Terlihat Angga memasuki pintu rumahnya setelah satu minggu pergi keluar kota tanpa berkabar. Dia menyeret koper hitamnya dan masuk ke dalam kamar. Setelah meletakkan kopernya di dalam kamar dia kembali keluar menyusul Rini yang terlihat duduk di depan.
"Kenapa nggak ngasih kabar sih mas? di telpon juga nggak diangkat"
Cerca Rini begitu melihat suaminya.
"Aku sibuk Rin, tolong ngertiin aku"
"Jangan cuma aku yang disuruh ngertiin kamu mas, kamu juga harus ngertiin aku"
"Suami capek pulang kerja bukannya disambut malah diajak bertengkar"
Lama lama Angga geram menghadapi Rini yang terlihat emosi.
"Soalnya kerjaan kamu diluar kota itu nggak wajar mas"
"Nggak wajar gimana? ah sudahlah, lebih baik aku pergi dari pada ribut sama kamu"
Tak lama berselang terdengar suara mobil Angga pergi meninggalkan rumah.
Rini mengusap air mata yang meleleh begitu saja di pipi. Bukan pertengkaran ini yang ia harapkan. Dia berharap suaminya mau memberikan keterangan tentang dia yang tak mau dihubungi selama di luar kota, yang Rini inginkan suaminya mau mengkonfirmasi tentang sejumlah uang yang ia transfer kepada orang lain.
*******
Decitan ranjang terdengar nyaring, seolah sebuah irama yang mengalun merdu mengiringi aktivitas dua insan yang sedang dimabuk asmara.
Rintihan Angga menggema di sebuah kamar bernuansa ungu dengan penerangan yang redup. Menikmati sebuah dosa yang membuat candu.
Bak bayi Angga menghisap bongkahan daging yang ada di bawahnya, terus dan terus bak orang kesurupan.
Di bawah gelungan selimut mereka merasakan nikmatnya kemaksiatan. Menikmati indahnya bujuk rayu setan. Seolah tiada bosan mereka terus dan terus saling bertukar salifa hingga pagi menjelang. Sudah tak terpikirkan ada hati yang terluka diatas indahnya kebersamaan mereka. Ada hak hak yang terampas dari yang punya hak.
****
Holiday hari yang paling ditunggu hampir setiap orang. Selain bisa beristirahat dari hiruk pikuk pekerjaan juga bisa berkumpul dengan keluarga tercinta. Pagi ini, Rini menghela nafas kecewa mendapati suaminya tak tidur di rumah lagi. Sudah beberapa bulan ini Angga jarang pulang ke rumah walaupun tidak ada pekerjaan di luar kota. Angga lebih sering menghabiskan waktu diluar rumah dari pada meluangkan waktu untuk keluarga. Anak anaknya pun sudah mulai terbiasa tanpa adanya sang ayah didekat mereka. Terutama pada weekend Angga akan pergi dari sabtu pagi hingga senin pagi baru kembali pulang.
Pagi ini Rini dan anak anaknya sedang berada di kebun belakang, mereka mengisi hari liburnya dengan bercocok tanam di sana. Kegiatan yang sederhana, tapi mampu membuat mereka bahagia dan berpeluh. Sekalian olahraga itulah kata Rini. Dengan ceria anak anak ikut membersihkan kebun dan menanam beberapa jenis sayuran. Rini memang gemar bercocok tanam. Dia menanam beberapa jenis sayuran dibelakang rumahnya.
Tak terasa hari sudah beranjak siang, Rini dan kedua anaknya bersantai didepan TV sambil menikmati camilan yang telah disuguhkan sang asisten rumah tangga. Hingga suara mobil Angga terdengar memasuki gerbang depan rumah.
"Tumben amat ayah sudah pulang"
Itulah kata sambutan dari sang anak bungsu begitu Angga memasuki rumahnya. Angga hanya tersenyum menanggapi perkataan putri cantiknya itu.
Sedangkan Rini hanya diam tak menggubris kedatangan suaminya. Setelah malam pertengkaran itu sampai hari ini mereka belum saling menyapa. Angga marah besar karena Rini mempertanyakan tentang sejumlah uang yang ia transfer ke nomor rekening atas nama Lina Anjani yang Angga bilang adalah istri dari temannya.
"Teman kamu pinjam uang lagi mas?"
Tanya Rini malam itu. Saat Angga sedang berganti baju setelah membersihkan diri.
"Maksud kamu?"
Tanya Angga dengan agak heran.
"ini, kamu transfer uang ke istri temen kamu lagi"
Rini mengangkat handphone dihadapkannya kepada Angga. Dia perlihatkan e-mail yang masuk dari bank kepada Angga. E-mail laporan transaksi dari nomor rekening Angga.
"Owh it itu iya"
Jawab Angga dengan gugup.
"Kamu menonaktifkan SMS banking kamu?"
Rini berusaha menekan intonasinya sepelan mungkin agar ia bisa meredam emosinya.
"Iya. Karena aku khawatir kamu terganggu dengan adanya SMS dari bank"
"Khawatir aku terganggu atau khawatir aku tau tentang segala soal transaksimu mas?"
"Sudah lah Rin, aku capek"
"Aku juga capek mas, bukan hanya kamu yang capek. Kalau kamu capek bekerja dan berbohong, sedangkan aku capek kerja dan kamu bohongi"
"Kamu ngomong apa sih Rin, dasar wanita tak tau diri"
Rini tersentak kaget, ingatannya pada malam pertengkaran itu buyar tatkala mendengar bunyi panggilan dari handphone nya. Matanya menyipit melihat nama yang tertera di layar handphone nya.
"Pak Hermawan" gumamnya sambil menggeser tombol hijau pada layar.
"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu?"
(-----------)
"Owh iya Pak, baik. Besok kita ketemu"
*****
Pagi ini Rini berdandan sangat cantik, penampilannya tak seperti biasanya. Dia ber make up agak sedikit tebal, pakaiannya pun agak sedikit berani. Rini berdiri didepan cermin menyisir rambut panjangnya dengan sesekali melihat jam di pergelangan tangannya. Dengan sigap ia menata barang barang keperluannya di dalam tas.
Angga yang baru saja bangun terlihat heran dengan istrinya yang sudah rapi di pagi buta.
"Sepagi ini mau kemana kamu?"
tanya Angga dengan heran.
"Ketemu pelanggan" jawab Rini dengan singkat dan terkesan cuek.
"Sepagi ini?"
Angga yang akan ke kamar mandi sampai mengurungkan niatnya.
"Iya. Owh iya mas, sarapan sudah aku siapkan. Nanti seperti biasa, kamu yang antar anak anak ke sekolah. Aku harus segera berangkat"
"Memangnya kamu ketemu sama pelanggan dimana? kok berangkatnya pagi banget"
"Diluar kota mas. Sudah aku pergi dulu, titip anak anak"
Angga terbengong melihat tingkah istrinya yang tak seperti biasanya. Angga berlari menuruni tangga menuju depan untuk mengejar istrinya.
"Rin, tunggu!"
Angga berteriak dengan nafas ngos ngosan karena berlari dari kamar sampai di pintu depan.
"Ada apa mas?"
"Kamu ini sebenarnya mau ketemu pelanggan apa sih? ketemu pelanggan kok jam segini sudah berangkat. Jangan jangan kamu mau ketemu selingkuhan kamu"
Mata Angga menyalang tajam ke arah Rini.
"Maaf mas, aku harus segera pergi. Aku tidak punya waktu untuk berdebat pagi ini. Sudah aku bilang, aku ketemu pelanggan diluar kota dan janji jam ketemunya pagi hari. Jadi aku harus berangkat sekarang"
Rini berlenggang pergi sambil menenteng tas kerjanya yang berisi lembaran kertas bergambar berbagai bentuk pakaian hasil coretan tangannya. Rini memang berbakat di dunia desain fashion.
"Dasar ******"
Jleb! teriakan Angga bagai bilah pisau yang menusuk dadanya dan tepat mengenai jantung. Nyawanya seolah tercabut, hidupnya seolah berhenti sesaat. Seolah kakinya tak menginjak bumi, tubuhnya terasa ringan melayang. Lelehan air mata yang tak dapat dibendung, mengalir begitu saja di atas pipinya. Dengan lunglai ia berjalan, melangkahkan kakinya yang terasa lemas seolah tanpa tulang. Dirinya shock mendengar umpatan suaminya, umpatan dari seseorang yang seharusnya menjaga dirinya, menjaga kehormatannya, malah ternyata mengoyak harga dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Mawar_Jingga
huh gemes sama Angga,bisa2 nya ngatain istri nya jalang🥵🥵🥵
2023-08-31
0