Azura Yamada gadis cantik berusia 18 tahun, ia baru saja pulang dari rumah sakit setelah menjalani perawatan intensif akibat kecelakaan di acara malam penyambutan mahasiswa baru.
Malam itu Azura merasa haus, karena persediaan air putih dikamarnya sudah habis ia pun harus mengisinya. Biasanya Azura meminta pelayan untuk mengisinya, tapi karena sudah malam ia berpikir pasti pelayannya sudah banyak yang tertidur, jadi ia pun memutuskan untuk mengambilnya sendiri di dapur.
Ia pun menuruni tangga marmer yang ada di kediamannya yang besar dan mewah. Keluarga Yamada memang dikenal sebagai keluarga paling berpengaruh di negara Z, terutama di kota Bugeville jadi tidak heran jika hunian yang ditinggali Azura sangatlah mewah.
Setelah selesai mengambil air putih di dapur, Azura lalu bermaksud kembali ke kamar. Namun saat hendak menuju ke kamarnya, Azura tidak sengaja melihat kedua orang tuanya yakni Arthur dan Vivian yang berada diruang tamu. Karena penasaran ia bermaksud mengendap-endap menghampiri ayah dan ibunya, tapi melihat kedua orang tuanya tampak serius membicarakan sesuatu ia pun urung melakukannya, dan akhirnya memilih mengintip saja sambil menguping.
Huh, kenapa aku harus mengendap-endap begini dengan orang tuaku sendiri? Aneh sekali aku ini!
Sementara itu obrolan Arthur dan Vivian terdengar semakin serius, hingga akhirnya Azura mendengar Vivian berbicara dengan nada penuh emosi.
"Suamiku, aku tidak mau kalau sampai Azura tahu kalau—" tak menyelesaikan ucapannya Vivian justru menangis sedih. Arthur lalu memeluknya.
"Sayang tenang saja, aku pastikan kalau Azura tidak akan tahu kenyataan kalau dia bukan anak kandung kita."
Apa?!
Azura yang bersembunyi langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan saking syoknya mendengar apa yang dikatakan ayahnya barusan.
Ja- jadi aku sebenarnya bukan anak kandung Ayah dan Ibu? I- ini tidak mungkin!
Tubuh Azura seketika merasa lemas seperti tak sanggup berdiri. Tanpa sadar air matanya pun menetes. Takut suara isak tangisnya terdengar, Azura pun langsung melangkah pergi kembali ke kamarnya dengan perasaan penuh emosi yang bercampur menjadi satu.
Azura mengunci kamarnya dan langsung duduk terkulai lemas meringkuk dibalik pintu. Air matanya jatuh tak kuasa menahan luapan emosi yang ia rasakan saat ini.
"Tidak mungkin, ini pasti bohong. Mana mungkin aku bukan anak kandung mereka? Ini tidak mungkin... Hu...!"
Selama 18 tahun lebih hidupnya, kenyataan hari ini adalah hal yang paling menyakitkan yang pernah Azura dengar.
Jika aku bukan anak ayah dan ibu, lalu siapa orang tuaku?
Pagi harinya, bibi Amy kepala pelayan wanita di kediaman Yamada terlihat mengetuk-ngetuk kamar Azura memintanya ke ruang makan untuk sarapan bersama. Karena Arthur dan Vivian rencananya besok akan terbang ke Paris untuk melakukan pertemuan penting dengan petinggi kota Paris, jadi mereka ingin menghabiskan waktu dengan putri mereka sebelum pergi.
TOK TOK!
"Nona Azura, tolong buka pintunya Nona. Tuan dan Nyonya besar sudah menunggu nona untuk sarapan bersama dibawah. Nona...?"
Karena pintu kamarnya tidak kunjung dibuka meski sudah diketuk berkali-kali, bibi Amy mulai merasa khawatir.
Biasanya nona Azura tidak sesulit ini dibangunkan, kenapa kali ini sulit sekali, apa nona sedang sakit?
"Nona Azura apa anda baik-baik saja? Nona...?"
Takut terjadi apa-apa, bibi Amy akhirnya mengadu kepada Arthur dan Vivian soal Azura yang tidak kunjung menjawab meski kamarnya sudah diketuk berkali-kali. Khawatir dengan putri mereka, akhirnya Arthur dan Vivian pun mendatagi sendiri kamar Azura dan mencoba membangunkannya.
TOK TOK!
"Putriku, kau didalam nak? Ini ayah sayang, bisakah kau keluar?"
Tok! Tok!
"Azura sayang, ini ibu nak... Cepat buka pintunya, biarkan ibu masuk, sayang...! Azura sayang...."
Sudah berkali-kali dipanggil sayangnya tetap tidak ada respon apapun dari Azura.
"Suamiku bagaimana ini, aku takut terjadi sesuatu pada Azura..." Vivian mulai khawatir dengan putrinya.
"Istriku kau tenanglah dulu."
Arthur lalu memutusakan untuk membuka sendiri pintu kamar Azura, sayangnya kamar itu dikunci dari dalam. Ia lalu menggedor pintu dengan sangat keras, namun lagi-lagi tak ada jawaban. Karena tidak ada cara lain, Arthur lalu berpikir kalau ia harus membuka paksa pintunya dari luar.
"Bibi Amy, segera ambilkan kunci cadangan kamar Azura!"
"Baik tuan."
Saat Amy baru mau melangakah mengambil kunci cadangan, tiba-tiba saja seorang pria tampan, bertubuh tegap atletis mengenakan jas semi formal muncul di hadapannya.
Dengan wajah serius, pria berambut gelap dengan sorot mata tajam itu pun bertanya, "Ada apa ini? Kenapa kalian semua di depan kamar Azu?"
"Zeren kau sudah kembali?" Tanya Vivian pada putranya yang baru datang itu dengan wajah penuh khawatir.
"Ya aku baru saja kembali, ada apa ini? Kenapa ibu terlihat panik?"
Arthur lalu menjelaskan penyebab mereka semua berada didepan kamar Azura. Melihat ibunya panik, Zeren pun akhirnya mencoba untuk mengetuk sendiri kamar Azura untuk memastikan.
"Azu, cepat buka pintunya! Ini aku, aku sudah pulang... Azura!"
Karena sudah mencoba dan tetap tidak dijawab, alhasil Zeren yang kesabarannya terbatas, lansung mendobrak pintu kamar adiknya tersebut dengan tubuh atletisnya yang setinggi 185 cm itu.
Dan pintu pun terbuka, kedua orang tua Azura serta Zeren langsung memasuki kamar tersebut. Disana mereka melihat Azura yang tengah terbaring lemah tak berdaya diatas ranjang dengan wajah pucat.
Sebagai ibu, Vivian yang panik pun langsung mengecek suhu tubuh Azura yang terasa sangat panas. Ia langsung meminta sang suami untuk menghubungi dokter Shen Li agar segera datang ke rumah.
Saat dokter Shen datang, ia langsung memeriksa kondisi Azura secara mendetail. Setelah diperiksa dengan seksama, dokter memberitahu jika Azura mengalami stress dan kurang asupan hingga mengalami dehidrasi ringan, untungnya segera ditangani jadi tidak terlalu parah.
"Usahakan agar nona Azura tidak banyak pikiran, karena bagaimana pun dia juga belum lama sembuh dari kecelakaan. Pemicu tubuhnya melemah karena ia terlalu stres"
"Baik dokter, aku akan pastikan Azura tidak stres," ungkap Vivian yang kini sudah mulai sedikit merasa lega melihat Azura sudah ditangani oleh dokter Shen Li.
