"nama itu?." batin wanita dan pria itu.
tiba tiba suana pun menjadi hening, Kanza bingung mengapa kedua orang itu terdiam.
"emm maaf nyonya, tuan, saya harus segera pergi." ucapnya mencairkan suasana.
"memangnya kamu mau kemana lagi?." tanya nya.
"saya harus melanjutkan mengantarkan pesanan yang lain tuan."
"jadi kamu bekerja sebagai pengantar pizza?."tanya sang wanita.
"iya nyonya, kalau begitu saya permisi, terimakasih atas jamuannya." ucapnya tersenyum.
"i-iya iya, hari hati ya." ucapnya dan di angguki oleh Kanza dengan tersenyum.
kini Kanza pun melangkah kan kakinya keluar dari rumah mewah itu, dan melanjutkan perjalanan menuju alamat selanjutnya.
"dad, mommy kaya ga asing dengan nama gadis itu." ucapnya.
"iya mom,mungkin namanya memang sama dengan anak kita." jawabnya.
"sepertinya anak kita sebesar gadis itu ya dad." ucapnya dengan sedih.
"Iya mom, pasti sangat cantik seperti dia." ucapnya.
"dad sudah ada kabar dari kakakmu?." tanya sang istri.
"belum mom, Daddy selalu mencari kabar keberadaan nya,dan sering menelpon mereka, tapi tidak ada jawaban sama sekali." ucapnya dengan sendu.
"hmm sampai kapan kita akan mencari keberadaan nya." ucapnya.
"ayo kita makan dulu mom pizza nya." ajaknya.
mereka pun menikmati pizza itu.
kini Kanza pun sudah kembali ke tempat kerja, dia melihat jam tangan nya sudah menunjukan pukul tiga sore, dia pun bergegas untuk pulang.
"Aldo, aku pamit pulang ya." ucapnya.
"mau aku antar?." tawarnya.
"ga usah al, terimakasih, aku duluan ya." ucapnya.
"baiklah, hati hati ya." ucapnya dan di angguki oleh Kanza.
kini Kanza pun keluar dari tempat kerjanya dan siap untuk pulang, 25 menit pun berlalu kini Kanza sudah sampai di rumah, dia melangkah kan kakinya masuk ke dalam rumah, tetapi..
"Mana hasil kerja hari ini." ucap sang Tante yang tiba tiba menghampiri Kanza.
"hari ini ga dapet Tan." ucapnya berbohong, ya tadi Kanza sempat di kasih tips oleh customer.
"Halah bohong." sinisnya.
"aku ga bohong ko Tan."ucapnya.
"mana siniin tas nya." ucapnya dengan merebut tas Kanza dan mengobrak Abrik isi tas tersebut.
"ini apa hah." ucapnya dengan emosi.
"itu buat bayar semester ku Tan." ucapnya.
"alesan, kamu sudah berani berbohong ya." ucapnya.
om Kanza pun menghampiri mereka karna sudah membuat keributan.
"ada apa ini."ucapnya.
"ini loh pa, masa dia ga ngasih uangnya untuk kita, dia nyembunyiin uang nya." ucap Tante.
"kau sudah berani berbohong hah." bentaknya.
"tapi itu untuk membayar kuliahku om." jawabnya.
plakkk...
"sshhhh." sang empu kesakitan saat pipi mulusnya terkena tamparan dari sang om.
"kau berani melawan hah, kau itu tidak tahu berterima kasih rupanya, kau itu sudah menjadi beban untuk kita." ucapnya dengan emosi.
Kanza hanya terdiam meratapi nasibnya yang selalu di perlakukan dengan buruk, dadanya bergemuruh, rasanya sudah tidak sanggup lagi untuk hidup bersama dua orang yang selalu memberikan kekerasan padanya.
plakkk..
lagi lagi Kanza mendapatkan tamparan sehingga sudut bibirnya mengeluarkan cairan merah.
"aku sedang berbicara, tatap aku." ucapnya dengan murka.
"m-maaf om." ucapnya dengan terbata.
