"Menikah!" Tasya menggelengkan kepala. "Dengan pria cacat!" Tasya sangat syok.
"Iya, Tasya. Kamu harus mau karena tidak ada lagi yang menggantikan selain kamu," jelas ayahnya tanpa perasaan, bahkan tak menghiraukan Tasya yang saat ini sudah menangis.
Dan kalimat yang diucapkan ayahnya itu makin membuat Tasya marah.
"Ayah! kalau Elis saja menolak menikah dengan pria cacat seperti itu aku juga menolak Ayah! tapi kenapa Ayah memaksa aku!" Tasya berteriak ke arah ayahnya dengan sorot mata penuh kehancuran.
"Ayah gak adil," imbuhnya dengan suara begitu lirih, lubuk hatinya sangat sakit.
"Bukannya Ayah tidak adil, keluarga Alexa adalah keluarga berpengaruh di negeri ini, kalau Ayah menolak lamaran ini, bisa bahaya keluarga kita, bisa jadi akan jatuh miskin." Ayah Gunawan menjelaskan.
Tasya tersenyum getir. "Jadi Ayah lebih takut jatuh miskin dan lebih rela mengorbankan aku." Tasya menunjuk dadanya dengan berderai air mata. "Mengorbankan masa depanku dengan menikahi pria cacat itu Ayah!" teriaknya dengan amarah yang meledak.
"Tasya! Jaga bicara kamu bersama orang tua!" Kini wanita baya yang sedari diam saja angkat bicara.
Tasya tersenyum sinis ke arah wanita baya itu yang berstatus ibu tirinya.
"Hormati karena dia Ayahmu!" imbuh Ibu Mika dengan tegas.
"Tidak! Aku tidak mau menikah!" Tasya menatap tajam ke arah semuanya. "Aku akan kembali ke Asrama dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di sini!"
Ayah Gunawan amarahnya langsung meledak mendengar penolakan Tasya.
Ayah Gunawan langsung meraih pergelangan tangan Tasya. "Dasar anak pembangkang!"
"Lepas Ayah!" Tasya memukul tangan ayahnya yang memegang pergelangan tangannya.
Namun ayahnya tidak peduli dan terus menarik tangan Tasya menuju kamar Tasya.
Setibanya di kamar Tasya, Ayah Gunawan langsung mendorong Tasya untuk masuk. "Jangan pernah coba kabur!" bentaknya seraya menutup pintu dan menguncinya dari luar.
"Ayah ... Ayah!" Tasya memanggil ayahnya seraya memukul pintu kamar. Air matanya banjir deras membasahi pipinya, Tasya makin terisak-isak dan seberusaha apa pun terus memanggil ayahnya dan menggedor pintu, tetap saja tidak akan membuat ayahnya berubah pikiran.
Tasya membalikkan badannya kini punggungnya bersandar di pintu, tangisnya semakin pilu, Tasya membawa tubuhnya meluruh ke bawah.
"Ayah jahat! Ayah tidak adil sama aku!" teriaknya campur terisak.
Kini ingatan Tasya kembali pada bertahun-tahun lalu, di saat ibunya dibawa pulang dalam keadaan meninggal.
Ibunya tertembak, begitu informasi yang Tasya dapat, namun karena Tasya yang saat itu masih berusia delapan tahun, belum bisa menggali informasi lebih dalam.
Dan tidak lama setelah ibunya meninggal, ayahnya membawa seorang perempuan ke rumah, yang kemudian mereka menikah.
Namun Tasya pikir akan tetap tinggal bersama ayahnya, satu-satunya orang tua yang dimiliki.
Ternyata sejak hari itu ayahnya meminta Tasya untuk tinggal di Asrama belajar di sana sampai ayahnya akan datang untuk menjemput.
Tapi ternyata ayahnya tidak menjemput dan bahkan tidak pernah menjenguknya, kadang Tasya iri sama teman-temannya ketika orang tuannya datang.
Dan sejak saat itu mulai muncullah rasa kecewa dalam hati Tasya.
Rasa kecewa yang terus di pupuk bertahun-tahun karena tanpa kehadirannya, seperti anak yang dibuang yang tidak diinginkan, begitu diminta pulang ternyata hanya sekedar untuk memenuhi ambisi ayahnya, harus menerima perjodohan.
"Terakhir aku akan memenuhi permintaan kamu ayah ... Ini adalah yang terakhir." Tasya mengusap air matanya.
Tasya tidak mau menangis lagi, dan kini ia berdiri kemudian menuju ranjang. Tubuhnya yang lelah seharian dalam perjalanan ditambah berita perjodohan, membuat Tasya cepat terlelap.
...****************...
"Ma, ahirnya aku tidak jadi menikah, dan pengantinnya sudah digantikan oleh Tasya, terimakasih ya, Ma."
Ibu Mika memeluk Elis. "Apa pun akan Mama lakukan demi putri Mama yang cantik ini tidak hidup menderita."
"Ah, Mama." Elis semakin erat memeluk Ibu Mika.
"Kalau tidak ada Mama pasti aku yang akan menikah, Ma." Elis terus memuji kehebatan Mamanya.
"Dan Mama akan selalu ada untukmu, sayang." Ibu Mika mencium puncak kepala Elis.
"Biarlah anak sialan itu yang akan hidup dengan pria cacat," lanjut ucap Ibu Mika yang langsung disusul tawa keduanya.
...****************...
Pagi ini Tasya sudah mulai dirias sebagai pengantin, yang kini sudah duduk di depan meja rias, Tasya melihat pantulan wajahnya di cermin.
Menyedihkan, satu kata yang menggambarkan betapa mirisnya takdir hidupnya.
Berulang kali Tasya membuang nafas berat, rasanya sesak dalam dadanya, harus pura-pura bahagia meski sebenarnya sangat rapuh di dalamnya.
Sebenarnya wajah Tasya sudah di make up sangat cantik, namun Tasya tidak bisa melihat kecantikannya itu, karena sudah terlanjur sebal dengan namanya pernikahan ini, yang tidak diinginkan.
"Wah, Nona Anda cantik sekali," puji kedua orang yang merias Tasya.
Tasya hanya menanggapi dengan tersenyum kecil, baginya ini bukan cantik tapi musibah karena menikah dengan pria yang bukan pilihannya.
Saat ini Tasya diminta untuk menggunakan baju pengantin warna putih, lagi-lagi dua orang yang membantu Tasya berdandan hanya menatap takjub melihat kecantikan Tasya menggunakan gaun pengantin.
"Wah, ini benar-benar seorang putri turun dari khayangan," puji salah satunya karena merasa Tasya sangat cantik.
Dan bersamaan itu, Elis masuk ke dalam, Elis langsung mencibir tidak suka melihat Tasya yang saat ini menggunakan gaun pengantin benar-benar terlihat cantik.
Andai saja tuan muda Alexa tidak cacat juga tidak sakit pasti aku yang akan menjadi istrinya, secara diakan tuan muda kaya, batin Elis.
Elis mendekati Tasya, kemudian berbisik di telinga Tasya, "Kamu memang cantik dan nikmatilah kecantikanmu hari ini, tapi sayangnya suami kamu cacat sungguh tidak berguna."
Darah Tasya seketika mendidih mendengar cibiran Elis, rasanya ingin menampar sampai Elis tidak miliki wajah cantik, tapi rasa itu Tasya tahan.
Tasya hanya bisa tersenyum manis tidak mengatakan apa pun, yang kemudian fokusnya teralihkan saat pelayan masuk ke dalam.
"Nona Tasya, mobil untuk menjemput pengantin sudah tiba," ucap pelayan itu seraya menunduk hormat.
Tasya bangkit dari duduknya, bajunya yang menjuntai panjang dipegangi dua orang penata rias.
Namun baru dua langkah, Elis menghentikan langkah Tasya. "Selamat menempuh hidup baru dengan suami kamu yang cacat." Elis tersenyum penuh kemenangan.
Sumpah demi apa pun rasanya Tasya ingin mencekik leher Elis, Tasya kembali berjalan tanpa mau menanggapi Elis.
Sampainya di dalam mobil pengantin, hanya ada Tasya seorang, karena tidak ada keluarganya yang ikut mengantar.
Meski suamiku cacat semoga dia baik sama aku, aku benar-benar dibuang sama keluargaku, batin Tasya dengan berlinang air mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Dafrosa Nase
Elisa😠😠😠😡😡😡
2023-12-03
0
Miryam Toressy
Elis,. ntar kalau suaminya Tasya sembuh dari sakitnya, ..baru nyesel kamu,...gigit jari kamu,...😶😶😶
2023-09-22
0