Melati terlihat bermandi keringat di sekujur tubuhnya. Semuanya basah, hingga membuat kursi tempatnya duduk menjadi lembab. Sam menghembuskan nafas lega, ternyata Melati belum meninggal. Dia bahkan masih terlihat segar bugar seperti tak kesulitan bernafas.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Sam saat menuntun Melati keluar.
"Aku baik-baik saja. Tapi aku rasa aku sangat bau," ucapnya sambil terus menyeka keringat di dahinya.
"Kau tidak kesulitan bernafas dari tadi?"
"Tidak, aku tidak mengalami kesulitan saat bernafas. Soalnya aku melihat ada tabung oksigen darurat di dalam, jadi aku bernafas dengan itu. Tolong, jangan katakan padanya jika aku menggunakannya." Melati memohon pada Sam. Bisa gawat kalau Aryan sampai tahu jika benda itu pernah dipakainya.
"Aku akan mengganti dengan yang baru. Sekarang sebaiknya kau masuk dan katakan bahwa kau hampir mati kehabisan nafas."
"Ba-baik. Apakah di dalam dia akan membun*hku?" ucap Melati dengan tatapan takut.
"Tidak akan ada yang mati di sini."
Melati pun mengangguk, sementara Sam menyuruh sopir untuk membersihkan bekas keringat Melati di bangku kemudi. Dia juga mengganti oksigen dengan yang baru agar Aryan tidak curiga. CCTV di dalam mobil juga sudah dihapus. Lagipula Aryan tidak pernah mengecek CCTV mobil kecuali ada hal penting.
Melati melangkah masuk ke dalam rumah Aryan yang megah bagaikan istana itu. Dirinya mengagumi keindahan dan kemewahan rumah super besar dan pastinya berharga mahal itu.
Ketika dia sudah memasuki rumah, tatapan Aryan pun langsung tertuju padanya dan penampilan barunya.
"Bagaimana bisa kau berani masuk dengan tubuh kotorku?!" Aryan mengeram kesal, rasanya matanya akan lompat keluar saja.
"Ampun, Tuan, tadi aku....aku hampir mati di dalam mobil karena kepanasan. Jadi, seluruh tubuh dibanjiri keringat," ucap Melati dengan kepalanya yang menunduk.
"Harusnya kau bersyukur karena tubuhku tidak aku banjiri dengan air panas!"
"Maafkan aku, Tuan."
"Mengapa kau tidak mati saja tadi! Mungkin menyenangkan melihat Jasmine menangisi adik kesayangannya ini." Aryan menunjukkan senyuman devil yang menjadi ciri khasnya yang menakutkan.
"Maaf, Tuan, sepertinya Tuhan belum menginginkan kematian saya."
Jawaban Melati membuat Aryan semakin marah. Dia pun langsung mengingat sesuatu.
"Apa kau bisa berenang?"
"Tidak, Tuan, saya tidak bi...."
Tiba-tiba saja Aryan datang dan menarik tangan Melati sebelum wanita itu selesai menjawab pertanyaan darinya. Dia terus menarik melatih hingga akhirnya mereka sampai di kolam renang yang ada di belakang rumah. "Sudah ku duga kau tidak bisa apa-apa. Jasmine adalah perenang handal. Kita lihat bagaimana orang payah sepertimu akan bertahan di dalam air. Kolam ini memiliki kedalaman yang lumayan. Kita lihat, bagaimana Tuhan akan menyelamatkan dirimu!"
Aryan langsung melemparkan Melati ke dalam kolam. Melati yang tak bisa berenang sama sekali langsung berteriak meminta tolong.
"Tolooong!" teriaknya sambil berusaha menaikkan tubuhnya ke atas air. Namun, hal itu sia-sia karena dirinya yang tak bisa mencapai permukaan untuk sekedar mengisi udara di paru-parunya.
Aryan tertawa senang melihat Melati yang menderita, hingga tiba-tiba...
Byurrrr! Tiba-tiba saja seseorang terjun ke dalam air dan menyelamatkan Melati. Melati terbatuk-batuk, mengeluarkan air yang sudah sempat tertelan.
"Apa sekarang Samuel ingin menjadi pahlawan kesiangan?" ucap Aryan sambil menatap sinis ke arah sepupunya itu.
"Saya tidak ingin ada yang terluka, Tuan." Sam membantu Melati berdiri di tengah tubuhnya yang gemetaran.
"Berhentilah bersikap sok baik, Sam! Apa kau lupa jika kebaikan yang kau lakukan belum tentu dibalas oleh orang lain! Apa aku perlu mengingatkanmu mengapa ibuku sampai tidak tertolong di rumah sakit?"
Aryan menatap tajam Sam dengan tangan yang mengepal erat. Seolah mengingatkan pemuda itu jika mereka pernah kehilangan hal yang seharusnya tidak terjadi.
"Anda sendiri yang bilang jika tidak perlu mengingat masa lalu."
Aryan yang semakin merasa kesal pun langsung pergi meninggalkan Sam dan Melati.
Seorang pelayan datang dan membawakan handuk untuk Melati. Sam menerimanya dan melingkarkan ke tubuh Melati yang menggigil kedinginan padahal cuaca sedang panas. Mungkin karena terlalu lama di dalam air membuat tubuhnya kedinginan.
"Te-terima kasih, Tuan Sam." Tak lupa melati mengucapkan terima kasih pada Sam.
"Bawa masuk dan antar dia ke kamar yang sudah disiapkan."
"Tapi Tuan Aryan sudah mengambil kunci kamar itu dan menyimpannya, Tuan."
"Astaga, jadi Nona Melati tidur diman?"
"Di kamar pelayan, Tuan. Semua pakaiannya juga sudah dipindahkan ke sana."
"Tidak apa-apa, Tuan, asalkan tidak disuruh tidur di kamar mandi, saya terima saja," ucap Melati yang semakin merasakan dinginnya embusan angin telah menyentuh tubuhnya yang basah.
"Ya sudah, antarkan dia dan buatkan teh hangat," ujar Sam.
"Baik, Tuan." Pelayan tadi pun langsung membawa Melati ke dalam rumah melalui pintu belakang.
Sam yang melihat kekejaman Aryan hanya mengusap wajahnya pelan. Entah mengapa susah sekali menyadarkan Aryan tentang kekeliruannya selama ini. Dia menganggap semua orang jahat sehingga tak ada belas kasih sedikitpun.
"Tapi Nona Jasmine juga salah. Mengapa dia malah meninggalkan Aryan. Dia sangat sulit jatuh cinta. Tapi mengapa disaat Aryan mau menikahinya dia malah kabur? Sepertinya aku harus mencari tahu dimana keberadaan Jasmine agar penyiksaan salah sasaran ini tidak berlanjut."
Sam pun menyusul masuk ke dalam rumah.
Aryan merebahkan dirinya di atas ranjang. Dia memejamkan mata sejenak. Obrolan mengenai orang tua mereka masih terlintas di benak Aryan. Dia mengusap wajahnya dan berusaha untuk menyingkirkan semua yang terlintas di pikirannya.
"Dasar Samuel si*l*n! Karenanya aku jadi mengingat cerita ayah tentang kecelakaan ibu!" Dia terus menggerutu kesal karena sikap Sam tadi.
Pada malam harinya, Melati tidak diizinkan Sam untuk bertemu dengan Aryan. Karena takutnya pria itu malah menyiksanya lagi.
Melati pun makan bersama para pelayan di dapur mereka. Dia tidak keberatan yang penting tidak ada Aryan.
"Nona sangat mirip dengan Nona Jasmine," ucap salah seorang pelayan saat meneliti wajah Melati.
"Hei, mereka kan kembar. Wajar saja kalau mirip."
"Ya, tapi baru kali ini aku melihat wajah yang bahkan nyaris tak bisa dibedakan. Hanya tahi lalat nya saja yang membedakan. Eh, tapi wajah Nona Melati sepertinya juga lebih kecil. Imut dan cantik."
Melati yang mendengar obrolan mereka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Dirinya memang tak biasa berbicara banyak. Hanya lebih suka mendengarkan saja.
"Tapi perbedaannya ada disikap. Nona Jasmine sangat ceria dan banyak bicara. Tapi, Nona Melati seperti kebalikannya."
"Iya, benar. Tapi sayang, ya, Nona Jasmine malah kabur. Padahal Tuan Aryan sangat mencintainya."
Benar, mengapa Jasmine harus kabur, ya? Apa sebenarnya yang terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Muna Irwan
nnti pasti terkuak misterinya ,,msh lanjuttttt
2024-02-21
1
Nendah Wenda
memangnya apa yang terjadi sampai jasmien kabur d hari pernikahannya
2023-09-30
0
Puja Kesuma
mmg aryan kekurangan otak itu jd akhlaknya minim...sepupu sendiri aja pun bs dijadikan.assistennya apalagi orang lain yg gk ada hubungan apa apa sama aryan pasti dgn mudah aryan kadikan keset
2023-07-08
0