Memulai Dari Awal

"Kau pikir aku bahagia dengan pernikahanku?"

"Itu bukan urusanku karena di mataku, kau laki-laki yang sudah memiliki keluarga, dan tidak sepantasnya kau bersikap seperti ini, Mas." Arron terdiam, menahan rasa sesak yang bergumul di dada, entah mengapa mendengar kata keluarga terucap dari bibir wanita yang saat sampai saat ini masih dia cintai, terasa begitu menyesakkan dada.

"You need to know, if I only love you, we always together," bisik Arron, tepat di telinga Kiara, lalu mengecup telinga itu. Seketika, butiran kristal pun lolos begitu saja dari kedua sudut mata Kiara. "Kenapa kamu nangis? Kamu juga masih sayang sama aku kan, Ara?" Kiara terdiam, matanya terpejam, hatinya pun terasa sesak saat Arron berulang kali mengucap kata cinta tepat di telinganya, dengan bisikan yang begitu lirih tapi rasanya menghujam ke relung hati. "Kita bisa apa kalau nyatanya rasa ini sulit untuk dilupakan? Kita hanya bisa menjalani alur ini dengan kegilaan, Ara."

"Apa maksud kamu, Mas? Kegilaan apa yang kau maksud? Bagaimana kalau takdir tidak pernah mengijinkan kita untuk bersatu? Karena takdir cinta ini, mungkin hanya sebatas tersimpan di dalam hati, bukan untuk saling memiliki."

"Tapi, kita bisa apa kalau nyatanya rasa ini sulit untuk dilupakan? Kita hanya bisa menjalani alur yang rumit ini dengan kegilaan untuk mempertahankan kewarasan."

"Jangan gila kamu, Mas."

"Kamu yang membuatku hampir gila. Selama tujuh tahun, aku hampir gila karena kehilanganmu, dan sekarang saat aku bertemu lagi denganmu, kau pikir aku akan melepasmu?"

"Apa kau sudah lupa siapa yang membuat kita harus berrpisah? Lalu, kenapa seolah-olah aku harus mengikuti kegilaanmu itu? Apa kau sudah lupa pada janjimu saat tadi kita bertemu, kau berjanji tidak akan mengusikku kan? Lagi pula, kau harus ingat statusmu, Mas."

"Kau menolakku? Apa kau masih marah padaku? Aku minta maaf, saat itu aku memang begitu bodoh. Ara, aku yakin, saat ini adalah kesempatan kita untuk memulai kembali dan memperbaiki yang telah berlalu."

"Sudah terlambat, Mas. Sampai kapanpun, aku nggak bisa. Kita sudah memiliki kehidupan masing-masing. Dan aku nggak mau jadi manusia bodoh seperti dulu lagi, melanjutkan hubungan ini sangatlah mustahil, lagi pula orang tua kita juga tidak pernah merestui hubungan ini. Jadi, melanjutkan hubungan adalah sebuah kebodohan bagiku. Ingat satu hal Mas, kamu udah nikah sama Queen!"

"Apa kamu juga udah nikah, Ara?" Kiara terdiam sambil menundukkan kepalanya, retina wanita itu tampak mulai berembun. "Tolong jawab aku Ara, apa kamu udah nikah lagi?"

"Ini bukan urusanmu, Mas. Kau sudah punya Queen dan seorang putra."

"Lalu, apa kau sudah menikah lagi?" Kiara membuang pandangannya, seolah ingin menghindar dari tatapan mata Arron yang begitu mengintimidasi. Arron kemudian mencengkam rahang Kiara, agar wanita itu kembali menatapnya. "Kiara jawab aku!"

"Aku hanya pernah sekali menikah, dan itu hanya denganmu!" Arron memincingkan senyumnya, mendengar perkataan Kiara hatinya merasa begitu lega. "Kiara dengarkan aku, apa kau sudah lupa siapa yang menyebabkan kita berpisah? Mereka yang mempermainkan pernikahan kita, Kiara. Lalu, kenapa kita tidak melakukan seperti yang mereka lakukan pada kita? Tidak ada yang salah dengan rasa cinta ini, karena sejak awal mereka lah yang mempermainkan kita terlebih dulu."

Kiara hanya terdiam mendengar perkataan Arron, dalam hati terdalamnya, dia membenarkan apa yang dikatakan oleh laki-laki itu. Perpisahannya dengan Arron begitu menyakitkan baginya, dan semua itu terjadi karena sebuah fitnah kejam dari orang-orang yang tak menyukai pernikahan mereka. "Kiara, aku minta maaf atas semua kesalahanku. Aku mohon terima cintaku kembali, Ara. Meskipun semua ini terlihat jahat, tetapi apa salahnya kita bersikap egois setelah kita menjadi korban keegoisan mereka?"

Kiara menghela napas, lalu menatap wajah Arron yang penuh harap. Tanpa menunggu persetujuan dari Kiara, Arron pun kembali memeluk tubuh wanita itu dengan pelukan yang begitu hangat, seolah ingin menumpahkan rasa rindu yang begitu membuncah di dada. "Ara, kita mulai dari awal lagi." Kiara masih terdiam, sebenarnya dia tak ingin menjalin hubungan itu, karena sama saja dia menyakiti hati wanita lain sekaligus jiwa polos yang tak berdosa. Tetapi, dia tak mampu lagi menahan gejolak yang kian bergemuruh di dalam dada.

Setelah cukup lama berpelukan, Kiara mengurai pelukannya, lalu menatap wajah Arron. Melihat tatapan sendu Kiara, pria itu pun menempelkan bibirnya pada bibir Kiara, memagut bibir itu dengan begitu mendesak disertai ******* yang kuat.

Ada sebuah rasa rindu yang ingin dia sampaikan melalui sentuhannya pada wanita itu, wanita yang sangat dia cintai, dan begitu dia rindukan. Sontak, Kiara pun membuka bibirnya, dan Arron kembali ******* belahan bibirnya secara bergantian atas dan bawah.

"Mas...."

***

Ini sudah malam, Mas. Pulanglah!" perintah Kiara sambil memainkan jemarinya di dada Arron, tubuh telanjang keduanya hanya tertutup selimut. Kulit mereka saling menempel, menimbulkan sensasi hangat dan nyaman yang sudah lama tidak mereka rasakan.

"Kamu berapa hari di sini Jakarta, Ara?"

"Satu minggu, Mas."

"Aku ikut, aku akan menginap di apartemen yang kau sewa, bersamamu selama satu minggu. Emh, bagaimana kalau sebaiknya aku membelikan rumah untukmu, Ara. Jadi, kamu bisa tempati rumah itu kalau kamu lagi ke Jakarta. Bagaimana, hm?" Spontan Kiara pun terbelalak, wanita itu pun mencibit perut Arron hingga membuat laki-laki itu meringis.

"Aduh Ara, kok malah cubit, kamu mau aku geliin lagi?" ledek Arron sambil mengerlingkan matanya. "Jangan gila, Mas. Ada anak dan istrimu yang menunggu di rumah. Nggak usah konyol deh, apalagi sampai beliin rumah, nggak etis!" Arron tersenyum kecut, laki-laki itu mengecup puncak kepala Kiara sambil mengeratkan pelukannya. "Mas!"

"Hmmm.. Apa? Aku lagi kangen sama kamu, Ara."

"Jangan gila, Mas. Setelan ini kamu harus pulang, nggak usah tinggal bareng sama aku!" tolak Kiara, manik mata hitam itu menatap tajam, menunjukkan sikap protes pada laki-laki itu. Tetapi, Arron malah terkekeh melihat ekspresi Kiara yang tampak menggemaskan baginya. "Aku bisa alasen kalau aku lagi ada urusan kantor," sahut Arron seakan tanpa beban. "Tapi Mas."

"Tidak ada tapi-tapian Ara, mereka bisa bersamaku kapanpun mereka mau, tapi nggak dengan kamu. Iya kan?" Kiara pun terdiam, dia membenarkan apa yang dikatakan oleh Arron, jika laki-laki itu bisa saja berkumpul dengan anak dan istrinya, tapi tidak dengan dirinya yang hanya bisa bertemu dengan Arron jika ada kesempatan saja.

"Sekarang kita tidur dulu, besok pagi kita lanjutkan perjalanan kita ke Jakarta, Ara." Kiara pun menganggukkan kepalanya, malam ini rasanya tubuhnya pun sangat lelah. Kejadian di jalan tol sudah begitu menguras tenaga, ditambah lagi sesi bercintanya dengan Arron. Wanita itu pun memejamkan matanya, sedangkan Arron kian mengeratkan pelukannya, seakan belum puas menumpahkan rindu yang akhirnya tersampaikan selama tujuh tahun lamanya.

"I love you deeply, stay by my side, Honey." Dengan mata terpejam, Kiara pun mengangguk, sebelum akhirnya terlelap ke alam mimpi.

Terpopuler

Comments

Neng Aulia

Neng Aulia

kok i love you together sih....forever kli Thor..

2023-07-23

1

Deviastryveads_

Deviastryveads_

woahhhh lg habis ngapain tuh, kok telanjannnggg2 aja tuh🤣

2023-07-12

0

tata 💕

tata 💕

maaf Thor maksudnya apa y?? kok ada sesi bercintanya, bukannya mereka baru bertemu dg segala permasalahan dan sakit hati, tapi kok mau aja ada sesi bercinta'a, sekali lg maaf, Ara seperti tak punya pendirian 🙏

2023-07-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!