"Begini Nit. Bapak sama ibu, berniat ingin menyekolahkan kamu sampai perguruan tinggi. Melihat kepintaran dan kecerdasan kamu, rasanya sayang kalau kamu harus putus sekolah," ujar Imas. Saat itu ia menyebutkan dirinya dengan kalimat ibu dan bapak.
"Betul Nita. Apa kamu punya keinginan untuk melanjutkan sekolah? Kamu tidak usah khawatir, masalah gaji kamu tidak akan kami potong. Harapan kami sangat besar. Jika nanti kamu sudah menjadi orang sukses, kamu mau memajukan kampung ini dengan ilmu yang sudah kamu dapat." Juragan Permadi menyambung ucapan istrinya.
"Terimakasih Juragan, atas semua niat baik juragan berdua. Tapi semua itu butuh biaya yang bukan sedikit tentunya. Saya takut tidak bisa membayar semua kebaikan juragan berdua," jawab Nita
Melanjutkan sekolah memang impian terbesar Nita. Namun melihat kondisi orang tuanya, Nita terpaksa harus mengubur impiannya itu dalam-dalam. Jangankan untuk biaya sekolah apalagi sampai perguruan tinggi. Untuk makan saja masih sering kekurangan.
"Nita. Dengar kan baik-baik. Ibu juga Bapak tidak mengharapkan kamu mengganti semua ongkos sekolah kamu. Jujur, harta kami ini banyak. Kamu juga tau sendiri. Kami hanya punya satu orang putra. Bapak sama Ibu akan merasa sangat senang bila kamu mau menjadi anak angkat kami berdua dan mau melanjutkan pendidikan sampai dengan mendapatkan gelar." Niat juragan Permadi dan istrinya bukan sekedar main-main. Mereka benar-benar tulus ingin membantu Nita.
Mendengar semua itu, Nita tidak sanggup lagi menahan rasa haru dan bahagia. Ternyata masih ada orang kaya yang berhati mulia. Nita bersimpuh di kaki juragan Permadi dan Imas.
"Juragan. Nita tidak tahu harus bicara apa selain ucapan terima kasih atas semua kebaikan juragan berdua." Nita tidak kuasa menahan air mata. Ternyata kasih sayang Allah selalu bersama orang-orang yang sabar dan menjalankan semuanya dengan ikhlas.
"Bangun Nita. Semua ini adalah hadiah dari Allah buat orang yang selalu bersabar seperti kamu. Mulai saat ini, panggil kami dengan sebuah Bapak dan Ibu." Imas membantu Nita agar kembali duduk.
"Baik Ibu, Bapak." Nita sangat beruntung bisa kenal dan bekerja dengan juragan Permadi dan juga Imas. Mereka sungguh pasangan suami istri yang sangat baik dan peduli kepada orang lain
"Nita, nanti malam. Bapak undang orang tua kamu ke sini. Kami bau bicara tentang sekolah kamu."
Malam itu Abas dan Marni memenuhi undangan juragan Permadi. Awalnya mereka sedikit takut kalau ini ada hubungannya dengan pekerjaan Nita yang kurang baik atau berbuat salah. Namun setelah mendengar penjelasan tentang niat Juragan Permadi dan Imas. Abas dah Marni sangat lega. Terutama Abas yang sangat menyayangi Nita melebihi anak yang lain. Ia sangat bersyukur banget ada orang baik yang akan membantu putri untuk melanjutkan sekolah.
Berbeda dengan Marni. Ia tampak kurang setuju, karena dengan Nita sekolah, tentunya tidak akan lagi ada yang membantu perekonomiannya. Melihat raut wajah Marni. Imas sepertinya tau apa yang ada dalam pikiran Marni.
"Bi Marni. Bibi jangan takut tentang pekerjaan Nita. Walau dengan sekolah, Nita akan tetap dapat gaji. Kami tidak akan memotong gaji Nita sepeserpun," ujar Imas.
"Iya juragan, terimakasih banyak atas semua kebaikan juragan.'' Marmi sedikit malu karena tidak menyangka kalau Imas bisa tau isi hatinya.
"Jangan terimakasih dulu. Maksud saya begini. Saya tidak akan memotong uang gaji Nita, karena saya akan kirim dia ke kota. Buat bantu Bibi sama Mamang. Saya akan pinjamkan modal buat buka usaha kecil-kecilan. Bibi sama Mamang boleh bayar kapan saja. Jadi selain bisa jaga anak dua puluh empat jam. Kalian juga bisa sambil menghasilkan uang untuk kebutuhan keluarga," tutur juragan Permadi
"Apa? Juragan mau ngasih kami modal. Apa itu tidak berlebihan, juragan. Saya rasa tidak perlu, dengan disekolahkannya Nita saja, kami sudah bersyukur banget." Abas tidak langsung menerima. Biarpun dia orang susah, Abas orang yang punya rasa malu dan paling tidak mau harus merepotkan orang lain.
Namun juragan Permadi menyakinkan kalau dia bukan memberi tapi meminjamkan yang bisa Abas bayar kapan saja. Setelah dijelaskan, Abas baru mau menerima dan berjanji untuk mengembalikan semuanya jika sudah berhasil.
Sejak hari itu Abas tidak lagi kerja jauh dengan menjadi kuli bangunan. Ia menetap dan membuka usaha dengan berjualan sembako. Sementara Nita, ia dikirim ke kota untuk melanjutkan sekolahnya.
Juragan Permadi dan istrinya tidak tanggung-tanggung. Mereka mengirim Nita ke sekolah terbagus di kota Bandung.
Kehidupan Abas dan Marni semakin membaik. Ia kini bisa menyekolahkan adik-adiknya Nita agar mendapat pendidikan yang layak. Sementara Eni. Semenjak ia pergi dari rumah nyaris tidak pernah lagi ada kabarnya. Marni diam-diam sering mencari keberadaan Eni. Namun anak itu bagaikan ditelan bumi, pergi tanpa sedikitpun memberi kabar kepada keluarganya.
Eni sendiri kini hidupnya semakin enak. Dengan uang yang tidak sedikit setiap bulannya ia terima dari Randy kekasihnya.
Hingga suatu hari. Memasuki tahun liburan Randy mengajak Eni untuk bertemu dan
ia juga berniat ingin datang kepada orang tua Eni untuk melamar. Namun dengan seribu alasan Eni selalu menolaknya.
Namun Randy tidak pernah putus asa. Ia sudah bertekad ingin melamar Eni diam-diam kepada orang tuanya. Karena Eni selalu menolak, akhirnya Randy berinisiatif untuk datang sendiri ke kampung itu, dengan harapan kalau apa yang dilakukannya akan menjadi sebuah kejutan buat Eni.
Pagi-pagi sekali, Randy sudah bersiap untuk pergi ke kampung Eni. Namun sebelum berangkat, Randy menelpon dulu pamannya yaitu, Madi dan mengatakan kalau dirinya berniat menemui orang tua gadis yang bernama Melisa.
Randy menceritakan perihal hubungannya dengan Eni yang ia sangka Melisa. Madi sedikit tercengang. Karena setahu dia, Melisa saat itu sedang ada di rumah orang tuanya dan akan segera bertunangan dengan laki-laki lain. Karena penasaran dan biar jelas, Madi meminta agar Randy segera datang tanpa memberitahukan dulu pertunangan itu.
Sekitar pukul sepuluh siang, Randy sudah tiba di rumah Madi. Tampak wajahnya sangat bahagia karena sebentar lagi akan berjumpa dengan orang tua wanita yang sangat dicintainya.
"Jadi sejak kapan hubungan kamu dengan Melisa?" selidik Madi.
"Sejak saya pulang dari sini, Om. Sejak saat itu juga, saya yang membiayai semua kebutuhan dia dan juga uang kuliahnya," jawab Randy.
"Itu tidak mungkin Randy. Melisa bukan gadis yang biasa tergantung kepada orang lain. Sambil kuliah dia juga buka usaha kuliner di Jogja. Jadi rasanya tidak mungkin kalau dia meminta uang dari kamu." Madi mulai memberi gambaran tentang Melisa.
"Kalau itu saya tidak tahu om, yang pasti hubungan kami sudah sangat dekat dan kami juga sudah berjanji untuk saling mencintai dan berjanji akan segera menikah, setelah Melisa lulus kuliah," tandasa Randy.
"Ya sudah, kalau begitu lebih baik sekarang kita ke rumah saja biar jelas. Om juga tidak mau kalau kamu hanya dimanfaatkan oleh Melisa." Madi mengajak Randy untuk langsung bertemu dengan Melisa.
Sebuah rumah yang tidak kalah megah dengan rumahnya Madi. Seorang lelaki setengah baya, namun masih terlihat gagah. Laki-laki itu menyambut kedatangan Madi dengan ramah
"Madi. Tumben kamu datang. Ini siapa?" Lelaki yang tidak lain adalah ayah dari Melisa bertanya tentang siapa Randy.
"Kenalin Kang. Ini Randy keponakan saya. Kebetulan dia datang karena ada urusan bersama Melisa," jawab Madi.
"Melisa, Adek ini kenal putri saya rupanya." Lelaki itu menatap wajah Randy dengan sedikit heran.
"Iya Om, saya kenal dekat dengan Melisa purti Om," jawab Randy
"Oh begitu? Ayo silahkan masuk. Maaf loh. Om tidak tau kalau Adik ini adalah kawan Melisa," ujar Lelaki itu.
"Kalau boleh tau. Melisa nya lagi ke mana, ya Om?" Randy tampaknya tidak sabar untuk bertemu dengan gadis pujaan hatinya.
Walau sebenarnya ia kecewa karena Melisa sudah berbohong dan mengatakan tidak pulang tapi buktinya sudah berapa hari ini ada di rumah.
"Melisa lagi pergi bersama Rahman calon suaminya untuk Packing baju tunangan. Kebetulan waktunya sudah mepet. Melisa ingin bertunangan sebelum kembali ke Jogja.
Bagaikan disambar petir di siang hari bagi Randy. Sungguh dirinya tidak pernah percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Sungguh tega Melisa menghianati cintanya. Kurang apa dirinya. Selama ini apa yang Melisa minta dan Melisa butuhkan selalu diturutinya. Namun ini balasan yang diterima olehnya. Sebuah penghianatan.
'Mel, apa berita ini benar? Kenapa kamu tega lakuin ini sama aku' batin Randy
Madi yang bisa merasakan apa yang tengah terjadi kepada Randy. Hanya bisa mengusap punggungnya sambil memberi isyarat agar Randy lebih tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Lembayung jingga🥀🍃
aku suka sama orang tuanya Nita walaupun miskin tapi punya adab dan harga diri, trs prinsipnya jg kuat seenggaknya tau diri. fix ini sih Nita bakal jadi menantu kesayangan
2023-09-02
1
wiwin sumedang
Sabar ya Randy
2023-07-24
0