Bab 2

Di layar Premier terlihat poster Tumbal Jelangkung untuk dua studio. Poster bernuansa hitam dengan gambar tiga cowok dan satu cewek memegang senter seperti mencari sesuatu. Di bawahnya, ada gambar boneka jelangkung yang berdiri tegak.

Yoga memarkirkan mobilnya ke basement dan buru-buru masuk ke dalam mall itu. Ia berjalan sambil melihat sekeliling karena jarang berada di dalam mal yang masih sepi di pagi hari. Saat itu toko-toko belum ada yang buka, dan terlihat para pegawai yang sedang beberes, siap untuk bekerja. Segelintir petugas kebersihan berseragam itu sibuk membersihkan lantai mall.

Namun pemandangan sepi itu segera berubah setelah Yoga menaiki eskalator yang masih dalam kondisi mati menuju ke lantai tiga. Awalnya dia hanya mendengar suara ribut orang-orang yang mengobrol. Saat dia sampai di depan cinema XXI di lantai tiga, terlihat ratusan orang sudah mengantri di depan loket untuk membeli tiket film Tumbal Jelangkung, bercampur dalam kebosanan menunggu. Banyak anak sekolah yang bertebaran sengaja bolos sekolah demi menonton film yang lagi viral. Mereka menutupi seragam sekolah mereka dengan berbagai baju oversize.

Banyak juga yang duduk di lantai cinema, beberapa orang yang beruntung duduk menunggu di sofa lobi. Sebagian lagi berdiri. Ada yang asyik mengobrol, bermain game di ponselnya, ada juga yang kebingungan mencari teman-temannya.

Termasuk Yoga yang salah satu kebingungan mencari dua sahabatnya sejak SMP itu, Tia dan Dani. Dengan badan yang menjulang tinggi, setinggi seratus tujuh puluh delapan senti meter, Yoga kira ia dengan mudah dapat menemukan temannya di antara kerumunan. Ia menyerah dan langsung merogoh ponselnya untuk menghubungi teman-temannya. Belum selesai ia menelepon, ia mendengar ada teriakan memanggil namanya, "Yoga! Ga... Di sebelah sini!"

Yoga menengok ke arah suara yang memanggilnya. Entah Dani atau Tia yang memanggilnya yang jelas Yoga melihat kedua temannya itu sedang berdiri mengantre di depan sana. Dani yang berambut cepak dengan badan tegap, memakai kaus biru gelap, sedangkan Tia memakai tank top v-neck dan rok mini. Rambutnya di kuncir kuda. Tampak Seksii.

Yoga berjalan menuju kedua sahabatnya. Wajahnya yang Indo karena darah bule dari ayahnya hanya cengar-cengir. Matanya mencuri pandang sedikit ke belahan dada Tia tapi pandangannya berhenti seketika karena suara galak cewek itu.

"Eh, masih bisa ketawa! Jam delapan itu jarum pendeknya ada di angka delapan! Bukan di sembilan."

Yoga hanya cengar-cengir dengan wajah berdosanya. "Sorry, gue semaleman ngerjain komik. Mana gue tahu nonton film doang antreannya bejibun kek gini!"

Dani yang menimpali dengan suara sok galak, "Untung aja kita on time, kalau nggak pasti nggak dapet tiket, nih!"

Yoga tersenyum memelas untuk mendapatkan iba dari dua orang itu yang merupakan sahabatnya. Di antara riuh rendah suara lain, Yoga mendengar kata "tumbal" disebut. Ia memundurkan badannya. Menguping pembicaraan itu.

Tiga orang perempuan yang duduk di bangku SMA itu menyebutkan kata tumbal tepat di belakang Yoga dan kawan-kawan.

"Gue tuh serius, pas kemarin gue nonton, kursi baris B itu kosong. Dan itu dilarang sama pihak dari bioskopnya. Nggak ada yang boleh duduk!" Seorang dari mereka bercerita.

"Lo yakin itu untuk tumbal film, Re?" seorang lagi menimpali. Perempuan itu mengangguk.

Seorang lagi yang dari tadi diam akhirnya ikut bicara, "Ya, iyalah! Logikanya ngapain juga dikosongin? Masa Cinema XXI ama yang bikin film nggak mau untung banyak, sih? Pasti ada alasan khusus lah itu. Gue rasa gak ada kaitannya dengan tumbal deh."

Kedua temannya mengangguk setuju. Mereka lalu mengobrol hal lain. Masalah kakak kelas yang menyebalkan di sekolahan mereka.

Yoga beralih, memajukan tubuhnya kembali ke barisan pada teman-temannya dan berhenti menguping. Ternyata Dani dan Tia juga ikut menguping pembicaraan dari anak perempuan yang duduk di bangku SMA itu. Tia memandang Yoga dan Dani dengan serius.

Dia mulai berbisik, "Temen gue kemaren juga nonton, dia bilang kalau kursi baris B itu nggak boleh didudukin. Yang dudukin bisa gila!" Kristiani memberikan jeda. Wajah cantiknya semakin serius, "Katanya bakalan ada yang "ngejar-ngejar" orang yang berani duduk di kursi itu." Tia bergidik. "Ih, amit-amit deh sampai kejadian di gue!"

Mendengar komentar Tia. Yoga langsung tertawa mengejek. "Ah, elo gitu aja takut."

Yoga menatap Dani yang awalnya meminta dukungan, tetapi tawanya berhenti karena cowok itu juga serius seperti Tia.

Dani menatap Yoga dengan serius. "Temen gue yang anak Mapala, bilang kalo dia pernah ke tempat yang ada di film, di Alas Ruban".

Yoga yang masih tertawa itu, menggelengkan kepalanya tak percaya, "terus?"

"Ya kalo Alas Ruban beneran ada, tumbalnya juga pasti beneran dong." jawab Dani dengan serius. Ia tak mau menyebarkan hoax.

Tia mengangguk-anggukkan kepalanya setuju. Sedangkan Yoga menggelengkan kepala sebal. Dia menganggap dua sahabatnya ini terlalu naif. Mana ada yang seperti itu. Ia tak mempercayai tahayul. Obrolan seketika berhenti saat jam menunjukkan pukul sepuluh lewat sepuluh menit, karena petugas bioskop itu memutuskan untuk membuka loket untuk pembelian tiket.

Orang-orang yang sejak pagi mengantri langsung bersiaga. Mereka segera berdiri dalam antrean, di depan loket. Tia memandang kedua temannya dengan harap-harap cemas. Dia takut tak kebagian tiket karena antrean itu bergerak sangat cepat. Wajah para pengantre lain di belakangnya juga terlihat resah, takut tak kebagian tiket. Mereka sudah mengorbankan waktu yang begitu lama untuk mengantri tiket film ini.

Sedangkan petugas kasir di loket terlihat panik. Baru kali ini dia menjual begitu banyak tiket karena viral film ini.

Dalam waktu tiga puluh menit saja antrean panjang itu berangsur-angsur memendek. Yoga, Dani, dan Tia tak ada lagi di dalam antrean tiket itu karena mereka sudah mendapatkannya. Mereka bertiga lalu membeli pop corn dan minuman. Senyum mengembang di bibir Tia. Di tangannya sudah ada tiga tiket "Tumbal Jelangkung".

Tia mendekat ke arah Yoga. "Di baris O ya, Ga!"

Dan sekarang giliran Yoga yang cemberut. "Baris O?" Yoga memberikan minuman yang masih dipegangnya ke Tia dan Dani seraya memerhatikan tiket itu. "Serius di barisan O? Kita Udah ngantre segitu lama, loh, masa cuma dapet baris ini sih? Mana gue udah bela-belain cabut kuliah lagi!"

Kedua temannya itu memutar bola mata mereka secara bersamaan. Mereka sebal sekaligus sudah terbiasa dengan tingkah Yoga yang emosional. Yoga menatap ke arah pengantre lain yang tak jauh dari mereka berdiri. Segerombol anak SMP berjalan senang, salah satunya dengan gembira berseru, "Untung aja dapet di baris D."

Yoga melirik sebal. "Belagu banget nonton film horor! Paling entar nggak bisa tidur ntar lu!"

Dani menyambar ucapan Yoga. "Belagu banget sih lo, Ga. Pas nonton Pengabdi Setan juga lo ketakutan abis!" Danu dan Tia tertawa terbahak mengingat tingkah Yoga yang ketakutan setelah mereka bertiga menonton film itu.

Yoga yang terdiam sebentar langsung menanggapi ledekan dari Dani, "Itu kan nonton di TV! Tapi tetep aja nggak asik nonton film ginian di depan banget. Ini di bioskop, loh!"

Tia menghela napas, lalu berujar, "Ya udah. Untung aja bisa dapet. Kalau enggak, bukannya Lo tambah sia-sia? udah ah, Lo bawel banget, sih!"

Yoga kali ini benar-benar terdiam. Sejak dulu ucapan tegas Kristiani sudah cukup membuat dirinya atau Petrus terdiam.

Lalu mereka bertiga memandang ke sekeliling di dalam bioskop itu.. Loket sudah ditutup. Pertunjukan untuk sore hingga malam sudah sold out. Tiket habis terjual. Banyak pengantre yang tak kebagian jatah malah marah-marah karena kecewa. Satpam bioskop pun sibuk menenangkan bagi para penonton yang ingin membuat keributan.

...****************...

bersambung....

Terpopuler

Comments

ayu nuraini maulina

ayu nuraini maulina

Yee ingat yoga k jadian wkt kmu kecil

2023-08-29

0

ayu nuraini maulina

ayu nuraini maulina

masih mending d buat gila masih bernyawa klo d buat deat

2023-08-29

0

ayu nuraini maulina

ayu nuraini maulina

MK nya jgn duduki bangku itu bs jadi tumbal yg kesekian

2023-08-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!