Hari sudah menjelang sore. Srita belum juga pulang. Anak dan suami Srita mulai kebingungan.
"Ke mana sebenarnya Srita Mbah?" Pungguh menanyai Simbah.
"Mboh le. Aku pulang tadi sudah tak ada di rumah"
"Ndok, kamu tadi waktu pergi main, apa tak nampak ibu mu?" Pungguh lanjut menanyai anaknya.
"Ndak lho pak, di rumah Bu Iroh tempat biasa ibu main yo ndak nampak. Ibu ke mana Yo pak?"
"Bapak Ndak tahu ndok"
**
"Ini sudah malam pak, ibu kemana ?" Marsa menanyakan kembali soal ibunya.
"Bapak belum tahu!" Pungguh menahan geram
"Coba kamu tanya tetangga-tetangga, le, terus kamu pergi ke rumah Bu RT pinjam hpnya minta tolong untuk nelpon Srita" Simbah menghampiri Pungguh.
"Yo Mbah" Pungguh menjawab dengan lesu.
Kemana sebetulnya kamu Srita. Ini sudah malam kok gak ingat pulang. Buat khawatir aku saja. Mana kamu bawa anak lagi.
Pungguh belok ke rumah tetangganya "Assalamualaikum mbak Sri" Pungguh berdiri di depan pintu.
"Wa'alaikumsalam..."
"Mas Pungguh, ada apa tumben ini malam-malam ke sini" Mbak Sri membukakan pintu.
"Sopo tho Sri?" terdengar suara suami mbak Sri
"Ini lho Mas, ada Mas Pungguh. Mari masuk mas" Sri mempersilakan Pungguh masuk dan duduk di kursi
"Ada apa mas" mbak Sri memulai pembicaraan
"Ini mbak, aku mau nanya, apa sampeyan tadi ada melihat istriku?"
"kenapa tho istri sampeyan? Aku tadi ada melihat sekilas pergi bawa motor. Tapi ya Ndak tak tanya, wong aku melihatnya dari dapur. Kenapa tho mas?" mbak Sri penasaran.
"Aku nyari istriku mbak. Sudah malam belum pulang"
"Lha dalah, ke mana Istrimu Guh?" Suami mbak Sri menimpali.
"Aku yo ndak tahu mas. Makanya aku nyari"
"Tadi dia ke arah sana itu lho. Coba sampeyan tanya ke rumah Irma, diakan warungan, di depan rumah terus. Barangkali ada melihat ke mana Beloknya Srita" Mbak Sri memberi saran.
"Ya sudah mbak, mas. Aku pamit"
"Yo Guh semoga ketemu istrimu" Suami mbak Sri mendoakan Pungguh.
Pungguh berjalan ke arah simpang menuju rumah Irma. kruyuuk, suara perut Pungguh minta diisi.
Haduh, kok terasa lapar.
"Mas Pungguh, Cari apa ini. Aku dah mau tutup warung" Irma menyapa saat melihat Pungguh muncul di warungnya.
"Mbak tadi ada melihat istriku lewat nggak?"
"Ada. Tapi pagi tadi. kenapa tho?"
"Istriku belum pulang sampai sekarang, mbak" Pungguh menjelaskan
"Aku tadi lihat dia sama anakmu yang kecil. Tak pikir mau ke mana. Aku sibuk di warung. Arahnya ke sana" Irma menunjukan arah dengan tangannya "Paling ke rumah orang tuanya"
"Tapi kalau ke rumah orang tuanya pasti bilang ke aku mbak"
"Yo aku ndak tahu Guh"
"Ya sudah mbak, aku mau ke rumah Bu RT" Pungguh berpamitan.
"Yo Semoga ketemu Istrimu "
Pungguh pergi tanpa menjawab.
Hati Pungguh semakin khawatir. Dia menuju rumah bu RT yang tak jauh dari rumah Irma.
Tok, tok, tok.
"Assalamualaikum bu, Bu RT!"
"Wa'alaikumsalam..."
Tak lama pintu terbuka.
"Oh mas Pungguh. Mari masuk" Bu RT mempersilahkan masuk. "Pak ini ada mas Pungguh" Bu RT memanggil suaminya.
"Saya ada perlu sama sampeyan Bu" Pungguh menjelaskan
"Oalah, tak kira ada perlu sama bapak. Ada apa tho mas?"
"Ini bu, saya mau minta tolong telponkan istri saya" Pungguh menjawab sambil menunduk.
"Memang istrimu ke mana Guh?" Pak RT muncul dan ikut duduk.
"Saya tidak tahu pak RT. Pergi dari pagi tapi belum pulang. Ibu ada tho nyimpan nomor istriku? kalau gk salah Ibu pernah nelpon istriku"
"Sebentar" Bu RT masuk ke dalam mengambil hpnya.
Bu RT mencari nomor kontak Srita dan melakukan panggilan
Tuuuut, tuuuut, tuuuut....
Tuuut, tuuuut......
Berapa kali dilakukan panggilan tapi tak diangkat.
"Coba lagi bu" Pungguh memohon
Tuuuut,Tuuuuut,Tuuuut.....
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan. Terdengar suara dari Telkoms**
"sekarang malah tidak aktif" Bu RT nyeletuk
Pungguh semakin lesu. Dia menyandarkan punggungnya.
