"Jun, lo harus ambil tindakan dong. Jangan diam saja kayak gini, bener-bener deh lo ah" kesal Ciko
Arjuna menatap semua anggota inti GG yang berkumpul di markas ini. "Gue gak bisa gegabah ambil tindakan. Apalagi sekarang bokap juga nyuruh gue untuk fokus kuliah agar segera lulus"
"Jadi lo mau diam aja gitu, dengan kabar yang sekarang beredar di kalangan masyarakat tentang geng motor?" Kesal Ciko
Ganiar langsung menahan Ciko yang terlihat sudah emosi dengan jawaban Arjuna yang menurutnya tidak cepat mengambil tindakan yang tegas.
Suasana malah semakin tegang.
Masih banyak hal yang perlu di bicarakan malam ini. Suasana yang semakin tegang saat perselisihan antara Arjuna dan Ciko yang sedang terjadi.
"Bukannya gue gak mau langsung ambil tindakan. Tapi gue juga harus memikirkan dengan matang tentang semua ini. Permasalahan ini tidak hanya melibatkan kita yang sebagai geng motor. Tapi juga melibatkan orang luar dari geng motor yang sekarang menjadi korbannya. Apalagi pihak kepolisian masih mencari penembak sebenarnya dua orang penjual martabak itu. Kita semua benar-benar harus hati-hati dalam mengambil tindakan" ucap Arjuna dengan menatap satu persatu anggota GG.
"Benar juga apa yang dikatakan oleh Arjuna, kita tidak bisa ambil tindakan gegabah" ucap Risa
"Ahh" Ciko melepaskan tangannya yang di pegangi oleh Denis, dia pergi keluar markas dengan kesal. Dia ingin ketua GG segera memberikan tindakan atas semua ini. Karena nama geng motor di mata masyarakat sudah benar-benar buruk. Akan ada hal lain yang terjadi setelah kejadian ini.
Arjuna hanya menghela nafas pelan dengan sikap Ciko ini. Memang satu anggotanya ini selalu tidak sabaran. Selalu ingin langsung mengambil kesimpulan dan tindakan tanpa memikirkan akibat dari semuanya dan apa yang akan terjadi kedepannya.
"Ganiar lo dan Denis tetap selidiki dan cari tahu bukti atau informasi sekecil apapun tentang keberadaan Delasga dan Wannder. Kalau bisa temukan Ardhan atau wakilnya, Varo. Gue rasa mereka tahu semuanya karena memang sebenarnya mereka sudah setuju dengan peraturan yang gue buat waktu rapat semua anggota geng motor waktu itu. Untuk tidak lagi membuat kerusuhan di jalanan atau apapun...."
"....Sebagai geng motor yang harus merubah citra kita yang memang sudah terlanjur buruk di mata masyarakat. Kalaupun memang ada perselisihan, cari tempat aman untuk bertempur tanpa harus di jalanan dan membahayakan orang lain yang tidak termasuk dari anggota geng motor" jelas Arjuna.
"Sepertinya malam itu yang tidak datang hanya dari anggota Wandder. Kita sudah kirimkan undangan, tapi perwakilan dari mereka tidak datang malam itu" ucap Denis sebagai penyebar undangan saat itu yang memang tidak melihat wajah anggota dari Wandder.
"Nah ini yang harus jadi pertimbangan kita. Ingat anggota Wandder bahkan melebihi jumlah GG. Kita tidak bisa asal serang kalau tidak memakai strategi" ucap Arjuna lagi.
Dan malam ini semua anggota GG langsung membicarakan tentang strategi yang akan mereka gunakan untuk menjebak anggota Delasga dan Wandder kembali muncul ke permukaaan. Namun hal ini memang cukup beresiko, tapi mereka akan tetap melakukannya meski masih menunggu waktu yang benar-benar tepat.
"Baiklah, semuanya cukup dulu sampai disini. Berharap kalau kita bisa menemukan Ardhan atau Varo secepatnya dan bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi malam itu" ucap Arjuna yang menutup rapat malam ini.
Semuanya mengangguk mengerti, mereka kembali duduk dengan obrolan ringan sambil memakan kuaci atau minuman kaleng. Ketegasan Arjuna yang melarang semua anggotanya untuk minum minuman beralkohol.
Karena dia ingin anggota GG yang sudah dia anggap seperti keluarga ini tetap sehat dan waras. Meski mengikuti per-gengan ini selama beberapa tahun, namun Arjuna tetap memenuhi sedikitnya larangan pemerintah. Yaitu menggunakan narkotika dan juga minuman beralkohol.
"Jun, lo masih disini aja, bukannya pulang buat belah duren sama bini" ucap Denis sambil tertawa.
Yang lainnya juga ikut tertawa, kadang mereka semua tidak menyangka jika Arjuna akan menikah. Apalagi setelah melihat wanita yang dia nikahi. Seorang perempuan berkerudung yang jelas jauh sekali dengan wanita-wanita yang mendekati Arjuna selama ini. Meski semuanya hanya menjadi mainannya saja, tapi mereka semua senang saja karena bisa mendekati Arjuna.
"Diam lo bang*sat! Gue lagi males bahas tuh perempuan. Bikin gue pusing aja tau gak. Pokoknya dari kalian semua, jangan sampai ada yang membocorkan pernikahan gue pas di Kampus nanti. Awas saja kalau sampai gue denger diantara kalian berani membocorkan tentang pernikahan gue ini!" Ucap Arjuna dengan penuh ancaman.
"Lah kenapa Bang? Bukannya kalau udah kuliah bisa sambil menikah juga?" Tanya Udin, satu-satunya anggota yang agak sedikit polos tapi tetap saja menjadi anggota geng ini karena memang memenuhi kriteria dalam bela diri.
Denis langsung menoyor kepala Udin dan melingkarkan tangannya di leher Udin sampai pria itu sesak. "Gue cekek juga nih bocah. Oon banget si lu, Udin. Ampun dah gue"
"Apaan si Bang, padahal yang aku ucapin kan bener"
Semuanya hanya menghela nafas pelan dan tidak lagi menghiraukan ucapan Udin itu. Memang semua anggota, hanya Udin yang termasuk dengan manusia paling polos dan mengesalkan dengan segala ucapannya itu.
Arjuna membaringkan tubuhnya di atas kursi kayu panjang disana. Satu tangannya terangkat menutup mata. Masih memikirkan tentang dirinya yang harus menyelesaikan permasalahan ini.
Bahkan sekarang Arjuna bingung harus bagaimana, apalagi ketika Ayahnya juga meminta dia untuk fokus pada kuliahnya agar segera lulus. Sekarang Arjuna semakin tambah beban karena ada Ambarani yang semoga saja tidak akan merepotkan.
Ganiar duduk di kursi depan Arjuna, dia menatap ketua GG itu yang jelas sedang melewati banyak masalah yang harus dia selesaikan.
"Jun, sebaiknya lo pulang dulu ke Apartemen. Ada bini lo disana" ucap Ganiar
Arjuna langsung mengangkat tangannya yang menutupi matanya. Menoleh pada Ganiar, tapi tidak menghiraukan ucapannya itu. Dia menatap anak-anak GG yang sedang mengobrol dan juga main kartu dengan snack ringan di atas meja.
"Gayss.. Beliin gue makan sana, laper gue. Gue traktir buat kalian semua" ucap Arjuna.
"Ayo Bang, biar gue aja yang beli. Mau makan ap?" Udin yang langsung begitu semangat ketika dia mendengar kata makanan. Selalu saja paling yang terdepan ketika dia mendengar makanan.
"Nis, lo temenin si Udin nih. Suka gak bener kalau dia pergi sendiri" ucap Arjuna.
Denis langsung mengangguk, dia menatap Udin dengan malas. Dia merangkul leher Udin dengan sedikit gemas hingga tubuh Udin membungkuk. "Ayo kita pergi, jangan banyak cincong"
"Tapi Bang, uangnya belum di kasih sama Bang Jun" ucap Udih saat mereka sudah berada di luar markas.
Denis berhenti melangkah, dia lupa tentang hal itu. Mengatai saja Udin bodoh, eh dirinya juga apa? Dasar Denis. "Yaudah, lo ambil uangnya ke dalam sana"
"Oke"
Udin melesat masuk ke dalam markas kembali. Setelah mendapatkan uang dari Arjuna, dia segera kembali lagi keluar markas. Pergi dengan menggunakan motor Denis. Udin hanya diam di jok belakang dengan nyaman.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Lovita BM
Lanjut akak 💪
2023-07-07
0