Sebuah gedung pencakar langit yang berada di hadapan Ambarani saat ini ketika mobil yang dia tumpangi bersama dengan suaminya memasuki kawasan Apartemen mewah di kotanya ini. Ketika mobil sudah masuk ke basemen Aparetmen, Ambarani langsung turun begitu melihat lirikan tajam dari suaminya.
Langkah kecilnya hanya berlari mengikuti suaminya. Masuk ke dalam lift dengan membawa koper dan tas besar di tangannya. Namun Arjuna sama sekali tidak memperdulikan dia dan tidak membantunya. Padahal istrinya itu jelas sangat kerepotan dengan barang bawaanya.
Sampai di lantai tertinggi gedung ini, Arjuna membawa Ambarani ke Apartemennya yang sudah menjadi rumah sendiri baginya. Bahkan dia lebih suka berada di Apartemen daripada berada di rumah Ayahnya sendiri. Karena semua bayangan tidak menyenangkan itu ada disana.
"Duduk, ada yang harus aku jelaskan padamu!" ucap Arjuna dingin
Ambarani mengangguk, dia duduk di sofa yang berada di ruang tengah itu. Menatap suaminya yang juga duduk di hadapannya. Sedikit membenarkan kerudungnya yang maju ke depan.
"Jadi kau akan kuliah di kampus yang sama dengank. Maka kau jangan pernah bilang pada siapapun jika kau adalah istriku. Ingat itu! Jangan pernah sok kenal padaku di kampus nanti. Pokoknya saat berada diluar, kita adalah orang asing yang tidak saling kenal. Kau Faham?!"
Ambarani mendongak dengan wajah yang cukup terkejut dengan ucapan yang di lontarkan oleh Arjuna barusan. Ambarani yang tidak tahu harus mengiyakan atau menolaknya. Tapi dia juga tidak mungkin menolak, karena memang dirinya yang tidak mempunyai keberanian yang besar untuk menolak perintah dari Arjuna yang terlihat begitu menyeramkan.
"Baiklah"
Akhirnya Ambarani hanya bisa pasrah dan menuruti keinginan dari suaminya itu. Meski kenyataanya dia merasa terluka dengan pernikahan yang seperti ini. Padahal sejak dulu, dia berharap akan mempunyai sebuah kehidupan pernikahan seperti Ayah dan Ibunya yang selalu harmonis dan saling mencintai hingga akhir.
Ambarani melihat suaminya yang memakai kembali sepatunya dan menyambar kunci mobil di atas meja. Membuat dia bertanya mau kemana suaminya itu. Namun Arjuna sama sekali tidak menjawab pertanyaan Ambarani itu.
"Lalu aku harus tidur dimana ini? Kenapa Kak Arjuna tidak menjelaskan apapun padaku" lirih Ambarani, dia menatap koper dan tasnya yang masih berada di ruang tengah. Bingung harus membawanya kemana, jika dia salah memasuki kamar atau salah bertindak. Maka suaminya itu akan marah besar. Jadi, Ambarani memilih untuk menunggu sampai suaminya pulang saja.
Hari sudah malam, Ambarani baru saja selesai memasak untuk makan malam. Dia hanya memasak bahan seadanya yang ada di dalam lemari es. Sekarang dia sedang menunggu suaminya pulang.
Meski pernikahan ini karena sebuah paksaan, tapi Ambarani akan tetap mencoba menjadi istri yang baik dan melayani suaminya. Karena kata Ibu seorang wanita akan mendapat pahala yang besar jika bisa membuat suaminya bahagia.
Denting jarum jam yang terus berputar di heningnya malam, namun tanda-tanda kedatangan suaminya juga belum terlihat. Ambarani menghela nafas pelan, akhirnya dia mengambil makanan untuk dirinya sendiri dan memakannya. Menunggu suaminya yang entah akan pulang hari ini atau tidak.
Ambarani selesai makan dan membereskan kembali sisa makanan juga semua bekas makannya yang langsung dia cuci di wastafell. Ambarani berjalan ke arah sofa dan mencoba untuk menyalakan televisi untuk menunggu suaminya pulang. Sesekali melirik ke sekeliling ruangan ini. Ada sebuah foto Arjuna dengan motor sportnya itu, ada juga foto dia bersama dengan anggota gengnya.
Ambarani berjalan ke arah foto itu, menatap Arjuna bersama dengan semua anak GG, namun yang membuat Ambarani aneh adalah ketika dia melihat Risa yang merangkul Arjuna dengan begitu dekat.
"Meski penampilannya seperti ini, dia tetap seorang wanita yang seharusnya tidak seperti ini terhadap laki-laki"
Ambarani memang bukan sosok wanita yang benar-benar tekun dalam agama. Dia masih menggunakan pakaian biasa, seperti celana juga, hanya selalu dengan baju dan celana panjang. Dia juga masih pemakai kerudung, bukan jenis jilbab atau yang lainnya. Karena masih menggunakan kerudung yang tidak sampai menutupi semua bagian dadanya.
Tapi setidaknya dia masih tahu dan bisa menjaga jarak dengan laki-laki. Tepatnya memang dia cukup pemalu, hingga tidak mempunyai teman dekat, bahkan teman perempuan pun tidak ada yang dekat dengannya. Apalagi dengan teman laki-laki.
"Ayah, Ibu aku merindukan kalian. Semoga kalian tetap tenang di sana dan bahagia" lirih Ambarani dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
Sampai saat ini dia masih tidak menyangka jika orang tuanya akan meninggalkannya secepat ini dan dengan tragis keduanya meninggal.
Ambarani kembali ke atas sofa, duduk disana. Detik jarum jam yang terus berbunyi di heningnya malam, sama sekali tidak menunjukan kehadiran suaminya yang akan segera pulang. Ambarani memutar-mutar cincin ci jari manisnya. Cincin pernikahan yang baru saja terpasang tadi pagi.
Beberapa kali Ambarani menguap, hingga akhirnya dai membaringkan tubuhnya di atas sofa dan terlelap disaan. Menunggu suaminya pulang yang entah sampai kapan.
Sementara di sebuah markas geng motor terkenal, Arjuna sedang diskusi banyak hal dengan anggota GG. Tentang informasi yang dia temukan dari Ganiar jika dua geng motor yang di duga melakukan penyerangan malam itu benar-benar menghilang tanpa jejak.
"Sepertinya memang Delasga dan Wandder yang melakukan penyerangan malam itu. Buktinya sekarang mereka semua menghilang tanpa jejak" ucap Ganiar.
"Bener banget tuh, emang sialan ya ni Delasga sama Wandder itu. Sudah mengacaukan rencana yang selama ini kita susun" ucap Denis dengan kesal.
Ciko menepuk bahu Denis, dia juga kesal dengan semua yang telah terjadi ini. "Sudahlah, semua yang udah terjadi memangnya kita bisa putar ulang? Gak mungkin"
Arjuna mengusap wajah kasar, susah payah dia membangun geng motor ini untuk terlihat baik di semua orang. Agar penilaian orang tentang geng motor bisa berubah. Arjuna memberikan peraturan pada setiap anggota yang ingin masuk atau yang memang sudah stay di GG untuk di cek dulu, apa dia pemakai atau tidak. Karena Arjuna sangat melarang keras anggota GG memakai narkoba, untuk minum minuman beralkohol yang membuat mabuk saja, dia melarang keras.
Alasannya hanya karena dia ingin anggota GG yang sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri itu hidup sehat dan jauh dari masalah. Karena seorang pemakai narkoba, mau dia menyembunyikan sejauh mana pun suatu saat pasti akan ketahuan juga dan akhirnya harus tetap berurusan dengan polisi.
Arjuna hanya ingin mengubah citra geng motor di mata masyarakat menjadi baik. Karena nyatanya tidak semua geng motor membuat keonaran. Hanya saja, terlalu banyak geng motor yang tidak menyetujui tentang hal ini. Hingga GG mendapatkan musuh yang cukup banyak di dunia geng motor.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
nuraeinieni
kasian si ambar,,,,,yg sabar,hadapi arjun,,,,,,;semua butuh wktu,utk lebih dekat,,lama2 jg bucin.
2023-07-11
0