Beberapa hari kemudian.
"Paman, Bibi, sebenarnya di mana Melati? Mengapa dia tidak bisa aku hubungi selama beberapa hari ini? Apa salahku sehingga dia harus menjauhiku seperti ini?" ucap seorang pria yang sedang duduk di ruang tamu rumah keluarga Melati. Yuna dan Martin terlihat bingung dengan pertanyaan yang tak bisa mereka jawab. Pernikahan Melati dan Aryan belum sampai ke publik. Mana mungkin mereka mengatakan jika Melati dan Aryan sudah menikah?
"Maaf, Daniel, sepertinya mulai sekarang kau harus melupakan Melati. Dia….dia sudah pergi," ucap Yuna dengan tatapan ragu. Dia tahu seperti apa tipikal Daniel. Pria ini sangat mencintai Melati lebih dari hidupnya. Mana mungkin dia menyerah begitu saja tanpa alasan yang jelas.
"Apakah Paman dan Bibi tidak merestui kami? Aku berjanji akan membahagiakan Melati. Meskipun aku hanyalah seorang manajer, tapi aku akan bertanggung jawab untuk hidupnya. Aku…aku akan memberikan seluruh gajiku kepadanya, aku berjanji," ucap Daniel dengan tatapan serius.
"Tidak, Daniel, Ini bukan tentang materi. Tapi, Melati benar-benar sudah pergi. Lupakan dia," ulang Yuna.
"Tapi aku perlu alasan yang kuat mengapa aku harus melupakannya. Jika hanya dari ucapan Bibi saja, bagaimana aku akan percaya jika itu adalah perkataan Melati."
"Tapi kami tidak bisa berbuat apapun karena dia sudah pergi dari sini."
"Baiklah, kalau begitu di mana Jasmine? Aku ingin bertemu dengannya. Bukankah harusnya jadi beberapa hari lagi dia menikah?"
"Emmm, ya, Jasmine sudah menikah dengan Tuan Aryan. Demi keselamatan kami, tolong, jangan ke sana. Jangan temui dia karena itu sama saja mencari masalah." Martin yang sedari tadi diam pun angkat bicara.
"Lalu, bagaimana caranya aku mencari Melati. Aku harus mendengarkan ucapannya secara langsung."
"Nak, Bibi mohon, jangan memperkeruh suasana."
"Memperkeruh? Memangnya ada masalah apa, Bi?"
"Tidak, Nak, bukan itu maksud Bibi. Hanya saja, kau jangan melakukan hal yang tentunya tidak akan disukai Melati. Kami tidak bisa memberitahumu Di mana dia berada karena ini adalah permintaannya."
"Baiklah, kalau Bibi tidak mau memberitahuku, maka aku akan mencarinya sendiri." Daniel yang sangat kecewa dengan respon orang tua Melati pun langsung keluar dari rumah tersebut.
Dirinya sangat sedih karena tiba-tiba Melati meninggalkan dirinya tanpa sebab. Padahal segalanya telah dilakukannya untuk Melati. Berharap cinta mereka akan berlabuh ke jenjang pernikahan seperti mimpi mereka.
"Aku tidak mungkin menemui Jasmine dan meminta penjelasan karena itu akan membahayakan keluarganya. Aku tahu jika Tuan Aryan paling tidak suka didatangi tamu tak diundang, apalagi dirinya hanyalah orang kecil."
Dirinya pun segera pulang ke rumah dengan tangan kosong. Berbagai upaya pun dilakukannya agar bisa mencari keberadaan Melati.
***
"Dimana dia?" ucap Aryan saat dirinya baru saja pulang bekerja.
"Nona Melati? Beliau sedang duduk di taman belakang rumah, Tuan. Katanya ingin melihat bunga-bunga yang tumbuh di sana.
"Bunga? Ah, aku sampai lupa." Aryan pun langsung pergi ke belakang. Namun, dia meminta sebuah tongkat kayu pada tukang kebunnya entah untuk apa.
"Bunga indah, tapi sayang aku tidak suka bunga. Mengapa Tuan Aryan tidak menanam pohon saja, ya."
Melati masih memperhatikan semua bunga itu. Dia memang tidak menyukai bunga, beda halnya seperti Jasmine yang sangat menyukai bunga terutama yang berwarna cerah.
Terdengar suara langkah kaki datang mendekat. Ketika dilihat, ternyata yang datang adalah Aryan. Melati yang melihat kedatangan Aryan pun langsung berdiri dan menundukkan kepalanya.
Tak disangka ternyata Aryan malah melibas semua bunga-bunga itu dengan tongkat yang dipegangnya. Hal itu tentu saja membuat Melati terkejut. Entah ada angin apa hingga Aryan malah membabat habis bunga-bunga yang bermekaran indah di taman itu.
Melati hanya bisa terbengong dengan apa yang Aryan lakukan. Pria itu seperti sedang dikuasai amarah hingga melampiaskannya pada makhluk hidup lain.
Selesai membabat habis bunga-bunga itu, Aryan pun membuang tongkat ke sembarang arah dan mendatangi Melati.
"Sekarang lihatlah pemandangan yang kau suka ini, Jasmine!" berang Aryan dengan tatapan yang melotot tajam.
Oh, jadi Aryan melakukan semua ini karena bunga-bunga itu disukai Jasmine. Dia ingin mendapatkan habis semua kenangan yang ada dan berhubungan dengan Jasmine.
"Maaf, Tuan, aku Melati," ucap Melati sambil menundukkan kepalanya.
"Aku tahu! Tapi kau juga suka bunga, kan?" Aryan tersenyum menyeringai. Menantikan ekspresi kecewa Melati.
"Tidak, Tuan, aku tidak suka bunga," jawabnya sedikit takut.
Seringai di wajah Aryan pun memudar. Tak disangka Melati malah melontarkan jawaban seperti itu.
"Kau tidak suka bunga? Kalian kan kembar."
"Tidak semua orang kembar menyukai hal yang sama, Tuan. Aku lebih suka pohon. Mungkin lebih tepatnya suasana yang seperti hutan."
"Ah, hutan, ya. Baiklah, mari ikut aku!" Tanpa aba-aba, tiba-tiba saja Aryan langsung menarik tangan Melati agar ikut dengannya.
Mereka pun menuju ke mobil dan segera pergi dari pekarangan rumah. Sam yang melihatnya langsung mengikuti mereka dengan mobil lain. Baru saja beberapa hari ini Aryan tidak membuat masalah karena sibuk, sekarang seolah dia ingin menagihnya karena sudah senggang.
"Tuan, kita mau kemana?" ucap Melati dengan tatapan takut. Perjalanan mereka lebih banyak melewati jalanan sepi. Kemana Aryan akan membawa Melati pergi?
"Kau harusnya berterima kasih karena aku akan membawamu ke tempat yang kau sukai." Aryan lagi-lagi menunjukkan seringai tajamnya. Dia seperti tak sabar ingin ke tempat tujuan dan membuat Melati ketakutan.
Melati tak berani berbicara lagi setelah melihat seringai tajam itu. Hingga saat mereka sampai ke pinggir hutan, Aryan pun menariknya keluar dengan paksa.
"Tuan, tunggu! Tolong dengarkan aku!" Melati mencoba memberontak, namun Aryan masih tetap menariknya ke dalam hutan.
"Tuan, dengarkan aku dulu! Setidaknya berikan aku tenda jika ingin meninggalkan aku di sini!" ucap Melati yang langsung membuat Aryan berhenti melangkah.
"Apa katamu? Tenda?" tanyanya dengan tatapan heran.
"Iya, Tuan, berikan tenda."
"Mengapa aku harus memberimu tenda? Bukankah lebih bagus jika kau sendirian di sini dan dimakan hewan buas."
"Tidak, Tuan, perlu melakukan perjalanan berjam-jam menelusuri hutan ini jika bertemu hewan buas…dengan kendaraan. Ada jalan di sana yang bisa dimasuki kendaraan." Melati menunjuk ke arah lain.
"Kau sering ke hutan ini?" Aryan merasa jika Melati sudah mengetahui seluk beluk hutan ini.
"Tidak terlalu sering, Tuan. Hanya sesekali saja jika ingin melepas penat."
"Melepas penat? Yang benar saja! Mana bisa melepas penat dengan tidur di alam bebas. Lebih baik liburan ke luar negeri." Aryan merasa tak percaya dengan ucapan Melati jika pergi ke hutan bisa melepas penat.
"Tapi bagiku kesunyian adalah sumber dari rasa nyaman dan damai."
"Sendirian? Jangan bilang kau camping di sini sendirian!"
"Memang sendirian, Tuan. Itulah yang saya cari."
"Dasar menyusahkan!" Aryan berdecak kesal hendak kembali ke luar hutan. Namun, langkahnya terhenti ketika dia baru sadar jika dirinya lupa jalan. Tak disangka mereka sudah masuk hutan lumayan jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ve
wkwkwkkk
lupa jalan katanya
🤣🤣
2024-09-06
1
Yunerty Blessa
padan muka kau Aryan..... biarkan kau sesat
2024-04-15
1
Muna Irwan
kasihannn,,,malu tuh si Aryan 😀😀
2024-02-21
0