My Husband Perfect

My Husband Perfect

BAB 1. Meminta Tasya pulang.

Malam semakin naik, bulan purnama semakin menampakkan cahaya terangnya, langit yang cerah serta dipenuhi bintang-bintang, sangat damai untuk dinikmati.

Namun tidak dengan perasaan seorang gadis di dalam sebuah rumah mewah, yang saat ini sedang bersitegang dengan ibunya sendiri.

"Tidak mau! Elis pokoknya tidak mau menikah dengan pria cacat itu!" teriaknya dengan lantang.

"Elis! Tolong jangan seperti ini, karena hari pernikahan sudah ditentukan!" ucap ibunya tidak kalah membentak.

Elis bangkit dari duduknya, kini berdiri tepat di hadapan ibunya. "Oh, ayo lah. Ibu? Aku ini cantik bagaimana bisa putrimu yang cantik jelita ini menikah dengan pria cacat!" Elis menggelengkan kepalanya. "Tidak mau, Ibu." Wajahnya melengos.

Ibu Mika tersenyum getir. "Jangan mengada-ada kamu Elis, bagaimana dengan uang yang sudah ayahmu terima, keluarga kita tidak akan mampu mengembalikan uang itu, apa kamu mau hidup gelandangan!" bentak ibunya untuk membuka pola pikir Elis.

"Pikirkan satu cara jika kamu tidak mau menikah!" imbuh ibunya lagi dengan suara tetap tinggi, bahkan menatap tajam Elis.

Elis menatap ibunya dengan tersenyum sinis. "Tasya ..." Elis lebih mendekati ibunya kini berdiri tepat disamping ibunya, bicara di dekat telinga ibunya, "Bukankah aku masih punya saudara tiri, jadikan dia pengantin wanitanya."

Tasya menjauhkan wajahnya, dan berjalan mengitari ibunya. "Sudah saatnya Tasya kembali." Menatap Ibunya. "Perusahaan selamat dan aku pun selamat." Elis tersenyum.

Ibu Mika langsung tersenyum puas mendengar ide licik Elis. " Anak yang cerdas, baiklah Ibu akan bicarakan ini dengan ayahmu."

Kesepakatan pernikahan terjadi, karena berawal perusahaan ayah Gunawan yang mau bangkrut, meminta bantuan suntikan dana dari Alexa Group, dengan kesepakatan putri Ayah Gunawan harus menikah dengan Tuan Muda CEO Alexa Group Yanga saat ini sedang sakit, lumpuh tidak bisa berjalan.

Tuan Muda CEO Alexa Group dulunya terkenal sebagai CEO muda yang sukses dan miliki wajah ketampanan yang hampir mendekati kata sempurna, pujaan hati para gadis-gadis.

Namun setelah kabar kecelakaannya, namanya bagai di telan bumi, tidak ada lagi para gadis yang menyebut namanya.

Hanya mendengar rumor yang beredar bahwa Tuan Muda CEO Alexa Group lumpuh tidak bisa berjalan, dan sekarang diisolasi di Mansion.

Ibu Mika menemui sang suami yang saat ini sedang berada di ruang kerjanya. Masih ada beberapa berkas yang harus di selesaikan.

"Suamiku," sapanya begitu masuk ke dalam ruangan tersebut. Tetap mengambil posisi berdiri di samping kursi kerja Ayah Gunawan.

"Elis tidak mau menikah ... bagaimana jika Tasya yang menikah dengan Tuan Muda Enzo. Sudah saatnya kau menjemput Tasya."

Ayah Gunawan melepas kacamatanya. "Terserah kau yang mengaturnya."

Ibu Mika semkin tersenyum puas mendengar jawaban suaminya.

...****************...

Dua hari kemudian, di sebuah Asrama tepatnya di pulau Jawa Tengah.

Seorang gadis berusia 23 tahun baru saja terlihat sedang melatih ilmu bela diri kepada adik-adik angkatannya. Seorang guru yang berdiri tidak jauh dari tempat latihan itu, tersenyum ke arah gadis itu.

"Tasya?"

Begitu mendengar namanya dipanggil oleh gurunya, Tasya menghentikan melatihnya, dan langsung berjalan mendekati gurunya.

Tasya menundukkan kepalanya sebagai penghormatan pada sang guru.

"Baru saja ayah kamu menelpon ... Kamu diminta untuk pulang, sudah saatnya kamu kembali."

Begitu ucap gurunya selesai, ada perasaan bahagia campur sedih di dalam hati Tasya.

Bahagia karena ahirnya akan berkumpul lagi dengan ayahnya, setelah bertahun-tahun ia tinggal di Asrama.

Sedih, karena akan meninggalkan tempat yang sudah menjadi keluarganya, namun bukankah keinginannya selama ini bisa kumpul ayahnya lagi? Tasya berusaha untuk tidak sedih. Dan menutup perpisahan ini dengan senyuman.

Keesokan harinya, saat Tasya berpamitan akan pulang, guru dan semua teman-temannya bersedih hingga meneteskan air mata.

"Tasya ... jangan lupa dengan kita-kita!" teriak semua teman-temannya, Tasya membalas dengan senyuman.

Semua ikut mengantar kepergian Tasya sampai Tasya masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat Asrama itu.

"Ayah aku pulang," ucapnya begitu semangat.

Hingga setelah tiga puluh menit kemudian, mobil sampai di tempat bis, Tasya turun dari mobil dan kembali melanjutkan perjalanannya dengan bis.

Setelah mendapat tiket dan sudah menemukan mobil bis jurusan ke tempat tinggalnya, Tasya segera masuk ke dalam bis tersebut.

Bibirnya masih saja tersenyum, tak pudar sedari tadi, meski ia anak orang kaya dan harus naik bis, tidak mengurangi rasa bahagianya sedikitpun.

Dan setelah menunggu beberapa saat, mobil bis ahirnya berjalan, Tasya merasa sedikit mengantuk, ahirnya memilih untuk tidur sebentar.

"Ayo turun ... turun, sudah sampai!"

Tasya bangun tidur terperanjat kaget mendengar suara kernet tersebut, yang ternyata sudah sampai, padahal Tasya merasa belum lama tertidur.

Tapi rasa terkejutnya tidak lama, kini Tasya kembali tersenyum lagi karena mengingat sebentar lagi akan bertemu ayahnya.

Setelah membayar tagihan bis, Tasya melangkah keluar dari dalam bis, kini ia harus mencari bis lagi, hanya sekali translate nanti sudah sampai.

Namun karena Tasya merasa haus, ia berjalan ke arah toko yang letaknya di seberang jalan, Tasya berhasil menyebarang dan mulai melangkahkan kakinya menuju toko.

Namun tiba-tiba mendengar suara orang minta tolong.

"Tolong copet tolong ..." teriak pria berpakaian jas hitam.

Tasya melihat orang yang minta tolong itu sekilas, kemudian ikut mengejar copet tadi.

Tasya yang memiliki kemampuan lari cepat ahirnya bisa mengejar copet tadi, Tasya langsung menendang punggung pria copet itu.

Pria copet langsung tersungkur ke lantai, tangan dan kakinya langsung tergores.

Tasya pikir pria copet sudah menyerah, ternyata pria copet mendorong Tasya dan pria copet berhasil lari lagi.

Tapi Tasya segera berlari dan mengambil jalan yang akan langsung menghadang pria copet.

Dan setelah target mulai dekat, Tasya langsung menendang pria copet itu dan kembali jatuh lagi.

Tasya langsung mendekat dan menonjok wajah pria itu hingga bagian inti pria itu, sampai pria copet itu ahirnya tak berdaya.

"Makanya tidak usah jadi orang jahat! Kembalikan dompetnya!" Tasya merebut dompet yang ada di tangan pria copet itu.

Kemudian Tasya menghampiri pria berjas rapi tadi, yang kehilangan dompet.

Setelah Tasya berada di hadapan pria berjas hitam itu, Tasya memperhatikan wajah pria itu, yang memiliki garis tampan di wajahnya. Meski pria itu duduk di kursi roda.

Oh came on Tasya, segera pulang bertemu ayah jangan mikir yang macam-macam, batin Tasya.

"Milik Anda." Tasya menyerahkan dompet itu ke tangan pria berjas hitam.

"Terimakasih," ucapnya dengan nada kaku, kemudian pergi dari hadapan Tasya, bersama pengawalnya yang baru datang.

Tasya terus memperhatikan sampai mereka masuk ke dalam mobil warna hitam dan melesat pergi.

"Oh, mimpi apa aku semalam bisa bertemu pangeran seganteng dia," ucap Tasya seraya menggelengkan kepala.

Tasya melanjutkan tujuannya yang tadi ingin membeli air minum, kemudian segera kembali ke halte bis, dan tidak lama kemudian bis yang Tasya tumpangi sudah berjalan.

Tepat pukul empat sore Tasya tiba di rumah, sebuah bangunan megah di salah satu perumahan elit di kawasan ini.

"Non Tasya selamat pulang ke rumah," ucap sekuriti yang membuka gerbang.

Tasya hanya tersenyum, kemudian berjalan menuju pintu utama, namun sebelum langkah kakinya menginjak teras, Tasya berhenti sejenak memandangi rumahnya.

"Aku sangat merindukan tempat ini." Tidak terasa air mata Tasya menetes.

Dan lamunannya terbuyarkan saat mendengar suara orang yang dirindukan mampir di telinganya.

"Tasya selamat datang ..." ucap lantang pria yang berdiri di ambang pintu seraya merentangkan tangannya.

"Ayah ..." Tasya tidak kalah antusias dan langsung berlari ke arah ayahnya dan langsung memeluknya.

Gunawan Ayah Tasya mengajak Tasya untuk masuk ke dalam, memerintahkan Tasya untuk mandi dulu kemudian ikut bergabung di ruang keluarga.

Setelah tiga puluh menit berlalu, Tasya datang dalam keadaan lebih segar, aura cantiknya makin keluar, membuat gadis yang duduk di sebelah wanita baya jadi merasa kesal.

"Ayah mau bicara apa?" tanya lembut Tasya setelah duduk di sebelah ayahnya.

Ayah Gunawan tersenyum. "Keluarga Alexa melamar salah satu putri Ayah."

Tasya menunggu lanjutan kalimat yang ayahnya ucapkan tanpa merasa curiga sama sekali.

"Melamar adikmu tapi-," kalimat Ayah Gunawan terjeda lagi, kemudian dengan berat hati kembali bicara, "Karena adikmu tidak mau menikah dengan pria yang cacat dan berpenyakitan, jadi Ayah meminta kamu untuk menggantikan adikmu sebagai pengantin wanita."

Duarr!

Terpopuler

Comments

Dafrosa Nase

Dafrosa Nase

👍👍👍

2023-12-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!