Di rumah sakit, Linzy Luo tengah ditangani oleh para ahli di bidangnya. Dia mengalami serangan jantung akibat ulah putra sulungnya di rapat dewan direksi.
Daniel yang ikut ke rumah sakit pun hanya bisa menunggu hingga tim medis berhasil menolong sang nenek.
Di sela waktu menunggu, Collin Liem, kepala pelayan mansion Luo, sekaligus orang kepercayaan Daniel, datang setelah sebelumnya dihubungi oleh sang tuan.
“Bagaimana kondisi Nyonya, Tuan muda?” tanya Collin.
“Masih di dalam,” sahut Daniel singkat.
“Saya sudah mendengar apa yang terjadi di rapat dewan direksi. Tuan Abraham benar-benar sudah keterlaluan kali ini,” ucap Collin.
“Tak apa. Justru ini yang ku tunggu. Tapi, sepertinya ini kurang baik untuk nenek. Collin, aku ada tugas untuk mu,” ucap Daniel.
“Katakan saja, apa pun itu, Tuan muda,” sahut Collin bersiap.
“Aku ingin kau carikan untuk ku seorang gadis. Pastikan dia tak memiliki ikatan dengan siapapun, dan satu hal lagi, pastikan juga bahwa dia masih bersih,” seru Daniel.
“Tapi kalau boleh tau, untuk apa gadis itu, Tuan muda?” tanya Collin.
“Bukankah pamanku khawatir keponakannya ini tidak bisa menikah? Mari kita berikan menantu untuknya,” jawab Daniel dengan tatapan tajam yang tetap saja terasa kosong.
Collin seolah tau akan maksud dari tuannya, dan dia pun segera pergi untuk menjalankan perintah tersebut.
Dia berjalan ke arah mobilnya dan segera masuk. Pria paruh baya itu terlihat mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang.
Dalam hitungan detik, panggilan pun terjawab.
“Halo, bos. Ada perlu apa Anda menghubungi ku?” sapa orang di seberang.
“Temukan seorang gadis untuk ku. Pastikan dia bukan ****** dan seorang yatim piatu,” seru Collin.
“Baik, Bos. Akan segera ku carikan untuk mu,” sahut orang di seberang.
“Aku beri kau waktu tiga puluh menit. Jika tidak, semua bukti kejahatan mu akan ku kirim ke pihak berwajib,” ancam Collin.
“Itu hal mudah, Bos. Kau tenang saja. Bukankah aku tak pernah mengecewakan mu? Asal, imbalannya sesuai seperti biasa,” sahut orang di seberang.
“Jangan banyak omong. Buktikan saja ucapanmu,” seru Collin.
“Baik, Bos. Tunggu saja setengah jam lagi. Kau akan dapat kabar bagus dari ku,” sahut orang di seberang.
Collin lalu memutuskan sambungan, dan pergi dari rumah sakit menuju ke sebuah tempat.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Sementara itu di salah satu rumah bordir di kota Amabilis, sebuah mobil van hitam terlihat berhenti di depannya.
Nampak beberapa pria keluar dari sana, dan menyeret seorang gadis yang terus mencoba memohon agar dilepaskan.
“Tuan, tolong lepaskan aku. Aku tidak mau di sini,” pinta Naila memohon.
“Cepat masuk! Kau itu sudah dijual oleh pamanmu. Kalau mau protes, protes saja pada pamanmu itu. Lagipula, uang lebih menarik bagi paman mu,” sahut salah seorang pria besar yang menyeret gadis tersebut.
Naila terus dipaksa masuk, melewati setiap ruangan yang ada di dalam sana. Matanya mengedar, berharap menemukan celah melarikan diri. Namun sayang, hingga sampai di depan ruangan berpintu gelap, dia terus dikelilingi orang-orang dengan tubuh besar.
Tok... Tok... Tok...
Salah satu pria besar itu mengetuk pintu tersebut.
“Masuklah!” seru seseorang dari dalam yang terdengar seperti seorang perempuan.
Pria besar itu pun membukanya dan kembali menyeret Naila ke dalam.
“Bos, Corner meminta kami membawa dia kemari,” ucap pria besar itu.
Naila melihat seorang wanita cantik tengah duduk di sebuah kursi besar, tepat di belakang meja. Wanita itu nampak begitu glamor dengan balutan dress panjang berwarna merah menyala, serta bagian dada yang turun hingga bagian diafragma.
Kedua sikunya bertumpu di meja dengan kesepuluh jemari yang saling bertaut di depa dagu.
“Apa dia dari gadis Utile itu? Si penebus hutang?” tanya wanita cantik tersebut.
“Benar, Bos,” sahut pria besar tadi.
“Ehm... Kelihatannya dia bisa menghasilkan banyak uang,” ucap si wanita cantik tersebut.
Dia lalu bangun dan berjalan menghampiri Naila. Saat itu, jelas terlihat bahwa dress yang dipakainya panjang menjuntai hingga mata kaki, namun belahannya cukup tinggi hingga ke paha bagian atas, memamerkan kaki jenjangnya yang mulus.
Tangannya terulur meraih pipi Naila, membuat gadis itu memundurkan kepalanya, Namun tak mengubah apa pun karena wanita tersebut dengan mudah mencengkeram pipinya.
“Ehm... Barang yang cukup bagus. Hanya perlu dipoles sedikit, maka dia sudah pasti bisa menghasilkan uang. Kucing liar seperti ini banyak disukai, tapi juga mudah ditaklukkan,” ucap wanita itu.
Dia kemudian menghempaskan wajah Naila hingga membuat rambut gadis itu berkeriap menutupi sebagian wajahnya.
Dia lalu menginstruksikan kepada pria besarnya untuk membawa Naila ke tempat para gadis malam, agar dimandikan dan diberi pakaian yang lebih bagus dari yang dipakainya saat ini.
Tak berselang lama, wanita yang tak lain adalah seorang germo itu, mendapatkan panggilan yang masuk dari ponselnya.
“Halo, Jacob. Lama kau tak menghubungi ku. Ku kira kau sudah mati,” ucap sang germo.
Dia terlihat menyimak ucapan pria bernama Jacob di seberang sambungan. Senyumnya tiba-tiba mengembang, sambil menggigit bibir bawahnya.
“Berapa yang akan mereka bayar untuk itu? Kau tau bukan, aku selalu memiliki barang yang bagus, dan tak pernah mengecewakan,” ucap si wanita.
Dia kembali menyimak, dan kali ini matanya membola dengan mulut yang tak kalah lebar terbuka.
“Kau menghubungiku di saat yang tepat. Aku baru saja mendapatkan barang baru. Ku pastikan dia masih tersegel rapi. Datanglah kemari dan lihat sendiri,” seru sang germo.
Sambungan pun berakhir, dengan sebuah seringai yang muncul di wajah wanita tersebut.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Sebuah bunyi pesan notifikasi terdengar dari ponsel Collin, yang memberitahukan sebuah alamat kepada pria paruh baya tersebut.
“Putar balik. Kita akan pergi ke Amabilis,” seru Collin.
Supir pun mengangguk dan segera memutar arah menuju ke kota kecil di tepi barat.
Butuh waktu sekitar kurang lebih satu jam setengah dari kota Russelia yang terletak di perbukitan utara, sebuah daerah maju dan paling banyak dijadikan tempat investasi oleh kaum berkuasa.
Kota itu juga merupakan poros roda ekonomi negeri, di mana di sana terdapat sebuah keluarga yang memegang hampir seluruh bisnis yang ada di negara tersebut.
Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, kini Collin telah tiba di depan sebuah tempat hiburan malam yang masih tutup. Semburat jingga di ufuk barat, menandakan bahwa sebentar lagi tempat tersebut akan mulai ramai.
Dia segera keluar dari mobil dan berjalan masuk. Pria paruh baya tersebut langsung di sambut oleh si pemilik tempat, yang tak lain adalah si wanita germo nan seksi bergaun merah terang.
“Selamat datang. Silakan masuk, Tuan Liem,” sapanya sopan.
“Langsung saja. Aku tak punya banyak waktu untuk berada di tempat ini. Seperti yang sudah kau tau dari Jacob, jika kau memang punya apa yang kuinginkan, cepat tunjukkan padaku,” seru Collin.
Wanita itu terlihat menyeringai di depan Collin. Dia pun berjalan di depan, menunjukkan ruangannya.
Dia membuka pintu lebar-lebar saat sampai di sana.
“Masuklah. Kami sedang mempersiapkannya,” ucap si wanita cantik.
Collin pun masuk dan duduk di sofa yang ada. Tak berselang lama, dua orang pria bertubuh besar membawa seorang gadis yang terlihat baru saja selesai dibersihkan.
Collin melihat sosok gadis yang seperti sedang ketakutan.
“Tuan Liem. Ini dia barang yang aku katakan pada Jacob. Hanya saja, karena dia baru dan belum tersentuh, maka harganya... Eh... sedikit lebih mahal,” ucap si germo.
“Apa benar dia masih bersih? Aku tak bisa percaya begitu saja hanya dengan ucapan,” sahut Collin.
“Seperti yang sudah saya duga,” shaut si wanita.
Dia lalu memberi isyarat kepada salah satu anak buahnya untuk keluar, dan tak lama muncul seolah pria berkacamata ke ruangan tersebut.
“Dia adalah seorang dokter yang sudah saya persiapkan. Dia akan memeriksa gadis itu untuk mu, Tuan,” ungkap si germo.
“Lakukanlah,” seru Collin.
Dokter itu pun lalu mulai memeriksa Naila, di ruangan yang masih berada di dalam area tersebut. Naila yang ketakutan tak bisa melawan sedikit pun saat seorang pria melihat orang intimnya.
Gadis itu menangis merasa bahwa harga dirinya benar-benar sudah diinjak-injak. Setelah selesai, dokter pun keluar, diikuti Naila yang semakin terdiam dengan linangan air mata yang tak bisa terbendung.
“Dia masih bersih,” ucap sang dokter.
“Bagaiamana, Tuan Liem? Aku tidak bohong bukan?” timpal si wanita.
“Baiklah. Berapa harga yang kau tawarkan?” tanya Collin.
“Seratus juta,” jawab wanita itu tanpa ragu.
Naila membelalak mendengar harga yang fantastis yang akan diterima oleh sang germo dengan kembali menjualnya ke orang lain.
Dia benar-benar merasa hancur. Se mengerikan itukah dunia berkerja, hingga manusia pun bisa diperjual belikan dengan mudah.
Collin nampak mengetik sesuatu di layar ponsel, dan menyerahkan kepada si germo.
“Tulis ke rekening mana aku harus transfer uang ini,” seru Collin.
Sang germo segera meraih benda pipih tersebut, dan berapa senangnya dia saat melihat nominal sebanyak itu.
Beberapa detik kemudian, uang pun berhasil masuk ke dalam rekening si wanita.
“Ku rasa, transaksi kita sudah selesai. Aku akan membawanya. Pastikan tak ada orang yang mencarinya, atau kau harus membayar berkali-kali lipat dari apa yang kau terima hari ini,” ancam Collin.
“Seperti yang Anda inginkan, Tuan,” sahut wanita itu.
Collin pun keluar, diikuti dua orang pria besar yang menyeret Naila keluar menuju mobil Collin.
Sesampainya di mobil, Naila duduk di samping pria paruh baya tersebut dengan tenang tanpa melawan sedikit pun.
Tiba-tiba, Collin menelepon seseorang.
“Singkirkan dokter itu sekarang juga,” serunya.
Panggilan pun langsung diputuskan, membuat Naila seketika menoleh.
Apa yang dia maksud dokter tadi? batin Naila.
“Saya tidak mau seseorang melihat, bahkan menyentuh apa yang menjadi milik tuanku,” ucap Collin seolah dia tau apa yang dipikirkan oleh gadis di sampingnya.
Naila semakin bertanya-tanya, sebenarnya untuk apa Collin membelinya, dan kemana mereka akan pergi.
Visual Collin Liem
.
.
.
.
Collin nya ahjussi keren ye gengs 🤭😂
Tolong beri dukungan pada novel ini berupa like👍, komen💭, vote🧧 atau bunga 🌹, terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
mantap visualnya Collin
2023-10-20
0