Malam harinya sekitar pukul 9 malam, Zeren terlihat baru pulang kerja. Di kediamannya langsung disambut oleh bibi Amy dan pelayan lainnya. Zeren mengamati kediaman mewahnya yang terasa begitu sepi mengingat kedua orang tuanya memang tengah pergi ke luar negeri sejak kemarin.
"Bibi, dimana Azura?" Tanya Zeren yang memang seharian ini belum melihat bahkan mendengar suara Azura sama sekali.
"Tadi aku melihat nona ke taman belakang tuan muda, sepertinya ia sedang berada dipinggir kolam air mancur."
"Apa dia sudah makan malam?"
"Sudah tuan, hanya saja sangat sedikit. Sepertinya nona kesepian karena tuan dan nyonya tidak ada dirumah."
"Baik aku akan menemuinya."
Di taman belakang Azura yang mengenakan piyama sutra terlihat duduk di pinggir kolam sambil mengamati ikan-ikan yang berenang di dalamnya. Tak lama seseorang dari arah belakang datang, dan langsung memakaikannya sebuah selimut.
"Ini sudah mau musim dingin, kenapa kau malah keluar hanya pakai piyama?"
Azura lantas segera menoleh mendengar suara yang sudah tidak asing baginya tersebut.
"Kakak, kapan kau pulang?"
"Baru saja, dan aku langsung kemari saat tahu kau ada disini."
"Jadi kau memang ingin menemuiku?"
"Tentu saja, lagipula kenapa malam-malam dingin begini malah diluar? Ingin sakit ya?"
Azura menggeleng, ia menjelaskan alasannya kenapa keluar adalah karena ia merasa kesepian berada dirumah sebesar ini sendirian.
"Ya ampun kasihan, adikku kesepian ya..." Ledek Zeren sambil menepuk-nepuk kepala Azura.
"Huh, kau ini... Menyebalkan sekali kak. Kau itu seharusnya kasihan melihatku kesepian karena tidak ada ayah dan ibu."
"Haha, habisnya wajahmu kalau muram begitu lucu sekali sih..!"
"Haiz! Aku kesepian begini kan juga salahmu."
"Salahku? Kenapa aku?"
"Ya karena kakak sekarang itu terlalu sibuk, sejak kakak resmi diangkat menjadi CEO Royale dua tahun lalu, kakak selalu pulang malah bahkan tidak pulang. Kalau pun sedang tidak sibuk pasti kau akan memilih menghabiskan waktu dengan pacarmu itu dibanding denganku!"
Azura memalingkan wajahnya setelah mengeluhkan kekesalannya pada sang kakak.
Semakin dia ngambek semakin lucu wajahnya. Namun apa yang diucapkan olehnya tadi sepertinya serius, mungkin aku memang beberapa tahun ini semakin sibuk dan hampir tidak punya waktu lagi untuk menemani Azura sekedar bermain atau berbagi cerita seperti dulu saat ia masih anak-anak.
Zeren menatap Azura dengan seksama, ia sungguh tidak menyangka kalau adik kecilnya yang manja dan suka ngambek, kini sudah tumbuh dewasa menjadi gadis muda yang sangat cantik.
"Sudah-sudah, jangan ngambek terus. Nanti aku traktir kau apapun." Zeren mencoba membujuk Azuru agar tidak ngambek lagi padanya. Sayangnya kali ini ia tidak mudah diluluhkan dengan iming-iming traktiran, Azura masih terlihat tetap kesal pada Zeren.
Pada akhirnya Zeren malah menghela nafas dan bertanya, "Begini saja Azura, apa yang harus aku lakukan supaya kau tidak ngambek lagi denganku?"
Penawaran itu membuat Azura tergugah, ia langsung terlihat memikirkan sesuatu, dan seketika senyuman penuh arti terukir dibibirnya yang merona.
"Oke, aku tidak akan ngambek lagi asalkan— kakak janji akan mengajariku menyetir mobil."
"Kau mau belajar menyetir?"
"Ya, aku sudah delapan belas dan bisa dapat SIM jadi tidak masalah kan aku belajar menyetir?"
Zeren menjawab dengan tersenyum simpul. "Oke kalau itu maumu, besok lusa akan kuajari kau menyetir."
"Yeay asyik!" Azura yang kegirangan dan sudah tidak ngambek pun memeluk Zeren sambil berterima kasih terus menerus padanya.
Zeren pun terlihat senang melihat Azura kembali ceria lagi. Ia pun membalas pelukan sang adik.
Saat memeluk sang kakak, batin Azura mulai kembali terusik akan rasa takut saat ia mengingat, kalau dirinya bukanlah anak kandung di keluarganya saat ini. Bagi Azura keluarganya saat ini adalah keluarga satu-satunya yang amat sangat ia cintai dan mencintai dirinya. Jika dirinya suatu hari harus meninggalkan keluarga ini, apakah ia masih bisa merasakan kehangatan seperti ini lagi?
Terutama untuk pria yang saat ini bersamaku. Aku tidak bisa membayangkan kalau sampai suatu hari nanti harus kehilangan perhatian dari pria ini. Sungguh aku tidak mau sampai hal itu terjadi. Dan jika aku boleh egois, aku ingin agar semua kenyataan ini tetap tersimpan rapat, biarkan aku menjadi anggota keluarga ini selamanya.
...🍁🍁🍁...
Keesokan paginya, Jonas datang menemui Zeren di ruangannya.
"Selamat pagi bos Zeren yang selalu tampan."
"Jangan basa-basi Jonas, kau tahu kan aku benci basa-basi?" Balas Zeren dengan wajah datar.
"Maaf bos, tapi aku menemuimu selain membahas proyek juga untuk melaporkan hasil investigasi tentang dua orang teman nona Azura yang kau minta. Nah pertama proyek kita dulu jadi—"
"Abaikan proyeknya, segera laporkan apa yang kau sudah selidiki."
Seperti biasa, kalau sudah soal nona Azura dia bisa mengabaikan pekerjaannya. Kadang aku berpikir, dibanding kakak, sikap tuan Zeren ke nona Azura lebih seperti...
"Cepat laporkan!"
"Ba- baik bos!" Jonas pun memberikan laporan hasil penyelidikannya tentang Melisa dan Reon.
Di kertas itu tertulis, tentang Melisa Lee, yang berusia 21 tahun dan merupakan seorang putri dari seorang pengusaha bahan baku makanan yang cukup sukses. Sementara laporan satu lagi adalah tentang Reon Heiki, pria berusia 21 tahun itu merupakan putra dari pemilik hotel grande, salah satu hotel terbesar di negeri ini.
"Lalu?"
"Dan dari yang aku sudah selidiki. Melisa adalah mahasiswi yang memang suka menbully mahasiswa lainnya, dan menurut info yang ku kumpulkan, Melisa menyukai pria bernama Reon itu sejak tahun pertama mereka masuk kuliah. Dari sini aku bisa menyimpulkan kalau Melisa itu sepertinya iri dan tidak suka dengan nona Azura yang sepertinya disukai oleh Reon."
"... Jadi begitu?"
"Iya tuan Zeren, dan menurut info yang aku dapat dari warga kampus. Reon itu sepertinya menyukai nona Azura."
Zeren mengernyitkan keningnya. Jadi pria bernama Reon ini suka pada Azu? Aku jadi penasaran seperti apa dia, sampai berani menyukai adikku?
"Bagaimana tuan infoku jelas bukan?"
"Iya, dan soal perusahaan orang tua mereka. Seingatku Royale group juga memiliki saham di hotel Grande bukan?'
"Itu benar tuan."
"Dia tidak lebih kaya dariku, bagaimana mungkin pria itu berani menyukai Azura?"
"Tapi tuan, aku rasa dia cukup berkualitas untuk jadi saudara ipar anda."
Zeren memberikan tatapan tajamnya ke arah Jonas.
"Ma- maksudku bisa dipertimbangkan. Lagipula memang menurut anda yang cocok untuk nona itu yang bagaimana?"
"Yang sepertiku, minimal dia bisa setara denganku."
"Kalau standarnya seperti bos, yang ada semua pria akan kabur dan takut mendekati nona Azura."
"Biar saja, lagipula Azura masih delapan belas. Tidak punya pacar juga tidak masalah... Sudah kau kembali sana ke ruanganmu!"
"Tapi tuan..."
Zeren lagi-lagi memberikan sorotan mata tajamnya.
"Oke- oke, aku pergi..." Takut Zeren mengamuk Jonas pun langsung permisi pergi.
Zeren kemudian berpikir, kenapa dirinya merasa sulit membiarkan Azura memiliki seorang pria yang disukainya diluar sana?
"Apa aku memang terlalu berlebihan melindungi Azura?"
Tapi Zeren sendiri tidak bisa bohong, tiap kali ia membayangkan Azura yang manis disentuh pria lain rasanya batinnya ingin mengamuk. Meski ia sadar jika sangat wajar jika gadis seumur Azura mulai memiliki rasa cinta dan menjalin kasih dengan lawan jenisnya.
"Sebenarnya aku ini kenapa? Bukankah seharusnya aku belajar melepas Azura dan membiarkannya menikmati masa mudanya mengenal cinta yang penuh warna?"
...🍁🍁🍁...
JANGAN LUPA DILIKE, VOTE, COMMENT OKE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
zeren berlebihan menjaga n melindungi zura,,,tidak rela adik kesayangan mempunyai pacar,,,,
2023-07-03
0
Mir_rim22
over protective babang zeren wkwk
2023-07-03
0