"Ini soal Nidah.. sebaiknya cari tempat sepi yok.. takut kedengeran.." Ucap Rama.
"Ada apa?" Tanyaku.
"Nidah.. kemarin dia bilang dia terbiasa sendiri selama 6 tahun.. apa itu benar? Maksudku.. kemana dirimu dan Sari? Bukankah kalian teman Sd?" Tanya Anjani dengan Ramani yang memandangku sendu.
"Kami tidak sedekat itu.. sekadar teman kenalan.. kau dan aku sekelas.. seperti itulah hubunganku dan dia.. dia sering menghabiskan waktu sendiri.. karna kami pikir dia memang lebih bahagia sendiri.." Ucapku melihat Nidah tersenyum dengan sekelompok teman sekelas.
"Itu artinya?" Tanya Anjani.
"Dia mungkin tengah tersenyum dikeramaian.. tapi sebenarnya dia merasa kesepian dan tak merasa kepedulian teman-temannya terhadapnya" Ucap Ramani.
"Dia sedikit egois.." Ucap Ramani lagi.
"Tapi.. dulu dia memang sendirian.. karena itu setelah mendengar dari kalian aku ingin mulai menjadi temannya yang dia butuhkan bukan teman biasa.. tapi, teman yang benar-benar teman.." Ucapku.
Aku harap.. mereka adalah orang-orang yang tepat..
...****************...
*Nidah Pov
"Sial.. astagfirullah!!! Kenapa aku mengatakan itu kepada mereka!!! Yaampun!! Sari jadi bertanya dia apa bagiku?! Yaampun.. Nidah.. tak seharusnya kau menyakiti hati krang lain walau dirimu sendiri tersakiti!!" Ucap ku pada diri sendiri.
"Sebenarnya.. jika saja aku lebih berani.. mungkin aku akan bisa bergaul pada teman Vinnah ataupun teman Sari.." Menghela nafas. Ini jelas bukan salah mereka..
Bagaimana cara aku menjelaskan pada mereka bahwa itu hanya kekesalan sementara. Mengapa otakku ini harus mengungkitnya!!! "Aaaah dasar.." Ucapku menghela nafas.
...****************...
*Anjani Pov
"Rama.. kelihatannya dia itu sangat penasaran dengan kehidupan Nidah.. sampai-sampai memancingku untuk penasaran juga. Aku kan jadi kepikiran kalau sudah begini" ucapku yang tidak bisa fokus mengerjakan tugas yang akan di kumpul seminggu kedepan.
"Nidah itu.." Apa dia benar-benar sendirian selama 6 tahun. Sangat sulit tak memiliki teman. Mungkin aku paham rasanya karena di kelasku tak ada yang mengajakku bermain. Mereka hanya datang ke mejaku saat jam pelajaran. Namun, saat jam istirahat tak ada satupun yang mengajakku.
Karena itulah aku sering datang ke kelas 1A. Disana berbeda dengan lokal 1E. Aku mendapatkan sambutan hangat seorang teman bermain di jam istirahat. Nidah juga tersenyum saat bersama. Lalu, mengapa dia tiba-tiba berbicara soal itu di kantin kemarin? Seakan-akan yang dia lakukan itu tidak tulus.
Tapi.. "Astagfirullah Anjani!!! Jangan Buruk sangka oiii!!" ucapku menghela nafas dan menutup tugas. Dan merebahkan diri dikasur melihat langit kamar. "Kau tau sendirian selama 6 tahun itu menyebalkan" kata-kata nidah itu terngiang-ngiang dikepalaku.
...****************...
*Rama Pov
"Gadis itu.." Ucap ku mengingat Saridia yang waktu itu sendirian saat pembagian lokal. "Mereka dua orang yang bertolak belakang.." Ucapku membandingkan Nidah dan Saridia. "Jika yang satunya kesepian karena belum memaafkan masa lalu.. maka yang satunya kesepian karena tak bisa mengajak berkenalan lebih dulu.. lalu keduanya juga punya sifat yang berbeda jika Nidah terlihat sangat humble dan ramah pada teman biasa maka Sari terlihat biasa saja atau mungkin akan terlihat seperti tak menyukai orangnya .. Saridia itu cenderung melepaskan emosi senyum, tawa dan terbuka pada yang paling dekat. Sementara Nidah.. dia itu.. sepertinya orang yang sangat keras pada orang terdekat.." Ucapku berfikir.
Jika diingat lagi sangat sulit berbicara dengan Nidah awalnya. Aku kira dia tak ingin berteman denganku. Kurasa aku dan Anjani harus berhenti mendekatinya. Sepertinya dia tak ingin berteman juga denganku. Mungkin karena itu dia bicara hal seperti itu.
Tapi, dia lumayan perduli pada teman-temannya. Sepertinya aku terlalu memperhatikannya. Tapi, jika dia mengatakan sudah sendirian selama 6 tahun itu seakan berkata bahwa "aku sudah terbiasa dengan kesendirian! Jangan mendekatiku!!" Ucapku mempraktekkan dan meletakkan kepalaku di meja belajar. Tapi, "aaaaaargggh!! Au ah!!" Ucapku lagi menutup wajah dengan buku.
...****************...
Mereka saling memikirkan satu sama lain. Takut akan kesalahan dan apa yang harus dilakukan. Kepedulian kekhawatiran itu membuat mereka bingung sendiri. Sementara itu disuatu tempat seorang gadis yang tengah berada di pesantren tengah melihat ke langit malam. "Aku tak akan pindah dari sini!! Aku akan tetap disini walau sering sakit!! Ilmu agama itu penting!!" Ucapnya dengan percaya diri namun, "hacuih!!!! Alhamdulillah" Ucapnya bersin. "Hahahaha.. Yarhamukillah.. Dilla dilla.. kamu sering sakit loh.. aku yakin kalaupun kamu pindah bisa ke MTS kok.. kan ada ilmu agamanya.." Ucap santriwati lain.
"Hmmmm... Tapi teman yang kek kalian gimana? Bakal susah!!" Ucap Dilla.
"Hahaha.. kamu cari ilmu.. teman yang berilmu pasti juga akan datang padamu.. kalau pun yang tidak berilmu datang padamu maka ajarilah apa yang dia tidak tau tapi dirimu tau.. paham kan? Ingat kata ustadz.. hidup itu ada dua pilihan digurui atau menggurui!" Ucap santriwati tadi.
"Iya bener banget tuh!" ucap santriwati lain.
"Tapi kan aku maunya digurui oleh kalian.." Ucap Dilla.
"Dilla dilla.. ketika ilmu kamu lebih dari orang lain.. besar pahalanya bagimu untuk menyebarkan ilmu kamu.. apalagi ilmu agama.." Ucap santriwati lainnya.
"Emang ada yang mau digurui oleh aku? Masih adakah teman kita diluar sana yang perduli pada perihal agama? Susah loh dapat teman kek gitu.." Ucap Dilla.
"Untuk akhirat emang selalu susah Dill.. yang jelas.. aku percaya! Pasti ada! Dan pasti kamu bakal ketemu sama mereka!!" Ucap Santriwati tertua.
"Kalian kok jadi kek dukung ortu aku buat berentiin aku dari pesantren sih.." Ucap dilla cemberut.
"(Tersenyum) demi kebaikan kamu.. lagian kamu sih sering sakit.." Ucap Santriwati yang awal tadi.
"Apa ada.." batin Dilla.
Kelima gadis itu sama-sama tertarik ke jendela melihat sinar rembulan yang terang-benderang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments