Hari itu, Naila bersama dengan Daniel yang dibantu oleh Collin, menyusun ulang surat perjanjian pernikahan yang akan mereka tanda tangani bersama.
Hingga menjelang siang, dan dalam kondisi lapar, Naila tetap berusaha fokus pada apa yang akan menentukan nasibnya ke depan di rumah tersebut sebagai istri dari pria lumpuh dan cacat itu.
Naila tak meminta banyak dari tuan muda cacat tersebut. Yang dia minta hanyalah keterjaminannya saat berada di sini, dan tenggat waktu kontrak pernikahan ini berlangsung.
Gadis itu tak mau selamanya terkurung di tempat yang seperti sangkar emas ini, dan menjadi istri pura-pura seorang pria hingga akhir hidupnya.
Awalnya Daniel menolak perihal batas waktu kontrak, akan tetapi Naila yang pintar menjelaskan dengan baik hingga Daniel pun menerimanya.
"Saya tahu, Anda melakukan hal ini karena suatu hal yang saya tak perlu tahu. Jadi saya rasa, jika hal tersebut sudah berhasil Anda capai, maka saat itulah tugas saya membantu Anda selesai."
"Bukankah ini semacam hubungan simbiosis mutualisme? Saya aman tinggal di sini, dan Anda juga bisa mendapatkan apa yang Anda mau," ucap Naila.
Akhirnya, tepat pukul satu siang, surat perjanjian atau lebih tepatnya kontrak nikah itu berhasil disusun.
"Poin yang tertera di sini lebih ringkas dari sebelumnya. Saya akan bacakan ulang, dan mohon beri koreksi jika ada yang masih belum sepaham," ucap Collin Liem.
Pria paruh baya itu pun mulai membaca poin-poin baru yang ada di dalam surat kontrak tersebut. Ada sekitar dua puluhan poin, yang semula berjumlah lebih dari seratus buah.
Awalnya, banyak sekali yang tertulis di sana, termasuk masalah pembagian harta, saham perusahaan, dan lain sebagainya. Namun setelah dirubah, Naila tak sekalipun memasukkan hal semacam itu.
Gadis tersebut benar-benar hanya ingin memastikan bahwa dia akan aman berada di tempat tersebut hingga waktu yang ditentukan.
"Demikian isi kontrak perjanjian yang baru. Apakah Tuan Muda dan Nona Lee ada masukan lagi?" tanya Collin.
"Saya cukup," sahut Naila.
"Tambahkan satu poin lagi. Hanya pihak kedua, yaitu aku, yang boleh membatalkan perjanjian ini," ucap Daniel.
"Baik. Akan saya tambahkan," sahut Collin.
Sang kepala pelayan keluarga Luo itupun lalu memperbaiki isi surat kontrak, dan kemudian mencetaknya. Setelah itu, penandatanganan perjanjian pun berlangsung.
Hingga detik akhir, Naila sebenarnya masih terlihat ragu akan keputusan tersebut. Namun, dia tak punya pilihan lain.
Semoga ini memang yang terbaik yang bisa ku lakukan saat ini. Ayah, Ibu... tolong lindungi aku dari surga, batin Naila.
Gadis itu pun lalu membubuhkan tanda tangannya di atas surat perjanjian tersebut, disusul oleh Daniel yang dibantu oleh sang asisten.
Akhirnya, perjanjian pun terjalin. Namun, karena semalam tidur di gudang, dan belum ada apapun yang masuk ke dalam perutnya, Naila merasa sangat lemas.
Sejak tadi pun sebenarnya dia sudah hampir pingsan karena kelaparan. Keringat dingin terus keluar dari pelipisnya, namun berkali-kali ia seka dengan punggung tangannya.
Saat Naila sudah hampir pingsan, tiba-tiba Daniel yang sudah akan kembali ke kamarnya, memberi perintah kepada Collin untuk memberi Naila makan.
"Urus gadis itu dan jangan biarkan dia sakit. Setelah makan dan membersihkan diri, ajak dia untuk memilih gaun pengantin," seru Daniel.
"Me... memangnya kapan kita akan menikah?" tanya Naila.
"Lusa," sahut Daniel singkat.
"Lusa?" gumam Naila lirih.
Saat dia hendak meminta diundur, Daniel sudah masuk ke dalam lift bersama seorang maid.
"Silakan Anda ikut saya, Nona Lee," seru Collin.
"Tuan, apa lusa tidak terlalu cepat? Apa mungkin sebuah pernikahan bisa dilangsungkan dengan waktu yang begitu singkat?" tanya Naila yang berjalan mengekor di belakang Collin.
Sang kepala pelayan menarikkan sebuah kursi untuk calon Nyonya rumah, dan mempersilahkan Naila untuk duduk di meja makan.
"Anda hanya perlu mengikuti apa yang sudah ditetapkan. Bukankah di surat kontrak tak ada larangan menikah lusa?" sahut Collin.
Pria paruh baya itu lalu menepuk-nepuk tangannya beberapa kali, hingga terlihat tiga orang maid datang dengan membawa hidangan yang sudah dipersiapkan.
"Silakan nikmati makanannya, dan kemudian mereka akan membantu membersihkan diri Anda. Saya permisi," ujar Collin.
"Tapi...," sahut Naila.
Namun, usahanya untuk berbicara hanya sia-sia. Karena baik Daniel maupun Collin seolah tak ingin berlama-lama berbincang dengannya.
Naila pun hanya bisa mengikuti permainan yang telah mereka susun, meski aturan telah disepakati bersama.
Karena lapar, Naila makan dengan begitu lahap. Bahkan dia sampai meminta tambah kepada para maid. Sirloin steak yang disajikan pun habis hingga tiga porsi, lengkap dengan hidangan lainnya.
Setelah itu, para maid membawanya ke kamar yang ada di lantai dua, dan berada di sayap kiri mansion tersebut.
Kamar itu benar-benar besar dan mewah. Kasurnya luas dan empuk. Berbeda jauh dari kamarnya yang dulu saat masih tinggal bersama sang paman.
Saat mengingat hal itu, tiba-tiba matanya kembali berair. Dia masih tak menyangka jika pamannya tega menjual keponakan sendiri hanya demi beberapa lembar uang.
"Nona, airnya sudah siap. Mari saya bantu melepaskan pakaian," ucap salah satu maid yang bersamanya di kamar tersebut.
Naila sontak tersadar dari lamunannya, dan menggeleng cepat.
"Tidak... tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri. Kalian bisa keluar," tolak Naila.
"Baiklah, kalau begitu kami akan menunggu hingga Anda selesai mandi," sahut maid itu.
Dia memberikan Naila sebuah handuk dan membiarkan gadis itu masuk ke dalam kamar mandi.
Sekitar dua puluh menit, Naila telah selesai membersihkan diri. Saat dia keluar dengan mengenakan handuk mandi, gadis itu terkejut karena para maid masih berada di sana.
Masing-masing mereka membawa benda yang akan dikenakan oleh Naila.
"Silakan, Nona. Ini pakaian ganti untuk Anda. Apa Anda perlu bantuan kami untuk memakainya?" tanya seorang maid.
Dia maju dan memberikan sebuah gaun kepada Naila, dan meminta gadis tersebut untuk memakainya.
"Ti... tidak. Aku bisa sendiri. Terimakasih," sahut Naila canggung.
Para maid pun hanya meletakkan benda-benda tersebut di atas tempat tidur dan membiarkan Naila memakainya sendiri.
Setelah sekitar lima belas menit, sebuah ketukan terdengar dari luar, mebuat Naila kembali terkejut.
"Si... siapa?" tanya Naila.
"Ini saya, Nona. Boleh kami masuk?" tanya seorang maid dari luar.
"Em... ma... suklah," sahut Naila.
Kemudian, seorang maid datang diikuti beberapa orang di belakangnya. Orang-orang itu membawa banyak sekali barang.
"Ini adalah designer yang telah Tuan Muda persiapkan uuntuk membantu Anda memilih gaun pengantin, sekaligus make up artis yang akan mendandani Anda," ucap sang maid.
Naila pun hanya bisa terdiam dengan semua hal yang serba mendadak ini.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Hari pernikahan tiba. Gadis itu sudah dibawa ke sebuah hotel milik keluarga Luo sejak pagi hari. Malam ini, akan dilangsungkan pernikahan antara pemimpin group Luo dengan seorang gadis yang tiba-tiba muncul.
Semua orang yang hadir pun terlihat penasaran dengan sosok gadis beruntung atau mungkin siap telah mendapat Daniel, seorang kaya raya yang cacat.
Banyak bisik-bisik negatif tentang pernikahan ini, terlebih dari kubu yang mendukung sang paman. Bahkan Abraham pun menaruh curiga kepada sang keponakan yang memang selalu memiliki akal licik untuk melawannya.
"Keponakan ku tersayang. Tidak disangka, ternyata ada gadis yang mau menerima kekurangan mu. Paman turut bahagia, Nak," ucap Abraham saat Daniel telah bergabung dengan para tamu undangan di aula hotel.
"Tentu kau harus bahagia, Paman. Bukankah ini adalah kekhawatiran terbesar mu?" sahut Daniel santai.
"Hahaha... kau benar, Nak. Kau benar. Hahaha...," ucap Abraham yang tertawa dengan begitu keras.
"Hahaha... baiklah, kalau begitu silakan nikmati acaranya, Paman," pungkas Daniel.
Dia pun lalu kembali pergi dengan didorong oleh Collin.
"Tuan, sepertinya Tuan besar curiga pada Anda," ucap Collin lirih.
"Biarkan saja. Aku tak peduli. Apa gadis itu sudah siap?" tanya Daniel.
"Sudah, Tuan muda," sahut Collin.
"Bagus. Segera langsungkan upacaranya," seru Daniel.
"Baik, Tuan muda," sahut Collin.
Meskipun Abraham sudah curiga dengan pernikahan ini, akan tetapi Daniel tak peduli dengan pandangan Sang paman. Yang terpenting untuknya saat ini adalah menciptakan opini publik untuk mendukung posisinya kembali di atas.
Pernikahan pun berlangsung. Naila dibawa keluar, ke tempat acara oleh bridesmaid yang merupakan para maid dari kediaman Luo. Dengan balutan gaun putih yang cantik, gadis itu berjalan menuju altar, dimana Daniel sudah menunggunya.
Sesampainya di altar, Collin pun menautkan tangan Naila dan juga Daniel, lalu membiarkan keduanya tetap berada di atas sana.
Janji suci pun terucap. Naila dengan susah payah mengucapnya, dan memantapkan hati sekali lagi untuk menjadi istri kontrak seorang Daniel Luo.
.
.
.
.
sah juga ya nikahnya. Ada yang nungguin malam pertamanya? Mohon jangan terlalu berharap ya 🤭
Tolong beri dukungan pada novel ini berupa like👍, komen💭, vote🧧 atau bunga 🌹, terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
Daniel dan Naila nikah....moga kekal ya....
2023-10-20
0