Nyatanya sampai saat ini aku belum juga menyatakan perasaan ku kepada Naya, aku memang tidak mempunyai keberanian hanya bisa memendam perasaan yang semakin lama tentu sangat menyiksa ku. Setiap aku melihat Naya hati ku bergetar, jantung ku seakan ingin keluar dari tempat nya.
Sementara waktu ku tidak banyak lagi karena kami akan segera mengikuti ujian akhir Nasional. Entah lah aku juga tidak tau harus bagaimana lagi, bingung dengan diri ku sendiri.
*
*
Ujian yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga dan selama itu juga aku hampir tidak bertemu dengan Naya. Sepertinya dia sangat mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian ini. Wajar saja lah karena ini adalah penentu bagi kami.
Bahkan ketika pengumuman kelulusan pun aku tidak bertemu dengan Naya, kali ini hati mulai tidak tenang ada apa sebenarnya dengan Naya. Pikirkan ku terus tertuju kepada Naya, Naya dan Naya.
Jika begini terus aku bisa gila tidak bertemu dengan pujaan hati ku. Naya seperti obat bagi ku jika tidak melihatnya maka aku akan sakit. Begitulah kira-kira.
Aku mencari tau Naya akan melanjut ke sekolah mana namun tidak ada informasi yang ku dapat. Sampai aku sudah menanyakan langsung kepada teman dekat Naya tetap saja informasi yang ku inginkan tidak dapat ku ketahui.
Aku takut jika Naya akan melanjutkan sekolah di kota sementara aku sudah pasti akan melanjutkan sekolah ku di kampung lagi.
Yang ku takutkan ternyata benar juga, Naya tidak mendaftar ke sekolah yang ada di tempat tinggal kami terbukti dari nama-nama siswa/siswi baru yang tertera di mading sekolah.
Aku tidak bersemangat lagi, wanita pujaan ku tak ada kabar keberadaan nya bahkan informasi tentang dia sekolah dimana aku pun tak tau.
Beberapa hari menjelang hari pertama masuk sekolah akhirnya aku mendapat informasi jika Naya sekolah di kota Tebing tinggi. Sebuah kota yang tidak terlalu besar jika di bandingkan dengan kota Medan.
Aku merasa sedikit lega, setidaknya aku sudah mengetahui jika dia sekolah di kota tersebut. Sewaktu-waktu aku bisa bertemu dengannya nanti.
Selama sekolah di kota Naya jarang pulang kampung, untuk datang menemui nya aku belum siap dan yang paling utama ialah mental ku untuk berhadapan dengan Naya belum siap yang masih mental tempe.
Libur semester pertama Naya pulang kampung. Aku melihatnya tadi ketika dia baru saja turun dari bis yang di tumpanginya yang kebetulan aku berada dirumah Indra tadi.
Aku terpukau dengan penampilannya kali ini. Naya kelihatan lebih cantik dari sebelumnya, kulitnya yang semakin putih, badannya semakin berisi rambut panjang ia gerai begitu saja tidak seperti dulu yang selalu di kuncir. Cara berpakaiannya juga sudah sangat berbeda sekali.
Kebetulan malam ini malam minggu dan di kampung sebelah ada pesta orang nikahan. Biasanya akan ada acara hiburan sampai malam hari semoga saja dia kesana, aku sungguh berharap bisa bertemu dengannya disana nanti malam.
Malam pun tiba, dan keberuntungan memihak ku kali ini. Naya sudah lebih dulu disana bersama temannya. Tidak akan ku sia-sia kan malam ini.
Aku harus menyatakan perasaan ku kepada Naya kali ini jika tidak aku akan benar-benar kehilangan kesempatan.
Aku tidak suka semua mata tertuju kepada Naya yang memuji perubahan penampilannya itu. Aku tidak rela jika perubahan Naya menjadikan para playboy itu menginginkannya karena aku tau betul jika mereka itu semua palsu.
Ku tunggu waktu yang tepat untuk mendekati Naya untuk sementara aku mengawasinya dari ke jauhan saja. Namun aku melihat Naya bergerak dari tempatnya bersama kedua temannya.
"Mau kemana dia?" pikir ku tetap fokus melihat kearahnya.
Kulihat jam tangan ku masih menunjukkan pukul sembilan tiga puluh, belum terlalu larut malam tapi sepertinya Naya hendak pulang.
Aku bersiap untuk mengikuti nya, setelah aku yakin jika Naya akan pulang segera ku hidupkan motor ku dan mengikuti dari belakang. Entah keberanian dari mana ku hampiri dia, ku berhentikan motor ku tepat didepannya.
"Naya tunggu dulu. " Ucap ku menahan langkah kakinya.
Kedua temannya tadi sepertinya sudah mengetahui niat ku terbukti mereka pergi meninggalkan Naya bersama ku.
"Apa?" Tanya Naya pada ku.
"Tunggu sebentar aku mau ngomong!" Kata ku lagi.
"Mau ngomongin apa? teman aku sudah jauh itu." Tunjuk Naya.
Aku tidak memperdulikan itu, justru akan bagus jika mereka menjauh sehingga aku bisa bersama dengan Naya.
"Aku mau ngomong tapi tidak di sini, naik aja dulu ntar aku kasih tau." Bujuk ku berharap Naya mau ikut bersama dengan ku dan ternyata benar saja Naya naik keatas motor ku.
Ku pacu motor ku menyusuri jalan, dan berhenti disebuah tepi jalan dimana disana ada tempat duduk.
"Kok berhenti disini?" tanya Naya kepada ku.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Naya, aku mencagak motor ku dan turun dari motor sementara Naya masih tetap berada diposisi awal. Ia kelihatan sedikit bingung dengan sikap ku. Kembali aku naik keatas motor namun kali ini aku duduk mengahadap kepadanya. Ku raih kedua tangannya hingga ia benar-benar kaget.
"Naya... Maaf sebelumnya jika aku sedikit lancang. Tapi aku sudah tidak bisa berpura-pura lagi dengan perasaan ku. Aku mencintai mu Nay, mau kah kau menjadi pacar ku?" Ku usap tangannya dengan jari jempol ku sambil berdoa dalam hati agar tidak mendapat hasil yang mengecewakan.
Ku lihat Naya seperti sedang berpikir, mungkin ia sedikit terkejut dengan ku yang secara tiba-tiba menyatakan perasaan kepadanya pada hal aku sudah memendamnya selama bertahun-tahun.
"Kau serius dengan apa yang kau katakan?" Naya mencoba mengingatkan ku dengan perasaan ku.
"Tentu saja aku serius, bahkan aku sudah hampir gila memendam perasaan ku sedari dulu." Terang ku kepada Naya.
"Apa kau tidak mempunyai rasa suka sedikit saja kepada ku?"
"Bukan begitu hanya saja aku butuh waktu karena tidak ingin terburu-buru. Wajar jika aku meragukan perasaan mu." Ucapnya membuat cemas takut jika dia menganggap ku hanya sekedar main-main dan akan berujung dengan penolakan.
"Aku serius Naya! tidak kah kau tau jika selama ini aku menyukai mu dan hanya berani mengagumi mu tanpa berani berterus terang jika aku jatuh cinta kepada mu." Terang ku sambil menatap dalam kedua bola mata Naya.
"Aku takut, takut jika suatu saat nanti kau akan mengkhianati ku."
"Tidak akan Nay, aku janji akan menjaga kepercayaan dari mu!" Aku berusaha keras untuk meyakinkan nya.
"Baiklah. Aku mau!" Naya tersipu malu.
"Benarkah?" tanya ku seakan tidak percaya dan Naya pun menganggukkan kepalanya pertanda jika apa yang ku dengar tidak salah.
Naya menerima cinta ku! rasanya aku seakan melayang ke udara.
"Tapi kau harus berjanji satu hal kepada ku!"
Deg
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments