Azura akhirnya mengantar Arthur dan Vivian ke bandara. Disana mereka saling berpelukan, terutama Vivian ia yang sejak dulu memang menyukai anak perempuan akhir-akhir ini begitu mudah emosional melihat putrinya yang kini sudah beranjak dewasa.
"Sayang, kau makan dengan benar ya... Jangan terlalu sering tidur larut. Lebih rajin untuk olahraga dan pergi ke salon kuku untuk merawat kukumu," ungkap Vivian sambil membelai wajah cantik Azura.
"Iya Bu, ibu tenang saja... Nanti kalau ibu sudah pulang, kita sama-sama merajut lagi oke?"
"Iya nak..."
Selain Vivian, Arthur juga begitu memanjakan putrinya. Sejak kecil Arthur selalu menjadikan Azura sebagai tuan putri dan mengabulkan semua keinginannya. Ia juga tidak menyangka kalau putri kecilnya kini sudah tumbuh dewasa.
Ia memeluk sang putri. "Putriku sayang, kau jaga diri baik-baik. Ayah tidak ingin melihatmu terluka apalagi berbaring dirumah sakit lagi, jadi tolong jaga dirimu..."
"Of course ayah, lagipula aku kan bukan anak kecil lagi jadi jangan terlalu khawatir."
"Justru aku sangat khawatir, mengingat putri kecilku yang manis sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Ayah yakin pasti banyak pria diluar sana yang berlomba-lomba ingin mendekatimu, ayah jadi semakin khawatir."
Azura tertawa geli. "Ayah tenang saja, aku kan punya dua pengawal paling hebat di dunia. Yaitu Ayah dan kak Zeren, mendengar nama kalian pasti sudah membuat orang takut bukan?"
"Kau ini," Arthur tersenyum sambil mencubit kecil hidung mancung Azura.
Mereka bertiga pun berpelukan sebelum akhirnya Arthur dan Vivian naik ke dalam pesawat menuju paris.
Di dalam pesawat, lewat kaca jendela Vivian memberikan lambaian tangan kecil ke arah Azura. Setelah itu tiba-tiba saja mata Vivian tampak sedih berkaca-kaca. Sang suami lantas bertanya kepada sang istri kenapa dirinya sedih?
"Aku sungguh masih tidak percaya kalau Azura bukanlah anak kandung kita. Meski dia bukan lahir dari rahimku, tapi aku sangat mencintainya. Dia putriku yang sangat manis, aku membesarkannya dengan kedua tanganku, dan aku benar-benar tidak mau kehilangan dia suamiku..."
Arthur memeluk istrinya. Ia sendiri juga sangat menyayangi Azura, namun kenyataan kalau Azura bukanlah anak kandung mereka itu membuatnya tak bisa mengelak.
"Seandainya anak kandung kita nanti ditemukan, aku akan tetap mencintai Azura seperti putri kandungku sendiri," ungkap Vivian.
...🍁🍁🍁...
Di sebuah restoran mewah, Zeren terlihat sedang menikmati makan siangnya bersama kekasihnya Jena Haruki. Jena adalah seorang pebisnis dibidang kecantikan yang terkrnal. Ia memiliki beberapa cabang salon kecantikan dibeberapa kota, dan dia juga putri dari salah satu petinggi bank di negara Z. Jena sendiri adalah teman Zeren sejak kecil, dimana Jena sendiri sudah menaruh hati kepada Zeren sejak mereka sama-sama masih duduk di sekolah dasar. Hngga akhirnya setelah Zeren lulus kuliah di London, keduanya resmi berpacaran sampai sekarang.
Sejauh ini hubungan keduanya baik-baik saja, meski seringkali ada cekcok dan perbedaan.
"Sayang, kau tahu tidak. Aku sebentar lagi akan buka cabang salon baru di luar negeri loh. Dan bulan depan aku akan jadi cover majalah fashion. Sungguh aku semakin tidak sabar dengan wawancara majalah bulan depan," ungkap Jena dengan sangat bersemangat.
Sayangnya, Zeren yang saat itu makan bersamannya malah terlihat melamun dan tidak menghiraukan hingga membuat Jena emosi.
"Zeren kau itu kenapa tidak mendengarkanku sih!"
" Jena maaf, kau bicara apa barusan?"
"Arggh sudahlah aku tidak mau mengulangnya! Memang kau sejak tadi sedang memikirkan apa sih! Sampai-sampai mengabaikanku?"
Zeren sejatinya melamun karena teringat kata-kata Azura beberapa hari yang lalu, yang mengatakan tentang 'seandainya dia pergi apa dia akan sedih?'
"Jangan bilang kau memikirkan adikmu?"
"Wah kau bisa menebaknya ya?"
Cih! Lagi-lagi benar memikirkan adiknya!
"Zeren, adikmu itu sudah besar. Kau tidak perlu lagi terus memikirkannya begitu, lagipula kalau kau terus terlalu memperhatikannya dia bisa jadi manja tahu!"
"Iya aku paham, hanya saja..."
"Hanya apa? Dia itu menyebalkan dan suka mengganggu hubungan kita!"
"Jena..."
"Cukup! Aku sudah kehilangan selera makan! Sejak dulu kau selalu saja adikmu, adikmu, adikmu terus yang kau pikirkan! Adik manjamu itu sudah besar tidak perlu kau terus mengurusnya! Sudah aku pergi!"
Jena yang kesal langsung angkat kaki dan pergi dari restoran meninggalkan Zeren.
"Haiz! Dia itu selalu saja marah, padahal bisa dibicarakan baik-baik. Benar-benar tempramen Jena semakin parah saja. Tapi... Aku juga salah disini."