"jika kau berani berbohong lagi, akan lebih parah yang kau terima." hardiknya.
dua orang itupun meninggalkan Kanza, lalu Kanza melangkah kan kakinya menuju kamar, dia menangis tersedu sedu.
"hiks, hiks,, mom, dad, kalian dimana, apa kalian pernah memikirkan aku? apa kalian mengingatku? hiks, jika kalian sudah tidak ada di dunia ini, maka bawalah aku bersama kalian mom, dad hiks, aku cape, aku selalu mendapatkan perlakuan yang tidak baik hiks, aku sangat merindukan kalian hiks,, kalian dimana hiks." ucapnya dengan menangis.
Kanza menangis sampai dia tertidur, matanya bengkak, hidung nya sangat merah karna menangis, dalam tidurpun matanya mengeluarkan buliran bening.
kini sore berganti malam dan malam pun berganti pagi, Kanza terbangun saat waktu sudah menunjukan pukul enam pagi, dia pun segera keluar dari kamar dan membereskan rumah, setelah selesai dengan semuanya, kini Kanza pun bersiap untuk pergi ke kampus.
Kanza sudah siap dengan pakaian sederhana dengan rambut yang di urai,kini dia pun keluar dari kamar dan bersiap untuk ke kampus karna waktu sudah menunjukan pukul 07:30, akan tetapi saat Kanza sedang mengunci pintu kamar sang Tante datang menghampiri Kanza.
"mau kemana?." tanyanya.
"berangkat ke kampus Tan."
"sudah masak?."ucapnya.
"b-belum Tan, aku sudah terlambat." ucapnya.
"ya sudah sekarang masak." ucapnya.
"tapi Tan, aku sudah terlambat." jawab Kanza.
"aku tidak peduli, cepat masak, aku dan suamiku akan segera berangkat." ucapnya dan melenggang pergi meninggalkan Kanza.
Kanza pun menghela nafas kasar, mungkin hari ini dia tidak akan ke kampus, Kanza pun menuju dapur dan langsung memasak seadanya, hingga beberapa menit Kanza pun selesai.
kini Kanza sedang menata makanan itu di meja, tak lama kemudian kedua orang itu datang.
"apa apaan ini, masak ko segini." ucap sang Tante yang melihat makanan yang Kanza masak hanya sedikit.
"tinggal ada itu saja Tan." jawabnya.
plakkkk...
Kanza mendapatkan tamparan dari sang Tante, tamparan bekas kemarin sore saja masih terasa ngilu nya di pipi Kanza, kini Kanza harus menerima tamparan itu lagi.
"pakai uangmu untuk belanja, bukan malah di pakai foya foya." hardiknya.
"tapi aku tidak punya uang lagi Tan, uangnya kan sudah Tante ambil kemarin." jawabnya.
bughh
plakk.
"uhuk." Kanza terbatuk karna mendapatkan dorongan hingga dia terbentur tembok, lagi lagi sudut bibir Kanza mengeluarkan darah.
"dasar memang anak yang tak berguna, sialan!!." hardik sang om yang marah.
"sudahlah sayang, ayo kita makan saja di luar." ajak om pada sang Tante.
mereka pun pergi meninggalkan Kanza yang sedang terluka, Kanza menangis, setelah om dan Tante nya pergi, Kanza pun ikut pergi meninggalkan rumah itu.
kini dia sudah berada di taman, dia menangis meratapi nasibnya yang sangat menyedihkan tetapi kini pandangan Kanza buram dan Kanza pun tak sadarkan diri.
Kini ada dua orang yang menolong Kanza dan membawanya ke rumah sakit, Kanza pun sampai di rumah sakit dan di tangani oleh dokter.
"dok, bagaimana kondisi nya?." tanya seorang wanita.
"lukanya sangat parah nyonya, dia seperti sudah di tampar beberapa kali, dan punggung nya seperti terbentur sesuatu yang keras, dia harus banyak istirahat dan juga jangan membuat dua stres nyonya." jelas sang dokter.
"apa kami boleh melihatnya dok?." tanya sang pria.
"ya tuan silahkan, kalo begitu saya permisi." pamitnya dan melenggang pergi.
