Berbagai tatapan terlihat dilayangkan pada kedua remaja yang kini telah berada di rumah Pak RT setempat. Dua pria berseragam satpol nampak berdecak sebelum tangan nya bergerak menonyor kepala Gamma yang terlihat santai sambil tersenyum senang.
"Minimal modal, mesum kok di jembatan!" sentak pria yang memiliki postur tubuh tinggi, tangan nya mengarahkan tonfa tepat ke wajah Gamma dengan kesal lantaran masih menemukan masyarakat mesum di daerah jaga nya. "Nyengir lagi kamu!"
"Bapak salah paham, saya bahkan tidak kenal dengan dia," ujar Altheya mencoba membela diri.
"Halah, jaman sekarang mana ada maling ngaku. Kalau tidak kenal kenapa kalian bisa berpelukan seperti itu?"
Altheya bungkam, tak mungkin ia jujur mengatakan kepada mereka jika sebelumnya memiliki niat bunuh diri karena hamil diluar nikah, itu akan semakin memperkeruh keadaan. Kedua mata nya melirik ke arah cowok yang sibuk menghitung cicak di belakang Pak RT.
"Lo!"
Gamma menoleh santai. "Apa sayang?"
"Jelasin sama mereka kalau kita nggak ada hubungan apa-apa!"
"Apa yang perlu gue jelasin? bukan nya tadi emang lo juga sama-sama mau? santai aja kali kek mau dihukum bunuh diri aja."
Altheya mengusap wajah nya gusar saat tatapan dari Pak RT dan satpol yang seakan menguliti nya hidup-hidup. Dalam satu tarikan nafas, cairan berwarna bening itu turun membasahi kedua pipi nya yang sedikit gembul. Niat hati ingin mengakhiri hidup bersama sang buah hati malah terlibat kasus baru dengan cowok berperawakan urakan yang kini menatap nya sambil tersenyum penuh kemenangan.
Wanita itu tak tau apa maksud nya, yang jelas cowok berjaket kulit warna hitam itu benar-benar gila.
"Sesuai adat yang telah terjadi secara turun-menurun pada daerah ini, kalian terpaksa harus kami nikah kan malam ini juga."
"YESS!!"
Altheya tak menghiraukan sorakan senang dari cowok di sebelah nya, wanita itu mengerjap beberapa kali sambil mencubit kulit tangan nya berharap jika ini hanya lah sebuah mimpi buruk. Namun sayang, ia meringis kecil merasakan sakit pada area kulit yang menandakan jika ini bukan lah mimpi.
"N-nikah?" beo Altheya. "Tapi umur kita baru delapan belas tahun!"
"Udah tau baru delapan belas tahun kenapa berani berbuat zina, kalau sudah seperti ini panik ko!" sindir satpol yang memiliki tubuh gempal, tatapan nya menusuk sinis membuat Altheya merasa tersindir.
Semua kalimat tajam itu memang benar dan Altheya baru menyadari nya malam ini. Dia masih berumur delapan belas tahun, harusnya pada masa-masa ini masih bisa ia nikmati dengan hang out bersama teman-teman nya, belajar dengan giat dan meraih mimpi yang ia idamkan sewaktu masih kecil.
Namun semua itu tak lagi ada artinya ketika nasi telah menjadi bubur. Altheya menyesal, mengapa malam itu dengan mudah nya ia menyerahkan mahkota yang seharusnya untuk suami nya kelak pada pria brengsek yang tidak mau bertanggungjawab atas perbuatannya.
"Terima aja kali, gue jadi suami nggak malu-maluin amat. Ganteng? udah pasti, kaya? lumayan lah kalau buat nyukupi lo sama sebelas anak kita, jago di ranjang? gak usah nanya, gue bahkan bisa buat lo nggak bisa jalan."
Pak RT menggelengkan kepala nya tak habis pikir dengan dua sejoli yang ada di depan nya. Beliau sudah menghadapi beberapa kasus remaja namun baru kali ini melihat pelaku malah tertawa bahagia karena kepergok sedang berduaan.
"Bocah edan," cibir nya. "Saya sudah memanggil Pak Rion agar segera kemari–"
Bughh!!
Bogeman mentah itu berhasil membuat Pak Rt maupun dua orang satpol yang hendak undur diri terkejut bersamaan. Tubuh Altheya mematung melihat lelaki yang baru saja melayangkan candaan itu telah terkapar di dekat meja.
Pelaku nya adalah Rion, pria itu mengepalkan tangan sambil menatap nyalang ke arah Gamma yang kini sedang menahan amarah.
"Memalukan," komentar Rion berusaha tenang, tatapan nya beralih pada Pak Rt yang masih tercengang dengan mulut terbuka. "Apa tidak bisa dibicarakan secara kekeluargaan, Pak? saya rela membayar berapa pun agar gadis yang belum tau asal-usul nya ini tidak menikah dengan anak saya."
Pak RT mengerutkan dahi. "Mohon maaf, Pak Rion. Hukum tetap lah hukum, tidak semua hal bisa dibeli dengan uang."
"Ah, sayang sekali saya harus mendapatkan menantu seperti ini." Rion tersenyum miring menatap Altheya yang semakin menunduk.
Melihat itu, Gamma berdiri dengan marah. Kedua tangan nya terlihat terkepal dengan kuat hingga menonjolkan urat-urat tipis pada sekitar lengan nya. "Papa keterlaluan!"
Rion tertawa remeh. "Eh, begitu kah Gamma? apa kamu pikir Papa tidak tau jika gadis itu sudah menjadi seorang wanita?"
Tubuh Gamma menegang mendengar bisikan dari Papa nya, cowok itu mati-matian menahan amarah nya melihat pria yang ia sebut Papa telah kembali menegakkan badan sambil tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.
"Setuju atau tidak, Gamma tidak peduli dan tetap akan bertanggungjawab dengan menikahi Altheya malam ini juga!"
••••
Pernikahan siri itu benar-benar terjadi, tepat pada pukul tiga diri hari mereka telah menjadi pasangan suami istri yang sah di mata agama. Pikiran Altheya kembali melayang dimana beberapa menit yang lalu penghulu yang datang dengan mata mengantuk langsung melotot begitu mendengar mahar yang dibawa Gamma secara dadakan.
Seratus juta beserta dua unit apartemen yang membuat jantung Pak RT dan penghulu terasa merosot di lambung.
Semua terjadi begitu saja. Kini wanita itu bukan lagi mencari cara agar bisa melakukan aksi bunuh diri, melainkan mencari cara agar dapat terbebas dari Gamma. Suami nya itu meskipun baik, dia cukup gila.
"Bumil nggak boleh sering-sering ngelamun, nanti dede bayi nya kesurupan."
Altheya tidak menanggapi ocehan tengil itu, diri nya masih cukup syok karena Gamma dengan tingkat kepedean yang tinggi menukar motor besar dengan mobil aset desa demi membawa nya menuju apartemen tanpa merasa kedinginan.
"Kenapa lo mau nolongin gue?"
Gamma tersenyum simpul mendengar pertanyaan yang sedari tadi ia tunggu, cowok itu tetap fokus pada jalanan. "Karena gue malaikat yang dikirim tuhan buat jemput bidadari cantik kek lo."
Altheya tersenyum kecut. "Mana ada bidadari hamil di luar nikah?"
"Gue nggak peduli sama masa lalu lo, biar pun lo cacat, buntung, bunting atau pun bego kalau udah jodoh sama gue, lo bisa apa?"
Altheya menaikan kedua alisnya melihat Gamma yang mengatakan hal seserius itu dengan wajah datar melalui kaca mobil. Sibuk berdebat sepanjang perjalanan membuat mereka tak sadar jika telah memasuki area basement apartemen.
Kedua sudut bibir Altheya berkedut menahan tawa melihat wajah kusut Gamma yang memarkirkan mobil aset desa di jajaran para mobil mewah. Namun beberapa detik kemudian kedua mata nya melotot garang ke arah Gamma yang kini menatap nya dengan mesum.
"Jangan bilang kalau kita satu kamar?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Dari mana Rion tau?? Atau jangan2 dia pelakunya ya..😡
2025-01-09
0
Mukmini Salasiyanti
yaah dah hami duluan si Al...
😑
2023-08-21
0
Efvi Ulyaniek
dapet uang dari mana gamma segitu byk...mana Sam apartemen jg lg dikasih buat mahar...aset papa'e kali ya
2023-07-29
1