Ketakutan

Melati masih bertahan di dalam mobil itu. Tak berani keluar karena ancaman Aryan. Dia masih tetap berada di mobil yang sudah tak berpenghuni lagi.

"Matikan mobil dan kunci dari luar! Kita lihat sejauh mana dia akan bertahan!" ucap Aryan yang langsung dibalas anggukan oleh sang sopir.

Melati pun kebingungan saat mobil itu ditutup. Bisa-bisa dia akan kekurangan oksigen.

"Tunggu! Aku mau keluar, tolong, buka pintunya!" ucap Melati yang nyaris tak terdengar karena suaranya berada di dalam mobil.

"Berapa lama aku berdiri di sini?" tanya Aryan pada sang sopir.

"Tiga puluh detik, Tuan."

"Dia bisa keluar setelah tiga jam!"

Aryan pun masuk ke dalam rumahnya dan membiarkan Melati berada di dalam mobil. Dia akan mati kehabisan nafas dan terebus, apalagi saat ini matahari tepat di atas kepala.

Melati masih berteriak di dalam mobil agar dirinya bisa dikeluarkan. Namun, sang sopir malah ikutan pergi dan meninggalkannya sendiri. Betapa bodohnya dia karena memilih menetap di mobil. Nyatanya mau ikut Aryan atau tidak, dia tetap saja masih tersiksa.

Aryan yang sudah masuk ke dalam rumah memilih untuk duduk di sofa dan menyesap teh yang baru saja disajikan pelayan..

Prankkkk! Tiba-tiba saja dia melemparkan gelas yang dipegangnya dengan tatapan penuh kemarahan. "Siapa yang membuatkan teh ini!" serunya sambil berdiri dengan sorot mata tajam.

"S-saya, Tuan." Seorang wanita berpakaian pelayan maju dan menundukkan kepalanya dengan tubuh gemetaran.

Aryan mendekati pelayan itu dan menatap tajam saat sudah sampai di depannya. "Apakah kau tahu apa kesalahanmu?" desisnya hingga membuat suasana begitu mencekam. Pelayan lain hanya bisa tertunduk. Mereka tahu bagaimana kalau Aryan sedang marah.

"Aku menemukan sebutir gula yang belum terlarut di dalam tehku. Apa kau kira itu menyenangkan? Kau pikir itu lucu?"

"Ma-maafkan saya, Tuan, saya tidak sengaja. Saya akan lebih berhati-hati lagi," ucapnya dengan penuh ketakutan. Apa saja bisa Aryan lakukan.

"Sam! Pecat dia!" ucap Aryan yang langsung membuat pelayan itu terkejut. Dia menatap Aryan dengan tatapan hampir tak percaya.

"Tuan, jangan, Tuan. Ibu saya sedang membutuhkan biaya untuk operasi. Tolong saya, Tuan. Saya tidak punya apa-apa lagi selain ibu saya," ucapnya sambil berlutut di kaki Aryan. Dia bahkan tak segan memegangi kaki Aryan dan memeluknya erat.

"Singkirkan tangan kotormu!" Aryan menendang pelayan wanita itu hingga jatuh mencium lantai.

"Saya adalah tulang punggung keluarga dan hanya di sinilah harapan saya untuk tetap bisa melangsungkan hidup, Tuan." Pelayan itu masih menangis dan menundukkan kepalanya.

"Apakah aku terlihat peduli? Aku bahkan tidak peduli siapa dirimu. Sekarang enyah dari hadapanku!" Aryan pun kembali duduk, sedangkan Sam, asisten pribadinya langsung membawa pelayan wanita itu ke belakang untuk beberes.

Pelayan wanita itu masih menangis tersedu-sedu. Dia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya setelah ini.

"Aku sudah mentransfer pesangonmu. Jangan pernah kembali ke sini atau menampakkan wajahmu lagi!" ucapnya setelah mengantarkan pelayan wanita itu sampai ke gerbang. Hanya memastikan jika dia telah pergi dari rumah itu.

"Tuan, tunggu, Tuan!" Tiba-tiba saja pelayan wanita itu kembali sambil setengah berlari. Namun, Sam lebih dulu menutup pintu pagar hingga dia hanya bisa berteriak dari sela pagar yang tak bisa ditembusnya.

"Tuan, ini salah, Tuan, saya membutuhkan...."

"Sudahlah, kalau sudah dipecat, kau tidak akan bisa kembali lagi ke sini!" Sang security pun langsung membentaknya hingga dia langsung memundurkan langkahnya.

Pelayan wanita itu pun menangis tersedu-sedu. Bahkan dia sampai jatuh terduduk di tengah jalan saking sedihnya.

"Makanya, kalau tidak mau dipecat jangan membuat kesalahan," cibir sang security dengan tatapan prihatin.

Sam yang akan kembali ke dalam melihat mobil Aryan yang masih ada di tengah-tengah jalaman. Dia melihat arlojinya, ternyata waktu sudah menunjukkan lima puluh lima menit semenjak Melati terkunci di dalam karena pada umumnya, oksigen di dalam mobil akan habis dalam satu jam. Berarti masih tersisa lima menit lagi. Dia melihat sudah tidak ada pergerakan di dalam mobil itu. Mungkinkah Melati sudah kehabisan nafas?

Sesampainya di dalam, dia melihat Aryan yang sedang memeriksa tabnya. Dia pun berdiri di sampingnya. Namun, gerakan tangannya yang gelisah membuat Aryan tahu jika sang asisten pribadi yang memiliki hati lebih lembek darinya itu merasa khawatir.

"Jika kau selalu menggunakan hati nuranimu, maka hidupmu akan seperti ini saja," ucap Aryan tanpa menoleh.

"Maafkan saya, Tuan. Saya hanya tidak ingin anda tersandung kasus karena membuat seseorang meninggal kehabisan nafas."

Aryan yang semula menatap tabnya pun langsung mengedarkan pandangan ke lain arah. "Berapa lama orang bisa bertahan di dalam mobil yang terkunci?"

"Satu jam, Tuan. Dan sekarang tersisa tiga menit lagi," ucap Sam menjelaskan.

"Aku memberinya hukuman selama tiga jam. Jika dia mati, maka itu salahnya."

"Saya tidak melihatnya bergerak lagi."

"Haruskah kita menyiapkan pemakamannya?"

"Saya serius, Tuan."

"Aku juga serius."

"Polisi tidak akan senang mendengarnya, Tuan."

"Aku punya banyak uang untuk menyenangkan telinga mereka."

"Media lebih cepat menyebar, Tuan."

"Uangku juga lebih cepat menyebar."

"Siapkan saja pemakamannya. Mungkin kita bisa melakukannya satu jam lagi."

"Tuan."

"Mengapa kau harus meninggikan suaramu? Apa karena kau adalah sepupuku?" Aryan melirik Sam yang terlihat menghembuskan nafas panjang.

'Kalau bukan karena permintaan terakhir Tuan Adrian, aku juga tidak mau menjadi asisten pribadimu,' batin Sam sambil menahan kesabarannya.

Namanya Samuel. Dia memang satu-satunya sepupu Aryan. Keponakan Adrian yang orang tuanya sudah meninggal sejak dirinya berusia lima tahun. Orang tuanya mengalami kecelakaan bersama dengan istri Adrian, ibu dari Aryan. Dia dirawat oleh sang paman hingga beberapa tahun lalu, Adrian pun meninggal karena sakit. Dia menitipkan Aryan pada Sam agar terus menjaganya. Sam berusia dua tahun lebih tua dari Aryan sehingga dirinya bisa menjaga Aryan yang menurut ayahnya masih butuh bimbingan. Sam memiliki sifat yang lebih lembut dari Aryan.

"Sam, sampai kapan kau terus menggunakan hati nuranimu? Apa kau kira aku tidak tahu jika kau mentransfer pelayan tadi dengan jumlah yang sangat banyak? Mengapa harus repot-repot memikirkan orang lain."

"Saya hanya tidak mau kejadian orang tua kita terulang lagi, Tuan. Anda tahu kan apa yang menyebabkan ibu anda dan kedua orang tua saya meninggal."

"Huhh! Aku paling tidak suka mengingat masa lalu. Jika kau ingin menolong wanita itu, lakukanlah, aku tidak melarangnya."

Sam melihat arlojinya. Sudah satu jam berlalu. Dia pun segera pergi ke mobil Aryan dan membukanya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat keadaan Melati yang ternyata.....

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

semoga Melati baik² saja

2024-04-15

0

Muna Irwan

Muna Irwan

nnti kl sdh bucin ,,cuekin aja dulu melati itu si Aryan biar dia kapok

2024-02-21

0

Nendah Wenda

Nendah Wenda

apa melati mati memang Aryan gak punya hati orang yang gak punya hati akan jatuh cinta sama melati suatu saat nanti bucin abis

2023-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!