Zeren berpikir untuk minta maaf kepada Jena nanti. Dan sekarang ini ia memilih menelepon asisten kepercayaannya yang bernama Jonas untuk ke kampus Azura dan mengawasinya dari jauh.
"Kau awasi Azura tapi jangan samapi dia melihat."
^^^Siap bos!^^^
"Bagus."
Sejak Azura mendapati kecelakaan di malam pesta penyambutan mahasiswa baru, Zeren memang jadi semakin lebih protektif pada adiknya itu. Ditambah ia masih curiga jika kecelakaan yang dialami Azura di tempat pesta waktu itu bukanlah murni kecelakaan biasa.
...🍁🍁🍁...
Di kampus zura terlihat berjalan ke arah parkiran mobil bersama sahabatnya Miya. Hari ini ia memang ingin pulang dengan menumpang mobilnya Miya. Namun saat mereka berdua menuju parkiran, tiba-tiba saja muncul Melisa dan temannya Tina menghadang jalan mereka.
Baik Azura maupun Miya sejatinya sudah paham dengan kemunculan Melisa sejak awal semester tidak menyukai mereka, terutama Azura yang dianggap oleh Melisa adalah sebagai saingan beratnya.
"Maaf kakak senior, kalian menghalangi jalan kami," ucap Azura berusaha tetap sopan meski dalam hatinya sudah ingin meledak saja rasanya.
Sayangnya ucapan Azura justru diabaikan, dan Melisa malah terlihat sengaja mencari masalah, dengan terus menghalangi jalan Azura dan temanya.
"Oh ayolah... sebenarnya mau kalian menghalangi kami apa sih?!" Tegas Azura dengan nada kesal.
"Mauku, kau berhenti bersikap jadi sok paling penting di kampus ini. Ingat kau itu masih junior!"
Azura heran dengan ucapan Melisa mengingat ia sama sekali tidak merasa seperti yang dituduhkannya. Bahkan meskipun kampus ini bisa saja dibeli oleh ayahnya, Azura tidak sekalipun terbesit ingin bertingkah semacam itu.
"Melisa, kau itu kan senior kenapa kau suka sekali mengganggu junior seperti kami? Kau itu kurang kerjaan ya?" Tandas Miya yang juga mulai emosi.
"Diam kau!" Sahut Tina dengan wajah sinis.
Akhirnya cekcok pun tak terelakan lagi. Keempat wanita itu saling adu mulut dan berakhir dengan ucapan Azura yang membuat Melisa kian meradang.
"Apa kau bilang barusan?!" Melisa menantang Azura.
"Aku bilang... aku bisa saja membeli harga dirimu Melisa!"
"Jaga mulutmu!"
"Untuk apa aku jaga ucapanku di depan senior sombong sepertimu? Dengar ya kak Melisa Lee, mungkin kau lupa siapa aku? Tapi biar aku perjelas disini, aku Azura Yamada, putri keluarga Yamada yang kapan saja bisa mendapatkan apa yang aku mau, termasuk menyingkirkan orang yang aku tidak suka. Jadi jaga sikapmu, setidaknya contohkan hal yang baik sebagai senior."
"Lancang! Kau harus kuberi pelajaran, terima in— eh??"
Melisa tadinya mau melayangkan tamparan ke wajah Azura, namun tangannya keburu ditahan oleh Reon yang tiba-tiba saja muncul, dan memarahi Melisa.
"Reon lepaskan tanganku!"
"Melisa apa sebenarnya yang kau lakukan. Sebagai senior kau tidak pantas melakukan hal itu pada juniormu!"
"Tapi Reon, gadis ini memang pantas diberi pelajaran. Dia—"
"Aku dan Miya tidak melakukan apapun. Kedua senior ini yang duluan mencari masalah dengan kami." Azura langsung memberikan pembelaan.
Reon tampaknya lebih percaya pada Azura, sehingga ia pun akhirnya menyuruh
Melisa meminta maaf. Sayangnya Melisa tidak mau melakukan itu dan malah langsung mengajak Tina pergi dengan perasaan kesal.
"Kalian tidak apa-apa kan?"
"Tidak apa-apa Reon, terima kasih sudah membela kami. Kalau begitu aku dan Miya duluan... sampai jumpa."
"Sampai jumpa."
...🍁🍁🍁...
Di ujung parkiran kampus ternyata ada Jonas yang sejak tadi didalam mobil mengawasi Azura dari jauh.
"Sepertinya nona Azura tadi ribut dengan teman kampusnya. Dari penilaianku perempuan tadi itu iri dan tidak suka pada nona Azura. Dan pria itu— dia siapa ya? Kenapa seperti dia memihak nona, apa dia suka pada nona Azura? Sudahlah lebih baik segera beritahu bos soal ini."
Jonas mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Zeren dan melaporkan apa yang barusan ia lihat.
"Halo bos, aku sudah melihat nona Azura dan ia barusan mengalami sedikit pertengkaran dengan temannya."
^^^Lalu bagaimana dia?^^^
"Tidak bagaimana-bagaimana, hanya saja ada satu pria yang tiba-tiba datang membela nona. Aku rasa dia menyukai nona Azura."
^^^Kalau begitu segera cari tahu siapa wanita yang ribut dengan adikku itu dan... Cari tahu juga pria yang kau bilang barusan.^^^
"Oke, siap bos!"
...🍁🍁🍁...
Jangan lupa, LIKE, VOTE, COMMENT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Mir_rim22
kyaaaa... siap" dapet kejutan dari sultan zeren kau melisa ahahaha dasar nenek lampir
2023-07-03
0
Dwi Winarni Wina
zeren kayaknya sangat protektif sm adiknya takut knp2 sm adiknya sll ngawasin dr jarak jauh,,,lanjut thor....
2023-07-03
0