"baiklah dok terimakasih.".
kedua orang itupun masuk ke dalam ruangan dimana Kanza sedang di rawat.
"kasihan sekali dia dad." ucap sang wanita sedih melihat keadaan Kanza yang terluka.
ya mereka yang menolong Kanza.
"kita tunggu dia sadar ya mom." ucapnya.
kini kedua orang itupun menunggu Kanza sadar, kedua orang itu terus memperhatikan raut wajah Kanza, hingga mereka melihat mata Kanza mengeluarkan buliran bening.
"dad dia kenapa menangis?." ucap sang wanita denga raut wajah sendu.
Kanza menggerakkan jarinya, dan lambat laut matanya terbuka, Kanza melihat dua orang yang tak asing baginya.
"k-kalian." ucapnya terbata dan menggerakkan tubuhnya.
"jangan dulu bangun nak." ucap sang wanita, tak terasa air mata wanita itu luruh.
"aku mau duduk." ucapnya pelan.
"ayo saya bantu." ucap sang pria.
kini Kanza pun terduduk dengan menyandarkan punggung nya.
"kalian yang menolongku?." ucapnya.
"iya, tadi kami sedang jalan jalan pagi, dan melihat kamu tak sadarkan diri." ucap sang wanita.
" terimakasih sudah menolongku." ucapnya dengan tersenyum tipis.
"em nyonya siapa namamu." tanyanya.
"saya zella dan ini suami saya Jerico." jawabnya.
Kanza hanya membentukam mulutnya dengan huruf O dan mengangguk anggukkan kepalanya.
"Kanza, orang tuamu ada? biar saya yang mengabari orang tuamu." ucapnya Jerico.
"orang tuaku tidak tahu dimana." ucapnya dengan menundukkan kepala.
Deggh..
lagi lagi Jerico dan zella terdiam, pikiran mereka hanya satu, apa mungkin dia anaknya, tetapi mereka tepis pikiran itu.
"jadi kau tinggal bersama siapa?." tanya zella.
"aku tinggal bersama om dan tanteku." ucapnya dengan pandangan lurus ke depan.
"sekarang mereka dimana?." tanya jerico.
"tidak usah mengabari mereka, mereka tidak akan peduli padaku." ucapnya dengan sendu.
"memangnya kenapa?,apa ada masalah?." ucapnya.
"entahlah nyonya." ucapnya.
"kamu tidak usah memanggil ku dengan embel embel nyonya." ucap zella.
"aku tidak enak saja." ucapnya dengan tersenyum.
"jadi kenapa dengan om dan tantemu?." tanya jerico yang penasaran.
Kanza pun menghela nafasnya.
"mereka tidak menyukai ku, aku tidak tau alasan mereka apa, mereka selalu memperlakukan ku dengan buruk, mereka membiayai ku sampai aku SD, semenjak itu aku sekolah sambil berjualan dengan temanku, hingga aku kuliah pun aku terus bekerja, tetapi setiap aku mendapatkan uang, uangku selalu di rebut oleh mereka, akupun selalu menyimpan sedikit hasil kerjaku dan aku tabungkan agar aku bisa melanjutkan kuliahku, mereka sangat membenciku mereka bilang, orang tuaku meninggalkan ku karna lebih menyangi anak laki lakinya, aku tidak percaya dengan omongan mereka, aku yakin kedua orang tuaku sangat menyayangi ku dan juga merindukan ku, dan aku yakin pasti Abang ku sangat menyayangi ku, aku selalu berharap agar aku di pertemukan dengan kedua orang tuaku, aku tidak di perbolehkan keluar dengan teman temanku." jelasnya dengan berlinang air mata.
saat ini Kanza sangat merindukan kedua orang tuanya, Jerico dan zella pun merasa yakin bahwa gadis yang berada di hadapannya adalah anaknya darah dagingnya, zela sudah menangis saat mendengar cerita kehidupan Kanza selama ini.
"siapa nama om dan Tante mu?." tanya jerico yang sudah penasaran.
"Dia."
hy gays maaf kalo ga nyambung, dan maaf kalo banyak kekurangan dalam penulisan nya.
jangan lupa tinggalkan jejak ya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments