Janji masa kecil

"Kamu haid?" tanya mama saat kami berbicara lewat telpon, malam harinya.

"Iya, Mah. Aku takut, Mah."

"Jangan takut, Sayang. Gak apa-apa kok, wajar. Itu artinya anak mama udah gede."

Mendengar suara mama, aku merasa sedikit sedih.

"Gak kerasa ya, padahal berasa masih kemarin mama gantiin popok kamu, sekarang kamu udah pake pembalut."

"Mama, jangan ngomong gitu. Aku sedih."

"Jangan sedih, besok malam mama pulang."

"Beneran? Yeaaaaay. Aku udah kangen banget sama mama."

"Sama, Sayang. Gimana, kakak menindas kamu gak?"

"Iya, Ma. Kakak gak mau cuciin celana aku yang kena darah. Aku kan takut, Mah, kalau cuci sendiri."

"Astagaaa, Rara! Kamu jangan lagi-lagi deh ya, nyuruh Elvan cuci undeware kamu. Mama marah."

"Kenapa memamgnya?"

"Gak sopan, Nak. Itu darah kamu, kotor. Kamu belajar cuci sendiri pokoknya."

"Oh, gitu. Iya deh, nanti aku cuci sendiri."

"Ya sudah, mama tutup telponnya ya. Bye sweety."

"Bye, Mah."

Tok tok tok.

"Masuk."

"Dek, gimana? Ada yang kamu rasa gak?" tanya Elvan.

"Gak ada, kenapa?"

"Syukurlah. Ini ada titipan dari Jeno."

"Apa itu?"

"Salad buah."

"Oh, kirain apa."

"Gue ke kamar dulu, ya. Oh, iya. Besok gue sidang, lo ikut ke kampus biar pulangnya kita nonton."

"Oke."

Aku sengaja memakai outfit hitam untuk jaga-jaga takut bernoda lagi.

"Kalau lama giamana?" tanya Elvan.

"Ya aku tungguin lah."

"Nanti gue minta Jeno jagain lo."

"Katanya gak boleh suka sama Jeno, tapi apa-apa kek Jeno. Nitip aku ke dia, yang jemput aku selalu dia."

"Gue cuma percayain lo sama dia, yang lain enggak."

Sesampainya di kampus, aku menunggu di ruang tunggu bersama Elvan. Hingga akhrinya dia di panggil.

"Gue udah wa Jeno, bentar lagi dia datang."

"Iya, semangat ya, Kakak."

Elvan mengangguk mantap. Meski begitu aku tau dia gugup.

"Nyil."

"Kak?"

"Kakak ada kerjaan sebenarnya, kamu mau tunggu di sini apa ikut kakak kerja?"

"Ikut kakak aja deh."

"Ya udah, yuk."

Aku meraih uluran tangan Jeno. Mungkin bagi dia itu hanya sebatas hal yang biasa dilakukan adik kakak, tapi tidak bagiku.

Jeno membawaku ke sebuah tempat. Sebuah perkebunan yang begitu hijau.

"Kita mau berkebun?"

Jeno tertawa. "Kakak ada pemotretan di sini."

"Eh, iya. Kakak kan bawa kamera ya. Hi hi hi."

Ada beberapa orang yang sedang menunggu di sana. Mereka membawa alat lengkap untuk pemotretan.

"Je, lama banget sih? Panas tauuu." Seorang wanita dengan gaun berwarna kuning berbicara dengan nada yang manja.

"Iya, sorry ya. Tadi aku jemput adek dulu." Jeno melihat ke arahku, diikuti yang lainnya.

"Kamu punya adek? Ihhh, lucu banget sih?"

Lucu? Emang aku kayak badut dufan ya?

"Oke, udah siap?"

"Yuk."

Aku menunggu sambil duduk di kursi yang diberikan teman Jeno saat itu. Sambil makan camilan yang Jeno beli di mini market tadi saat dakam perjalanan.

Benar kata Elvan, model nya cantik-cantik. Mereka putih mulus dan sangat tinggi. Sementara aku? Jauh sekali perbedaannya.

Aku merasa kesal saat melihat Jeno sedang mengarahkan gaya pada modelnya.

