"Tapi kau harus berjanji satu hal kepada ku!"
Deg
Aku mulai mencemaskan yang belum aku ketahui apa itu.
"Berjanjilah kau tidak akan mengkhianati ku dan jika kau sudah tak mencintai ku lagi maka katakan dengan jujur. Aku akan pergi dengan baik-baik." Pinta Naya seolah ia sedang menjaga hatinya agar tidak merasa terluka jika suatu saat nanti rasa cinta ku sudah memudar.
"Aku janji tidak akan membuat mu terluka hanya kebagian yang akan aku berikan kepada mu." Ucap ku meyakinkan Naya.
Setelah itu aku segera mengantarkan Naya pulang kerumahnya takut jika orang tua Naya akan mencarinya karena terlalu lama berada diluar.
Naya langsung menyuruh ku untuk pulang malam itu, seperti nya ia belum siap jika orang tuanya mengetahui kedekatan kami. Mau tidak mau aku harus menghargai keputusan darinya.
Mungkin ia perlu waktu untuk menyesuaikan hubungan yang baru saja kami jalani ini dan itu suatu yang wajar bukan.
Saking senangnya malam itu aku sampai tidak bisa tidur, pikiran ku terus tertuju kepada Naya. Berulang kali aku memandangi jemari ku yang sempat menggenggam tangan Naya tadi, sungguh konyol bukan namun itulah kebenarannya.
Sampai larut malam barulah aku tertidur dengan pulas saking pulasnya aku kesiangan. Walaupun hari ini hari Minggu bukan berarti aku bisa bermalas-malasan karena hari ini waktunya aku membantu Bapak yang akan pergi ke kebun sawit milik kami. Cukup jauh lahannya namun tak apalah hanya sekali seminggu aku seperti ini.
Sebelum berangkat ku kirimkan pesan kepada Naya yang menanyakan kepulangan nya pukul berapa. Namun Naya belum juga membalas, seperti nya dia sedang tidak memeng ponsel miliknya.
Alhasil aku pergi tanpa menunggu balasan dari Naya, tanpa sadar aku meninggalkan ponsel jadul ku itu didalam kamar dan aku tersadar begitu aku sudah berada di lahan sawit kami.
"Ya sudah lah nanti siang saja aku menghubungi Naya lagi." Pikir ku.
Maksud tujuan ku menanyakan Naya yang tak lain untuk mengantarkan dia pulang sampai ke kosannya di kota. Siapa tau suatu saat aku bisa datang berkunjung.
Tapi ternyata hari ini aku sedang tidak beruntung karena di perjalan pulang tiba-tiba mobil pick up yang aku bawa untuk melangsir hasil panen pecah ban ditengah jalan. Terpaksa kami harus memperbaikinya lebih dulu sementara waktu ku sudah tidak banyak lagi dan benar saja begitu aku tiba dirumah, bus yang ditumpangi Naya sudah lewat yang berarti aku tidak bisa mengantarkan Naya.
Secepat mungkin aku berlari kedalam kamar dan melihat ponsel ku. Ada pesan masuk dari Naya yang memberitahu jam kepulangan nya dan bertanya kenapa aku bertanya tentang hal itu.
Ketika hendak membalas pesan dari Naya ku dengar bapak memanggil ku terpaksa aku urungkan niat ku untuk membalas pesan Naya. Biarlah nanti malam saja aku akan menghubungi dia lebih enak jika langsung berbicara ditelpon dari pada berbalas pesan.
Malam pun tiba, aku sudah berada didalam kamar tidak seperti biasanya dimana aku akan berkumpul dengan teman ku yang lainnya tapi untuk malam ini aku ingin didalam kamar saja sambil berbicara dengan Naya.
Panggilan ku yang pertama tidak langsung diangkat oleh Naya dan baru panggilan kedua ia mengangkat telpon dari ku.
Kami berbicara panjang lebar hingga larut malam bahkan jika tidak karena kehabisan pulsa maka kami akan terus berbincang namun terpaksa aku menyudahi pembicaraan kami meski rasanya aku masih ingin mendengar suaranya yang sangat enak didengar oleh telinga ku.
Selanjutnya hubungan kami berjalan dengan lancar komunikasi kami saling terjaga. Jika dulu sebelum pacaran dengan ku Naya akan pulang setiap sekali dua sebulan namun sekarang ia pulang sekali dalam sebulan atas permintaan ku.
Setiap Naya pulang maka aku aku akan datang untuk mengapel bahkan orang tua nya sepertinya tidak mempermasalahkan kedatangan ku.
Lima bulan sudah berjalan dan perasaan ku terhadap Naya semakin besar saja, rasa nya aku tidak bisa berjauhan darinya namun apalah daya jarak yang jauh harus memisahkan kami. Awalnya aku tidak mempermasalahkan itu sampai tiba waktu yang tidak pernah aku duga dimana kejadian hari ini dapat mengubah hubungan ku dengan Naya.
Dijam istirahat aku sedang duduk bersama dengan Indra di belakang kantin sekolah tiba-tiba datang pacar Indra bersama dengan temannya. Alhasil Indra duduk bersama dengan Pacarnya yang bernama Dita sementara temannya yang bernama Arni duduk tepat di samping ku.
"Ramon aku ingin bicara dengan mu?" ucapnya.
"Apa?" selidik ku tanpa curiga sedikit pun.
"Aku suka sama kamu dan aku ingin jadi pacar mu. Bagaimana kau mau tidak?" tanya nya dengan santai bahkan kini Indra dan juga pacarnya sedang melihat kearah kami berdua.
"Ck, kau tau kan jika aku sudah punya pacar?" Kata ku memperingkatkan.
"Itu tidak masalah bagi ku. Kau bisa menemui Naya ketika dia kembali namun ketika dia tidak ada maka kau milik ku." Tegasnya membuat aku tercengang.
Ku akui baru kali ini aku berhadapan dengan wanita senekat ini.
"Aku tidak bisa!" tolak ku tidak ingin menghianati janji ku kepada Naya.
"Naya jauh disana, tidak mungkin tidak ada yang menyukai seorang Naya yang begitu cantik.Dan asal kau tau belum tentu ia setia kepada mu." Arni mencoba mencuci otak ku tentang Naya.
"Ramon... Aku sudah lama menyukai mu kau tau betapa aku tersiksa setiap kali melihat mu namun tidak bisa aku gapai." Wanita ini mencoba menggoyahkan iman ku serta kesetiaan ku kepada Naya.
"Aku mohon tolong terima cinta ku! aku rela menjadi selingkuhan mu asalkan kau mau menjadikan aku pacar mu." Pintanya lagi.
"Aku tidak mempunyai perasaan terhadap mu bagaimana mungkin aku menjadikan mu pacar." Kilah ku.
"Biar aku saja yang mencintai mu kau tidak perlu memberikan itu untuk ku karna aku tau kau sangat mencintai Naya."
"Apa kau tidak kasihan kepada ku yang setiap hari menderita karena menyukai mu?" Arni benar-benar membuat merasa serba salah. Aku juga pernah berada diposisi yang ia rasakan sekarang ini dimana aku menyukai Naya selama bertahun-tahun dan itu sungguh sangat menyiksa ku.
Akhirnya aku tidak tega melihat wajah Arni yang sedang menanti jawaban ku.
"Baiklah, aku terima kau jadi pacar ku sesuai dengan kata ku tadi. Aku akan bersama dengan Naya jika dia kembali." Tegas ku mengingatkan ucapanya seperti diawal tadi.
"Baiklah, aku mengerti." Ucapnya kegirangan.
Sementara disudut yang berbeda Indra sedang menatap ku dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan pada saat itu. Hati ku terlalu bangga karena baru saja aku merasakan rasanya dicintai begitu besar oleh seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments