Bab 4

Bab 4

Setelah mbak-mbak itu berlalu, Yoga tersenyum senang. Dia membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman. Layar besar itu memulai sebuah iklan dan muncul tulisan: CINNEMA. Lalu muncul gambar video bernuansa kasar, dan segala peraturan yang ditampilkan. Sebuah pembukaan yang sudah menyeramkan. Bahkan suara Bass di dalam sana sangat terasa. Semua menikmati dengan sunyi di dalam gelapnya ruangan itu, hanya ditemani layar lebar dengan filmnya.

Yoga terus saja memakan popcorn yang ada dipangkuannya. Lalu ia menyedot minumannya dan menaruhnya kembali di tempat. Sesekali ia menengok ke kanan dan ke kiri memastikan hanya dirinya yang duduk di baris B. Memastikan kalau cuma dirinya yang berani.

Musik terdengar mengalun pelan. Terdengar teriakan para penonton ketika tokoh di dalam film baru saja melihat setan. Yoga tak ikut berteriak, bahkan ia tak terkejut adanya adegan yang menegangkan. Dia tetap menonton dengan tenang.

Di baris O, Tia menjerit keras seraya meremas tangan Dani, sedangkan Dani sendiri menutup matanya dengan satu tangan sambil berusaha mengintip adegan yang tampil di layar lebar itu. Suasana sangat riuh saat puncaknya film. Tetapi Yoga tak terpengaruh dengan semua itu.

Dani dan Tia keluar dari gedung mall itu dengan tenggorokan yang sakit karena berteriak terus-menerus di sepanjang penayangan film. Sebaliknya, Yoga malah terus-terusan mengoceh.

"Gue bingung tuh film apa bagusnya, sih?" Wajah Yoga memancarkan kesombongan. "Masih jaman ya ngomongin kunti? Pake dukun segala? Trus apalah tadi. Udah basi lah ya jaman sekarang." Yoga menoleh ke arah kedua sahabatnya yang berjalan di belakangnya. "Film-film luar tuh udah ngomongin metafisika. Kemajuan teknologi. Lebih ilmiah jadinya."

Yoga, Tia dan Danu berjalan menuju parkiran yang terparkir di basement gedung ini. Mereka bertiga menuju ke mobil Yoga.

"Bukan masalah gak jaman, Ga," ujar Tia menimpali, "tetapi bule aja yang gak kenal jenis hantu di Indonesia apaan. Seperti pocong, apalagi kuntilanak. Mereka mana ada yang begituan. Kalau mereka tahu ada setan yang begituan, gue yakin mereka bakal bikin film itu juga. Lagian lu mah ngapain ngomong ilmiah, mistik di Indonesia tuh masih kental. Paham kan, Lo?"

Dani berjalan beriringan dengan Yoga dan Tia menuju mobil Yoga. "Bener lagi, Tia! Perhatiin deh, cuma ada dua hal yang bisa bikin orang Indonesia ngobrol dari pagi ke pagi, kalo nggak ngomongin politik ya mistik!"

Yoga menatap Dani dengan pandangan iba. "Ah, itu kan bokap lo doang yang ngomong, biar lo doyan sama politik. Terus Lo terjun juga ke politik."

Dani langsung melayangkan tangannya untuk mengeplak kepala Yoga dengan sengaja. "Lo kalau ngomong, ya...,"

Yoga yang langsung menghindar dari serangan Dani itu pun langsung tertawa terbahak.

Lalu Tia mulai berpikir sebentar, dia mengingat-ingat sesuatu ketika ia ke rumah Yoga waktu itu. "Tiap gue baca komik Indonesia jadul di rumah lo, Ga, pasti ada unsur mistisnya. Jangankan komik, majalah aja ada loh mistisnya."

Raut wajah Yoga yang seperti mengingat sesuatu di kepalanya membayangkan komik-komik kuno Indonesia dan majalah-majalah yang pernah dia baca. Kepalanya mengangguk-angguk kecil tanda mengiyakan pendapat teman wanitanya itu.

"Mistis itu udah mendarah daging di Indonesia," lanjut Tia.

Langkah mereka bertiga sebentar lagi sudah sampai ke mobil Yoga yang terparkir. Pajero Sport berwarna putih metalik. Ia merogoh kunci mobil dari kantong celananya dan menekan tombol kunci untuk membukanya.

"Ngomong-ngomong Alas Ruban, itu tuh beneran ada lho, serius gue! Gue inget banget, temen gue itu ngomong kalo ada anak kecil yang di jadiin tumbal di sana," ujar Dani ngotot.

Yoga, Tia, dan Dani pun lalu menarik tuas pintu mobil untuk masuk ke dalamnya. Yoga duduk di kursi kemudi, sedangkan Dani di samping Yoga, dan Tia duduk di bangku belakang. Yoga kemudian menyalakan mobilnya seraya menatap ke arah Dani.

"Kalo beneran itu ada, Lo bawa peta Jawa ke gue, dan kasih tunjuk di mana Alas Ruban itu berada, biar gue percaya sama omongan Lo," ujar Yoga yang langsung memegang kendali untuk menyetir mobilnya. Tak menunggu jawaban dari Dani. mobil itu pun perlahan bergerak meninggalkan area gedung parkiran mall itu.

"Yah, elo gak percaya. Ntar gue tunjukkin ke Lo, biar Lo percaya," balas Dani.

Di jalanan ibukota yang panas dan macet itu, Yoga dan yang lainnya yang berada di dalam mobil merasa kepanasan seakan-akan AC di dalam mobilnya tak berfungsi dengan baik. Yoga mengarahkan mobilnya ke jalan tikus untuk menghindari kemacetan yang tak berujung. Sayangnya, di jalan tikus itu tidak ada satu mobil pun atau bahkan kendaraan lain yang melintas melewatinya.

Tiba-tiba di tengah jalan, mobil Yoga langsung mati. "Eh, kenapa nih?" ujar Yoga tiba-tiba.

"Kenapa nih?" ujar Dani mulai gelisah.

"Gak tau gue. Tiba-tiba gini lagi," sahut Yoga panik. Ia mencoba menyalakan mesin mobilnya kembali namun gagal.

"Kenapa sih? Kok gak idup?" tanya Tia.

Yoga menggelengkan kepalanya. Bukan itu penyebabnya. Ia berusaha sekali lagi namun tetap gagal untuk menyalakan mobilnya. Tiga detik kemudian, Yoga berhenti untuk menyalakan mesin mobilnya. Ia menatap jalanan ke depan yang kosong. Tubuh Yoga seperti orang linglung, tak dapat bergerak seperti ada yang salah terhadap dirinya. kedua temannya yang melihat reaksi itu dari Yoga merasa khawatir dan gelisah.

"Dan, ini bukannya jalan yang pernah Lo bilang kalau perempuan yang gantung diri, kan?" bisik Yoga yang menoleh ke arah kanannya.

"Bener lagi. Kenapa, Ga?"

Yoga menoleh ke sebelah kanan seperti baru saja melihat sosok yang melintas, begitu juga dengan mata Tia yang mengikuti ke mana arah mata Yoga bergerak dari jendela kanannya. Saat Tia ingin menoleh lagi, Yoga menghentikan tolehannya.

"Lo jangan ngeliat sebelah kanan, ya...," ujar Yoga.

Tia langsung berteriak kaget sambil merangkul bahu Yoga. Sumpah serapah yang ucapkannya terus meluncur keluar, "Anjirr* lo, Ga! Apa-apaan, sih?" Tia dan Dani berteriak ketakutan. Tarikan napas mereka berdua langsung meningkat cepat, jantung masing-masing pun berdetak lebih cepat seperti orang habis lari maraton. Tia yang penasaran pun menoleh ke jendela sebelah kanan, namun yang dilihatnya tidak ada apa-apa di sana.

Lantas Yoga melirik ke spion tengah yang menggantung. Dia menutup matanya sambil bergumam, "Tia... dia udah pindah ke belakang mobil gue....," nada suara Yoga di buat misterius, Tetapi Tia yang ingin melihat ke spion tengah pun memberanikan diri.

"Jangan lihat ke spion, Tia," teriakan yang mengandung larangan itu pun terdengar.

"Ga, cepetan nyalain mobil lo, deh!" ketus Dani dengan nada suaranya yang mulai gelisah.

Yoga yang masih ketakutan melihat ke spion, merasa bahwa dirinya kehilangan napasnya. Rasa takutnya bertambah terus-terusan.

"Ga, anjir lo, Sumpah, Ga! Buruan!!!" rengek Tia yang tangannya mencengkeram bahu Dani.

Yoga terus saja memejamkan matanya, merasakan kalau seluruh tubuhnya menggigil. Tia yang panik langsung menggoyangkan tubuh Yoga. Begitu pun dengan Dani berusaha untuk keluar mobil, namun sayangnya mobil terkunci otomatis yang menyebabkan semua tuas tak berfungsi.

Tubuh Yoga berhenti menggigil perlahan-lahan. Matanya terbuka menatap sahabat-sahabatnya yang berada di sampingnya dan belakangnya. Dia langsung berbisik memanggil teman-temannya, "Dan, Ti....,"

...****************...

bersambung....

Terpopuler

Comments

ayu nuraini maulina

ayu nuraini maulina

nah loh.. sok2'an sh Dateng kan

2023-08-30

0

nath_e

nath_e

klo saya bilangnya alas Roban MKG beda daerah beda lafal penyebutan x ya kak🤗

2023-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!