"Emang harus ya sambil pegang-prgang gitu?" Aku menggerutu sendiri.

Ada dua model yang bekerja saat itu, yang satunya masih dandan di dalam mobil. Kini di berjalan menghampiriku.

Dia sedikit berbeda dengan model yang pertama. Gaunnya lebih terbuka dan wajahnya terlihat sinis.

"Kamu siapa? Jeno kan gak punya adik. Yaaa, kalaupun punya pasti bentukannya gak kayak lo."

Alu tidak mengerti apa yang dia maksud saat itu.

"Lo anak pembantunya ya?"

"Bukan. Aku ini pacar masa depan kak Jeno."

Wanita itu tertawa terbahak-bahak, membuat Jeno dan yang lainnya menoleh.

"Mimpi aja bocah. Lo itu gak sebanding sama Jeno. Ngaca dong ah."

"Kenapa? Aku masih kecil aja, jadi gak bisa menor kayak kakak. Kal Elvan bilang dia gak suka sama wanita menor soalnya kalau luntur, wajahnya pasti beda."

"Heh, cantik atau enggak itu terlihat dari kecilnya dan lo gak ada dasarnya cantik."

Aku marah sampai ciki yang aku pegang dilempar sembarangan. Melihat hal itu, Jeno memghampiri kami.

"Ada apa ini?" tanyanya.

"Aku mau nunggu di mobil aja," pintaku sambil menahan tangis.

"Dek, ada apa?"

"Pokoknya aku mau di mobil aja!"

Aku sedikit berteriak.

"Je, lo kenapa bawa bocah ingusan ke sini sih? Bikin moid gue ilang tau."

"Kalau begitu ... cari fotografer lain. Gampang kan?"

"Je, lo itu kerja. Kita harus profesional lah. Masa iya kerja bawa bocah. Ini juga bocahnya aneh, ngaku-ngaku pacar masa depan lo."

"Kalau iya, kenapa memangnya?"

"What the ... come on, Je. Gue jauh lebih dari dia dalam segala aspek. Lo bukan pedofil kan, Je?"

"Itu urusan gue, bukan lo. Ingat, sekali lagi Lo bikin dia nangis, itu artinya lo berurusan sama gue."

"Je."

"Ayo, Dek. Kita ke mobil dulu."

Saat menggenggam tanganku, tangan Jeno bertgetar. Mungkin dia menahan amarah yang begitu besar.

Aku merasa takut melihat wajahnya yang terlihat sangat marah.

"Kak, jangan marah dong. Aku takut liatnya."

Dia menghela nafas, lalu menoleh padaku setelah menyalakan mesin mobil dan ac.

"Tadi ngomong apa dia sama kamu?" tanyanya sinis.

"Emmm, dia tertawa pas aku bilang kalau aku ini pacar masa depan kakak. Dia bilang aku gak cocok. Iya, aku kan jelek gak kayak mereka." Aku menangis sedih.

"Sssst, jangan nangis. Kamu masih kecil makanya kamu belum bisa berdandan cantik, tapi kamu itu lucu. Gemesin tau," ucapnya sambil mencubit hidungku.

"Pokoknya kakak jangan pacaran, harus tunggu aku gede."

Jeno tertawa.

"Iya, kamu cepet gede ya. Kakak akan tunggu kamu."

Sebuah janji masa kecil yang aku pegang hingga saat ini. Meski aku kehilangan kontak karena dia kini sudah sibuk dengan pekerjaannya, juga karena Elvan pun sibuk kerja, sementara aku kini sibuk kuliah yang jauh dari rumah.

Aku tinggal di asrama dan satu kamar dengan dua orang temanku yang lainnya. Namanya Riska dsn Abel.

Aku berharap dia memegang janjinya karena akupun masih setia pada janji itu. Tiga orang pria sudah aku tolak cintanya karena aku memiliki janji untuk menjadi kekasih seseorang di masa kini.

Terpopuler

Comments

Silvi Aulia

Silvi Aulia

Jeno nya Ganteng banget Thor 😍 jadi makin suka deh baca ceritanya kalo visual nya seganteng itu

2023-07-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!