Bab 4

Rini segera memasuki mobilnya begitu selesai mengantar kedua anaknya di depan gerbang sekolah. Tangannya yang sudah bersiap memutar kunci mobil berhenti sesaat karena mendengar ada notif pesan dari handphone nya, ia berharap suaminya lah yang mengirimi dia pesan. Memberi kabar apapun itu agar hatinya tenang tidak dipenuhi rasa penasaran. Tapi ternyata tidak sesuai dengan harapannya, pesan yang masuk ternyata hanyalah dari operator seluler. Mata Rini tertuju pada gambar amplop yang ada di layar handphone nya, mulutnya menganga setelah membaca e-mail yang masuk dari bank. Angga telah mentransfer kembali ke nomor rekening yang sama, nomor rekening yang Angga bilang adalah istri dari temannya dengan jumlah yang cukup fantastis. Ingin rasanya Rini segera menelpon Angga untuk menanyakan hal itu, tapi Rini menahan keinginannya. Rini ingin menanyakannya langsung nanti setelah bertemu Angga.

Rini menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia menuju kantor Angga untuk mencari tau perihal keberangkatan Angga keluar kota. Tapi belum sampai di kantor suaminya Rini putar balik karena mendapat telpon dari salah seorang pelanggannya yang ingin bertemu dengan Rini, pelanggan setia Rini yang sudah bertahun tahun. Terhitung sejak awal Rini membuka usaha tokonya dia sudah mulai menjadi pelanggan.

"Selamat pagi, maaf sudah lama menunggu" sapa Rini dengan sopan ketika bertemu pelanggannya.

"Tidak masalah. Ini salah saya, mengajak bertemu tidak membuat janji terlebih dahulu. Saya ingin memesan baju untuk saya dan anak anak, akan saya pakai di acara reuni keluarga"

" Tak apa pak. Bapak sendirian, tidak bersama ibu?"

Dengan ramah dan senyum yang selalu mengembang Rini melayani pelanggannya, hal itulah yang membuat para pelanggan Rini tetap setia padanya.

"Istri saya sudah meninggal dua bulan yang lalu"

"Maaf Pak saya tidak mengetahui hal itu. Turut berduka cita ya pak"

"Tidak apa. Saya dan anak anak sudah mengikhlaskan. Dia sudah tenang disana, sudah tidak merasakan sakit lagi"

Jawab Hermawan dengan tersenyum tipis.

"Maaf kalau boleh tau, memang ibu sakit apa?"

Rini bertanya dengan penuh prihatin.

Hermawan tersenyum menatap wajah Rini sebentar lalu pandangannya mengarah keluar jendela yang menampakkan hamparan langit. Pagi ini langit terlihat sangat cerah tanpa ada kumpulan awan yang menghalangi penampakan langit di mata manusia. Jauh diujung sana terlihat gundukan pucuk gunung yang terlihat hijau nan asri. Pandangan Hermawan tertuju pada pucuk gunung yang terlihat cantik hari ini, mengingatkannya pada paras sang istri yang telah berpulang. Merasakan dada yang mulai sesak Hermawan menarik nafas dalam untuk meraup banyak oksigen seolah pasokan udara kehidupan sudah mulai menipis dan tak ingin kekurangan. Dua kali menghela nafas dalam baru setelahnya Hermawan kembali menatap ke arah Rini, orang yang menunggu jawabannya.

"Kanker payudara. Dua tahun dia melawan penyakit itu dengan penuh perjuangan. Segala macam bentuk pengobatan ia jalani. Aku dan anak anak juga setia selalu memberinya dukungan dan semangat. Istriku begitu gigih dan semangat melakukan pengobatan, berharap bisa sembuh dan berkumpul bersama kami kembali. Hampir setengah tahun hidupnya ia habiskan dengan keluar masuk rumah sakit. Usaha kami tak kurang kurang untuk mengupayakan kesembuhannya. Tapi Tuhan berkehendak lain. Kami tak diijinkan bersama lebih lama lagi. Kami dipisahkan"

Hermawan tersenyum sambil mengusap ujung matanya yang berair.

"Sabar pak, saya yakin ibu sudah tenang dan bahagia disana"

Rini berusaha menghibur orang yang berada di depannya.

"Maaf, saya malah jadi curhat"

Hermawan melepas kaca matanya lalu mengelap kembali ujung mata yang masih merembes.

"Tidak apa pak, setelah ini mungkin anda akan sedikit lega"

Hermawan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, lalu ia memakai kaca matanya kembali.

"Baiklah pak, baju seperti apa yang anda inginkan untuk reuni keluarga? apa ada tema acaranya?"

"Aah iya, sampai lupa tujuannya kesini mencari anda. Tema acara sih nggak ada bu Rini, saya hanya minta baju yang simple tapi kesannya tetap elegant. Karena saya dengar dari almarhum istri saya kalau anda juga membuka sebuah butik makanya saya datang kepada anda"

"Iya Pak, alhamdulillah"

Rini menjawab dengan tersenyum simpul dan mata berbinar terang, memperlihatkan kebahagian atas terbukanya usahanya yang baru.

"Semoga sukses atas usaha barunya"

"Amiin. Trimakasih banyak atas doanya pak. Semoga Tuhan mengabulkan"

"owh iya, acaranya akan di diadakan tiga minggu lagi. Bisakan?"

"Saya usahakan pak. Begini pak, selain toko pakaian kami juga ada toko kain yang terletak di sebelah butik. Jadi, kalau bapak berkenan bapak bisa datang ke toko kain kami dan memilih sendiri kainnya. Anda bisa memilih sendiri jenis dan motif kain disana. Tapi kalau anda sibuk, saya bisa mengirimkan beberapa contoh kain kepada bapak agar bapak bisa memilih. contoh kain bisa dikirim ke kantor atau ke rumah bapak. Nanti ada petugas dari toko kain yang akan menemui bapak untuk menyerahkan contoh kain. Untuk proses pengerjaan paling lambat empat belas hari pak. Jadi kalau acaranya akan diadakan tiga minggu lagi itu berarti harus segera pak"

Dengan sabar Rini memberikan keterangan panjang lebar kepada Hermawan.

Sedangkan Hermawan terlihat manggut manggut saja mendengarkan keterangan dari Rini.

"Begini saja bu Rini, saya minta warna kain yang cerah tapi tidak mencolok. Untuk motif dan desainnya yang sederhana tapi elegant, udah itu saja. Untuk pemilihan jenis kain, saya yakin bu Rini lebih handal ketimbang saya. Jadi tidak usah mengirimkan contoh kain kepada saya. Saya yakin bu Rini tidak akan mengecewakan saya. Melihat penampilan bu Rini yang selalu modis begini saya yakin selera fashion bu Rini tidak akan mengecewakan. Jadi saya pasrah saja sama bu Rini"

"Baiklah kalau begitu pak, anda dan anak-anak bisa langsung datang ke butik untuk di lakukan pengukuran"

"Bagaimana kalau anda mengirim orang datang ke rumah saya untuk melakukan pengukuran pada anak anak. Sedangkan untuk saya bu Rini bisa melakukan pengukuran sekarang"

*****

Tak terasa hari sudah hampir sore. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaan membuat Rini lupa perihal keinginannya mendatangi kantor tempat suaminya bekerja untuk menanyakan tentang kepergian suaminya keluar kota. Rini menghela nafas panjang. Dengan lunglai dia berjalan menuju tempat ia memarkir mobilnya, hari ini tubuhnya benar benar lelah karena banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini. Dan juga ada beberapa pelanggan yang harus ditemuinya.

Pagi berganti siang, siang berganti malam. Malam yang telah larut tidak membuat mata Rini bisa terpejam. Dia duduk sendiri di taman belakang rumahnya sambil menggenggam handphone. Berharap sang suami membalas pesannya. Ya Rini baru saja mengirimkan pesan kepada suaminya melalui aplikasi hijau di handphone nya. Tapi walaupun tercentang biru tetap tidak ada balasan dari suaminya. Pikiran Rini melayang jauh, tak dipungkiri dia menaruh curiga di dalam hatinya. Dan tak dipungkiri pula jauh di dalam lubuk hatinya dia juga merasakan kesepian. Dia butuh teman berkeluh kesah. Dia juga butuh tambatan hati untuk bersandar, dan saat ini suaminya tidak bisa melakukan semua itu. Angga lebih memilih memberikan seluruh waktunya untuk pekerjaan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!