Setelah beberapa jam, akhirnya Azura mulai sadarkan diri. Ia lalu membuka matanya secara perlahan, dan saat Azura membuka matanya dirinya langsung dibuat terpana karena melihat sosok Zeren yang kini duduk diranjangnya, menatap Azura dengan tatapannya yang lembut.
"Kau sudah sadar?"
"Ka- kakak?" Azura langsung bangun dari tidurnya.
"Tidak perlu memaksakan diri bangun, tidur saja lagi."
"Kakak, apa kau sudah sejak tadi disini?"
Zeren tersenyum lalu mengusap kepala sang adik.
"Ya, aku terus ada disini menunggu adikku siuman. Dan kau tahu, kau itu ternyata suka ngorok ya?"
"Uh- masa? Tidak mungkin... Jangan suka mengarang deh kakak!" Ujar Azura dengan nada merajuk.
Meski begitu, Zeren merasa senang melihat adiknya kini sudah siuman dan kembali baik-baik saja. Zeren pun tiba-tiba menarik Azura dan memeluknya sambil berkata, "Aku senang kau sudah kembali ceria. Aku tidak mau melihatmu kembali sakit Azura..."
Dipeluk oleh Zeren, Azura merasa begitu senang karena memiliki kakak sebaik dia, sayangnya perasaan itu seketika terusik saat ia ingat kalau dirinya bukanlah anak kandung di keluarga ini, dan itu artinya Zeren bukanlah kakaknya. Perasaan sedih takut ditinggalkan oleh keluarganya mulai menghantui perasaan Azura, dan ia pun seketika menangis.
Melihat Azura menangis, Zeren pun panik dan bertanya kenapa ia menangis?
"Kak, kalau seandainya suatu hari nanti aku pergi, apa kakak akan sedih?"
Zeren terdiam dan tak mengatakan apa-apa.
"Jawab kak...!"
Tak lama Zeren malah tertawa geli, ia lalu mencubit kedua pipi Azura yang putih merona sambil meledeknya.
"Astaga... memang kau mau pergi kemana sih...? Kau itu kan anak manja mana bisa pergi sendirian? Dasar gadis bodoh...!"
"Jadi- aku akan selalu jadi adiknya kak Zeren kan?"
"Tentu saja, memang siapa lagi di dunia ini yang mau menerima dirimu jadi adik selain aku?"
Sebenarnya dia kenapa, kenapa tiba-tiba pertanyaannya aneh begitu?
Tidak suka melihat Azura tampak sedih dan tidak semangat seperti saat ini, Zeren pun mencairkan suasana dengan mengacak-acak rambut Azura sambil memberinya semangat.
"Sudahlah jangan berpikiran aneh-aneh. Lebih baik kau cepat sehat lagi, karena ayah dan ibu tidak akan jadi pergi ke luar negeri jika kau masih sakit."
"Jadi ayah dan ibu mengkhawatirkanku?"
"Tentu saja kami semua disini mengkhawatirkanmu bodoh, kau kan tuan putri yang sangat berharga. Terutama buatku..."
"Kau akan selalu menyayangiku kan kak?"
"Tentu saja."
Mata Azura berkaca-kaca. Ia lalu memeluk Zeren dan berterima kasih.
"Terima kasih karena sudah selalu menyayangiku..."
Entah sampai kapan kenyataan diriku terkuak, tapi sebelum semua orang tahu, biarkan aku sedikit lebih lama merasakan kasih sayang keluarga ini.
...🍁🍁🍁...
Jangan lupa Like, Vote, Comment!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Mir_rim22
kasihan azura sangat terpukul oleh fakta yg ternyata dia bukan anak kandung mama papanya... lalu apa yg akan terjadi setelah ini... next....
2023-07-03
0
Dwi Winarni Wina
azura tau kenyataan klo bukan ank kandung ayah n ibunya jadi sedih takut kehilangan kasih sayang ayah ibunya kakaknya,,,,,,lanjut thor...
2023-07-02
0