"Tolong coba lagi bu" Pungguh tetap memohon. Tapi tetap saja nomor Srita tak bisa dihubungi.
"Sekarang kamu pulang saja dulu Guh, nanti biar saya telpon lagi. Manatahu istrimu juga sudah pulang" Pak RT menyuruh Pungguh pulang.
Pungguh diam saja, lama baru menjawab
"Baik pak RT. Saya permisi.Tolong nanti kalau bisa ditelpon saya dikabari ya pak, Assalamualaikum" Pungguh melangkah gontai.
"Wa'alaikumsalam " Pak RT dan Bu RT menjawab salam Pungguh.
"Kemana kira-kira Srita ya pak?"
"Ya ndak tahu bu, ditelpon jg tak bisa"
"Ada-ada saja Srita itu" Bu RT ngedumel
***
Pungguh pulang sambil merasakan perutnya yang semakin terasa lapar. Jalanan mulai gelap karena sebagian orang sudah mematikan lampu jalannya.
Aku tadi kok tak bawa senter ya. Jalan gelap begini.
"Assalamualaikum..." Pungguh membuka pintu yang tidak terkunci
"Wa'alaikumsalam.... Bapak!, ibu ketemu?" Marsa menyongsong bapaknya.
"Bagaimana le, ada kabar soal Istrimu?" Simbah juga ikut menghampiri Pungguh
Pungguh duduk dengan lesu. "Belum tahu di mana ibumu"
"Paaak, ibu di mana pak" Marsa mulai menangis
"Bapak juga belum tahu Marsa, ditelpon juga tidak diangkat. Malah tadi hpnya tidak aktif"
"Jangan-jangan ibu diculik pak"
hik, hik, hik aaaa.... . Marsa makin tersedu-sedu.
"hus! Kamu ngomong apa tho Marsa. Doakan Ibumu tidak kenapa-kenapa" Simbah menyela
"Terus ibu ke mana Mbah?"
Tiba-tiba, Brak...
Truno muncul dari balik pintu.
"Truno! Dari mana kamu? Malam begini baru pulang. Nyelonong saja masuk rumah" Pungguh memarahi anaknya
"Main, ke rumah temanku" Truno menjawab sambil lalu
"Truno, sini dulu le" Simbah memanggil
"Opo tho Mbah?"
"Ibu mu belum pulang. Tadi bapakmu nyari tapi tidak ketemu"
"Halah, paling juga ke rumah temannya. Besok juga paling pulang"
"Teman ibumu yang mana?" Pungguh menanya setengah kesal.
"Manalah aku tahu pak, Biasa ibu kan juga begitu, pergi ke mana-mana "
"Tapikan tidak sampai malam begini belum pulang"
"Sudahlah, aku lapar. Ada makanan apa Mbah?"
Mendengar kata lapar, Pungguh baru ingat kalau dia juga belum makan.
"Ya sudah makan dulu. Kamu juga belum makan Guh. Sana makan dulu. Nanti kita pikir lagi" Simbah menyuruh anak dan cucunya makan
*
"Mbah!!!"
"Ada apa tho?" Simbah datang tergopoh-gopoh
"Kok masih tempe juga lauknya!"
"Kamu itu tidak bersyukur Truno. Simbahmu sudah masakkan. Ibumu ntah ke mana-mana. Sudah makan saja!"
"Pak! tadi siang tempe. Ini tempe lagi. Apa bapak tidak bosan. Lama-lama kalau seperti ini aku minggat dari rumah!"
"Kamu ini ngomong apa! Kurang aj*r. Tidak sopan!" Pungguh meninggikan suara menanggapi anaknya.
"Sudah makan! Kalau tidak mau makan ya sudah" Pungguh pergi ke ruang tamu sambil membawa piring makannya.
Sementara Truno duduk memandangi makanan di depannya.
"Le, kamu jangan kurang aj*r sama bapakmu. Yang Sopan sama orang tua. Apalagi bapakmu sekarang sedang bingung mikir ibumu" Simbah menasehati cucunya lalu pergi meninggalkan Truno sendirian di dapur. Dia kembali ke ruang tamu dan melihat Marsa sudah tertidur. Sepertinya anak itu ngantuk dan capek menangis.
Simbah duduk didekat anaknya. Tanpa bicara dia menyentuh bahu anaknya.
"Kalau sampai besok istrimu belum pulang, kamu ke rumah pak RT lagi Guh. Apa mungkin Istrimu pulang ke rumah orang tuanya ya?"
Ucapan Simbah tidak mendapat respon dari Pungguh.
"Apa besok kamu minta tolong sepupumu untuk ikut mencari ke arah perginya istrimu. Barangkali Istrimu dirampok motornya, terus istrimu dibunuh lalu mayatnya dibuang"
"Opo sih Mbah! Pikiran sampeyan itu lho" Pungguh menyela ketus
"Besok pokoknya minta bantuan sepupumu untuk mencari istrimu. Simbah akan ke tetangga yang lain barangkali ada yang melihat istrimu" Simbah menghampiri cucunya dan ikut berbaring di atas tikar.
Pikiran Pungguh melayang ke mana-mana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments