrobe tersebut.
"Foto?" ujar Arron, sambil mengambil foto yang jatuh tersebut. Dia pun menatap foto itu, foto Kiara bersama seorang gadis kecil yang berusia sekitar lima atau enam tahun.
"Apa ini putrimu? Pantas saja kau tak mau kembali bersamaku, ternyata kau juga sudah berkeluarga lagi, dan memiliki seorang anak sebesar ini? Apa kau sudah benar-benar melupakan aku, Kiara?"
***
Baru saja Arron turun dari mobil sedan hitam mewahnya, tampak Queen dan putra mereka, Darrel sudah berjalan keluar dari rumah untuk menyambutnya. Namun, entah mengapa melihat wanita itu, justru membuatnya merasa tidak bersemangat. Padahal mereka sudah menikah selama tiga tahun lamanya, tetapi rasa cinta itu tidak pernah ada di dalam hatinya.
Bagi Arron, pernikahan itu hanyalah sebatas keterpaksaan. Dia melakukan itu, karena saat itu mamanya, Inez sedang sakit dan meminta Arron untuk menikah dengan Queen. Kehidupan pernikahan itu pun berjalan dengan dingin dan sangat datar, hingga suatu hari karena tidak pernah memberikan nafkah batin, Queen menangis dan mengiba agar Arron mau menyentuhnya, serta memberikan nafkah batin padanya.
Akhirnya, di malam itulah untuk pertama kalinya Arron menyentuh Queen hingga di dalam rahim Queen tertanam benih Arron. Namun, meskipun sudah melahirkan darah daging Arron, nyatanya laki-laki itu tetap begitu cuek pada Queen.
Arron pun sebenarnya sangat jarang menyentuh Queen, mungkin bisa sampai 2 bulan sekali mereka berhubungan suami istri. Seperti saat ini, ketika Arron baru saja pulang dari luar kota, Queen berhambur memeluk Arron, dan memberikan kode dengan tatapan nakal, tapi laki-laki itu tetap bersikap dingin. Dia bahkan hanya membalas pelukan Queen sekadarnya, lalu membopong putra mereka masuk ke dalam rumah dan melewati Queen. Tentu saja, hal tersebut membuat Queen merasa begitu kesal, dia bergegas menjejeri langkah Arron, tetapi laki-laki itu tetap saja tidak menganggap kehadirannya di sampingnya. Arron hanya meledek Darel, dan menghiraukan keberadaan Queen.
"Papa, kamu kan baru pulang, apa kamu nggak kangen sama aku?" Arron hanya tersenyum kecut. "Maaf Queen, aku lelah, nanti siang aku ada pertemuan dengan rekan bisnisku, perusahaan yang akan membangun proyek terbaruku. Jadi, aku hanya pulang sebentar untuk beristirahat dan berganti pakaian, setelah itu aku harus pergi lagi," balas Arron datar.
Setelah itu, dia memberikan Darel pada pengasuhnya. Queen hanya berdiri mematung disertai rasa kesal di dada saat melihat tubuh Arron masuk ke dalam kamarnya.
"Brengsek, selalu saja seperti ini! Sudah 3 tahun kami menikah dan Arron tetap saja bersikap dingin padaku, dia pikir aku apa? Kenapa sulit sekali membuatnya jatuh cinta padaku! Kupikir setelah berhasil menyingkirkan Kiara dalam hidupnya, aku bisa mendapatkan hatinya dengan mudah. Tapi ternyata aku salah, meskipun saat kami menikah dia masih membenci Kiara, tapi kenapa sampai saat ini aku tetap saja tidak bisa merebut hatinya dari wanita bodoh itu!" geram Queen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Yadi Kurnia
hmm...ad kah kisah nyata ny kyak gini
2023-08-25
0
gaby
Queen licik ternyata, kalo gini mah aq mendukung Kiara kalo mau jd pelakor. Karena emang dr awal Aroon milik Kiara. Bahkan ada seorg gadis kecil diantara mereka, yg kelak membutuhkan ayahnya sbg wali nikah
2023-07-12
1