Siang itu anak Srita yg nomor dua baru saja pulang dari sekolah.
"Mbah, ibu ke mana"
" ntah Yo nduk, waktu Mbah pulang, ibumu tak ada di rumah. Mungkin ke warung atau mau ke rumah temannya. Sudah sana ganti bajunya terus makan"
Mbah Semi menunggu cucunya di babrakan yang sudah reot.
Setelah cucunya muncul dia memanggil" sini makan sama Simbah"
"lauknya tempe lagi Mbah?" Marsa mengambil sepotong kecil tempe goreng.
" Iyo nduk. ambil satu aja Yo. sisakan untuk bapak dan mas mu. Ini pakai kuah, sudah Simbah kasih garam tadi. lumayan ndok biar tidak seret maemnya" Simbah mengucurkan air putih yang telah diberi garam ke piring cucunya.
"Mbah, kapan kita bisa makan enak? seperti teman-temanku. Kemarin aku melihat anak Bu RT makan sama ayam goreng tepung. Seperti yang ada di iklan TV yang aku lihat di rumah bu RT. Aku dikasih secuil tepungnya. Enak sekali mbah"
"sabar yo ndok, nanti kalau bapakmu dapat duit tak buatkan ayam goreng tepung" Simbah membujuk cucunya
"bener yo mbah, aku kepengeeeen sekali"
Simbah merasa sedih melihat cucunya. Selama ini jangankan untuk makan ayam, untuk makan telor saja menunggu ayam di kandang bertelur. Itu pun sekarang mungkin ayamnya ngambek tak mau bertelur lagi. karena setiap bertelur, telornya diambil, atau mungkin karena Sudah kelewat tua.
"Mbah, sudah siap maemnya. Aku mau main dengan Ira ya " Marsa berdiri menuju pintu
" Yo ndok, main yang akur"
Simbah mengemasi bekas makan lalu meletakkan piring kotor di ember untuk dicuci nanti sekalian ke sumur.
"Mbah, ibunya anak-anak ke mana, kok sepi ?" tiba-tiba Pungguh masuk dari pintu belakang.
"Mboh le, aku pulang dia tk ada di rumah. paling Yo main ke rumah tetangga apa ke warung terus asyik ngobrol. Itu sana maem dulu. Jangan lupa sisakan tempenya untuk anakmu"
" Njeh Mbah" Pungguh terbiasa ikutan memanggil Mbah pada ibunya. Awalnya untuk membiasakan anak-anaknya.
Selesai makan, Pungguh keluar rumah duduk di bawah pohon mangga sambil ngelinting tembakaunya yang tinggal sedikit. Menyusun pada daun jagung kering, lalu memberi sedikit kemenyan. Perlahan dia mengisap dn mengepulkan asap rokoknya. Pikirannya menerawang mengingat pekerjaannya yang tidak setiap saat ada.
Tiba-tiba terdengar suara deru motor. Rupanya anak sulungnya yang pulang sekolah menumpang temannya.
"Sudah pulang le" Pungguh menyapa anaknya
" Iyo pak"
Truno masuk ke rumah. Melempar tas dengan asal saja pada bilik yang jadi tempat tidurnya. Membuka baju dan menyangkutkan pada paku yang ada di dinding kamarnya. Dia hanya memakai kaos dalam yang tk lagi berwarna putih. Cuaca di luar memang panas.
Truno berjalan ke dapur dan membuka tudung saji yang sudah usang.
brakk
"Mbah!!!" Truno membanting tudung saji ke lantai.
"Opo tho le?" Simbah tergopoh-gopoh muncul dari belakang.
"Tempe lagi! apa tk ada makanan lain selain ini Mbah. Aku perlu makanan bergizi, perlu makan enak. Bagaimana aku bisa pinter mbah kalau setiap hari aku makan tempe secuil!"
"Sabar yo le, nanti kalau bapakmu dapat uang pasti kita makan enak"
"kapan Mbah, kapan? kapan bapak itu punya uang yang banyak yang bisa untuk makan enak?"
Mendengar suara gaduh dari dalam rumah, Pungguh muncul.
"Ono opo iki?"
"Pak, kapan sih bapak punya uang agar kita bisa makan enak? kapan pak? mbok cari kerja lain pak yang gajinya besar. Aku juga malu pak jadi wong miskin. Semua temanku sekolah naik motor. Mereka punya hp. kita punya hp sj hp murahan. Itu pun hanya ibu yang makai. Bapak ini sebenarnya bertanggungjawab atau tidak!?"
"lancang mulutmu!, opo itu hasil kamu disekolahkan?"
"Aku malu pak. Aku juga malu punya bapak seperti bapak!"
plakkk
"anak kurang aj*r! ini hasil didikan ibumu. begitu ibumu mengajarkan!" Pungguh spontan menam*Ar Truno
"Sudah-sudah! malu didengar tetangga. Yang sopan kamu sama bapakmu le" Simbah melerai
"hahhh!!!" Truno berjalan cepat keluar rumah.
"Sabar le menghadapi anakmu. memang keadaan kita yang begini membuat dia merasa malu Karo konco-konco e"
Pungguh hanya menarik napas kasar.
***
ndok: panggilan untuk anak perempuan (Jawa)
njeh: iya
maem: makan
reot: sudah buruk
babrakan: tempat barang-barang di dapur
ngelinting: merokok dengan cara membungkus sendiri tembakaunya
Karo: sama
konco: teman
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Lila Anggraini
duh miris bgt ya, anak ga keurus gara2 ibu terhasut rayuan
2023-09-13
0