Bab 2

Angga berjalan tergesa menuju kantin kantor tempatnya bekerja. Rapat dengan atasan sedari pagi membahas

proyek yang sedang tersendat prosesnya membuat tenaganya terkuras. Langkahnya dipercepat agar bisa segera duduk dan menikmati hidangan makan siang. Angga segera memesan makanan dan minuman begitu sampai di kantin, dengan sumringah ia membawa nampan hidangan menuju meja yang masih kosong.

Selesai makan Angga mengambil handphone yang berada di saku kemejanya. Sambil bersantai di kantin Angga mengecek handphone yang setengah hari ini tidak ia sentuh. Tiga kali panggilan masuk dari Rini menarik perhatiannya. Tidak biasa biasanya Rini menelpon disaat jam kerja. Segera Angga menelpon Rini balik.

"Halo, tadi kamu telpon? Tadi aku rapat dengan atasan" tanya Angga to the point begitu tersambung dengan istrinya.

"Iya, aku tadi telpon mas. Mas, Rania Putri siapa? Kok ini ada laporan dari bank, mas habis transfer ke rekening Rania Putri"

"It it itu. Istri teman mas"

"Kenapa mas transfer ke dia?"

"Ehmmm anu.... itu, teman mas pinjam uang. Nah uangnya di transfer ke rekening istrinya"

"Kok gitu mas?"

"Iya dek. Karena teman mas pinjam uang untuk perawatan ibu mertuanya di kampung. Ibu mertuanya sedang sakit membutuhkan banyak uang untuk pengobatan. Nah istri temen mas itu lagi ada di kampung merawat ibunya yang sakit. Karena temen mas pinjam uang untuk biaya pengobatan ibunya makanya mas diminta transfer ke rekening istrinya. Begitu ceritanya"

"Owh gitu. Emang sakit apa sih mas ibunya?"

"Kurang tau sih dek. Yang jelas, ibunya itu membutuhkan pengobatan yang rutin dan jangka panjang"

"Ya udah mas kalau gitu sih nggak apa apa. Aku takutnya bukan mas yang melakukan transaksi. Takut rekening mas di bobol orang atau gimana. Jaman sekarang kan banyak mas kasus kayak gitu, tau tau uang di rekening ilang. Ada laporan transaksi padahal kita tidak melakukan transaksi"

"Iya dek, betul. Kita memang harus hati hati. Trimakasih ya sayang sudah memperhatikan, kamu memang istri yang cerdas"

"Nggak usah gombal deh"

****

Angga mengelus dadanya begitu sambungan telepon berakhir. Jantungnya yang sempat berlompatan sedikit demi sedikit mereda. Seperti seorang pencuri yang hampir ketahuan, begitulah yang di rasakan Angga saat ini. Angga meneguk habis sisa minumannya setelah mengatur nafas yang tadi tersengal seperti habis lari maraton. Mukanya merah padam menahan rasa panik dan takut yang menjadi satu. Angga terlonjat kaget begitu bahunya di tepuk oleh temannya. Teman satu divisi, teman seperjuangan dari sekolah menengah atas. Teman sekampus dan satu jurusan kuliah. Aris, dialah teman yang selalu ada dalam hidupnya. Teman yang terkadang bisa berubah menjadi musuh seketika di kala perbedaan pendapat melanda.

"Busseettt, gitu aja kaget loe. Muka parno gitu, ada apa sih?"

Tanya Aris sambil mendudukan pantatnya dikursi sebelah Angga.

"Nggak ada apa apa. Kaget aja gue"

Jawab Angga berusaha santai.

"Yakin?!"

Kata Aris dengan muka meledek.

"Yakinlah. Lagian ngapain sih loe, dateng dateng ngagetin"

"Idiih, kaget?! Muka tegang gitu dari tadi bilang nggak ada apa apa"

"Eh Ris, loe tau cara menonaktifkan SMS banking nggak?"

Aris mengangkat kedua bahunya tanda bahwa dia tidak tau tentang yang di tanyakan Angga.

"Kenapa emang?"

"Enggak. Risih aja gue, tiap habis transaksi ada SMS masuk. Kluntang klunting menuhin memory handphone. Makanya gue pengen stop"

"Coba aja datang ke kantor banknya. Atau kalau enggak, loe bisa tuh googling cara stop SMS banking. Siapa tau bisa di berhentikan pakai handphone. Atau telpon ke call center bank"

Jawab Aris sambil mematik rokok yang terselip di mulutnya.

"Iya ya, kok gue nggak kepikiran. Hari ini loe cukup cerdas Ris, makasih sob"

Angga tersenyum lebar mengambil handphone yang ia letakkan di meja setelah melakukan panggilan dengan istrinya tadi.

"Bukan hari ini doang kali, emang otak gue selalu bisa jadi andalan"

Angga mengutak-atik handphone nya, mulutnya terkunci diam dengan wajah amat serius. Sudah tak di perdulikan lagi omongan Aris yang masih mengoceh kesana kemari. Angga serius mencari artikel cara menonaktifkan SMS banking. Terlihat mulutnya komat kamit berusaha menghafal cara caranya. Tak berselang lama, terlihat Angga tersenyum lega. Ia masukan handphone yang ia pegang ke dalam saku kemejanya.

"Sudah?"

Tanya Aris penuh dengan rasa penasaran.

Angga mengangguk anggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Aris.

Angga bangkit dari kursi kantin, ia berjalan kembali ke tempat kerjanya.

"Hei... Mau kemana loe?"

Triak Aris sambil berdiri dari duduknya.

"Kembali kerja! Emang loe mau istirahat terus? Tinggal bilang ama atasan, biar dirumahkan sekalian"

Mendengar jawaban Angga, Aris segera mempercepat langkahnya menyusul Angga sambil mulutnya komat kamit menyumpahi Angga. Aris kesal karena ia merasa di sumpahi oleh Angga agar dipecat dari pekerjaannya.

"Sialan loe" jawab Aris dengan kesal.

Angga tertawa melihat Aris yang terlihat jengkel, mulutnya mengerucut sambil ngedumel. Terlihat sekali jika Aris sedang merasa kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!