Setelah menikah, Naila pun tinggal di mansion keluarga Luo dan menyandang status Nyonya muda di sana. Malam itu juga, seusia acara resepsi dadakan, Naila dan Daniel kembali ke mansion, bahkan sebelum mereka sempat berganti pakaian.
Dengan susah payah, Naila yang kerepotan dengan gaun pengantinnya yang berat, berjalan terseok masuk menyusul Collin dan juga Daniel yang lebih dulu berada di depannya.
Kedatangan mereka disambut oleh para Maid dan pekerja di rumah besar itu yang sudah berdiri berjejer di depan pintu.
"Selamat atas pernikahannya, Tuan muda dan Nona. Semoga Anda selalu bahagia," ucap semua orang.
Perkataan itu terdengar seperti doa, namun itu justru terdengar seperti sebuah ironi yang harus diterima oleh Naila.
Saat dia sudah masuk ke rumah, Daniel yang didorong oleh Collin, tiba-tiba meminta berhenti di tengah ruang tamu. Naila yang sibuk memegangi ekor gaunnya pun ikut berhenti dan hampir menjatuhkan semua bagian gaun yang dipegangnya.
"Karena pernikahan ini sudah terjadi, maka di luar kau akan dikenal sebagai Nyong muda Luo. Tapi di sini, kau tak lebih dari sebuah boneka pajangan. Ingat, kita menikah atas dasar kontrak," ucap Daniel dengan begitu dingin.
Naila sampai berkaca-kaca mendengar perkataan dari pria yang kini telah sah menjadi suaminya.
"Collin, pindahkan semua barang-barangnya ke paviliun belakang. Mulai sekarang, dia akan tinggal di sana bersama para maid," seru Daniel.
Collin nampak melihat ke arah Naila yang masih mengenakan pakaian pengantin, terdiam tertunduk menyembunyikan kesedihannya.
"Baik, Tuan muda," sahut Collin.
Kepala pelayan itu lalu memberikan isyarat kepada salah satu maid untuk menuntun Naila yang kesulitan berjalan ke tempat yang disebutkan oleh Daniel tadi.
Sementara dia dan tuannya naik menuju lantai tiga dimana kamar Daniel berada.
"Mari Nyonya muda. Biarkan kami membantu Anda," ucap maid itu.
Naila hanya bisa menurut dan berjalan dengan langkah gontai. Dia mencoba sekuat hati menahan tangis yang sudah hampir luruh di pipi.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Tak terasa pernikahan mereka telah berjalan lebih dari sepekan. Selama itu pula, Naila sama sekali belum menampakkan dirinya di depan Daniel.
Sebagai seorang istri boneka, Naila benar-benar tak dianggap oleh Daniel. Di rumah itu, dia diperlakukan seperti nyonya oleh para pelayan, namun dia tak mau menerima perlakuan tersebut karena merasa tak pantas jika melihat statusnya. Dia pun memilih untuk membantu pelayan-pelayan itu, meski Collin sering sekali melarangnya.
"Nyonya, tolong jangan berada di dapur. Biarkan kami saja yang melakukannya," ucap slah seorang maid yang terus melarang Naila memasak.
"Tolong biarkan aku melakukannya. Aku bisa mati bosan kalau hanya berdiam diri terus di rumah yang besar ini," pinta Naila.
"Tapi...," sanggah sang maid.
"Tolonglah," sela Naila cepat.
Wajahnya benar-benar memelas sehingga para maid tak bisa melarangnya melakukan hal sesukanya.
Gadis yang biasa hidup mandiri dan mengurus keluarga pamannya itu, terlihat terampil dan cekatan mengolah bahan makanan di dapur, membuat para maid terkesan.
Mereka kagum dengan kepribadian Naila yang rendah hati. Meski kini statusnya sangat jauh di atas mereka, namun gadis tersebut tak pernah semena-mena.
Memang status Naila hanya sebatas formalitas dan perjanjian antara dia dan sang suami, namun para maid tetap menghormatinya layaknya nyonya sesungguhnya.
"Ah... makanannya sudah selesai. Kalian sudah bisa siapkan di meja makan untuk tuan. Bukankah dia biasanya akan sarapan di jam ini?" seru Naila.
Dia dengan cepat bisa beradaptasi dan mengetahui kebiasaan kecil sang suami yang tak pernah sekalipun mempedulikan dirinya.
Setiap kali waktu makan, Naila akan selalu menyiapkan hidangan utama, namun saat Daniel hampir turun untuk makan, dia akan menyingkir dan berada di bagian rumah yang lain.
Para maid pun sudah paham akan hal itu. Saat di awal, semuanya terlihat begitu mengasihani Naila, akan tetapi gadis tersebut justru lebih kuat dari yang terlihat.
Saat Daniel pergi bekerja atau berada di ruangannya, gadis itu akan memilih menyibukkan diri di taman mansion yang begitu luas.
Ditambah lagi, Naila sangat menyukai bunga. Pekerjaan sebelumnya pun adalah seorang pemetik bunga dan pemanen buah di perkebunan yang ada di daerah tempat tinggal sang paman.
Saat pertama kali dia melihat banyaknya bunga yang ada di halaman mansion, matanya pun seketika berbinar.
Setidaknya, ada satu hal yang bisa membuatnya senang berada di rumah yang terasa seperti penjara itu, yaitu saat dirinya harus mengurus bunga yang ada di taman depan, samping, dan bahkan belakang.
Hari itu, saat Naila selesai menyiapkan sarapan untuk sang suami, dia memilih menikmati waktunya di taman depan.
Tanpa di sangka, dia bertemu dengan Richard Luo, sepupu Daniel yang tak lain adalah putra dari Abraham.
Pria itu hendak menemui sepupunya untuk membahas mengenai pekerjaan. Namun, dia melihat Naila dan menghampiri gadis tersebut, bermaksud untuk sekedar menyapanya, mengingat sekarang dialah nyonya rumah itu.
"Selamat pagi, adik ipar," sapa Richard.
"Selamat pagi. Maaf, Anda siapa?" sahut Naila dengan wajah bingung.
"Oh, maafkan aku. Aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Richard Luo, sepupu Daniel. Kita pernah bertemu seminggu yang lalu di pernikahan kalian. Apa kau lupa?" ungkap Richard.
"Ah... maaf. Ingatanku memang buruk. Apa kau kemari ingin bertemu sepupumu? Kebetulan, dia belum berangkat," sahut Naila.
"Iya, aku sudah tau. Oleh karena itu aku kemari. Tapi... sedang apa kau diluar sini seorang diri?" tanya Richard.
"Ah... aku hanya sedang merawat mereka. Bunga-bunga ini begitu cantik. Sayang jika sampai tidak di rawat dengan baik," jawab Niala.
"Kau benar, bunga secantik ini akan sangat disayangkan jika tidak dirawat dengan benar," sahut Richard membenarkan.
Dari arah pintu depan, nampak Collin muncul dari sana dan berjalan menghampiri kedua orang tersebut.
"Maaf menyela obrolan Anda berdua. Tuan muda kedua sudah menunggu Anda di atas, Tuan muda pertama," ucap Collin.
"Ehm... baiklah. Aku akan segera ke sana. Oh iya... sepertinya ingatanku juga buruk. Kalau boleh tau, siapa nama adik iparku yang cantik ini?" sahut Richard pada Collin dan bertanya pada Naila bersamaan.
"Namaku Naila, dan margaku sebelum menikah adalah Lee," sahut Naila.
"Naila... nama yang cantik secantik orangnya. Baiklah, senang berbincang denganmu, Naila. Sepertinya kita bisa akrab untuk kedepannya," ucap Richard.
Naila tersenyum begitu manis ke arah pria tersebut. Dia merasa senang karena akhirnya ada anggota keluarga Luo yang bisa ramah dan menerima dia dengan baik seperti Richard.
Namun, dia tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang sejak tadi terlihat tidak senang melihat kedekatan mereka berdua.
VISUAL RICHARD LUO
.
.
.
.
Sepasang mata siapa tuh ya? 🤔 tungguin aja kelanjutannya 😁
Tolong beri dukungan pada novel ini berupa like👍, komen💭, vote🧧 atau bunga 🌹, terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Dewi Nurlela
apa Daniel pura" buta
2023-08-23
1
Fauzia Zia
Richart gak kalah GUATENG,,, 🥰🥰🥰
2023-08-17
0