*Saridia Pov
"Huaaaaaaaa!!!"
"Kenapa aku kepikiran kata-katanya??! 6 tahun sendirian.. lalu dua temannya yang ada bersamanya dia anggap apa?!"
"Vinnah.. lalu.. Si Sari itu namanya sama denganku.. dia juga menyapaku belakangan ini..."
"Jika Sari teman karibnya.. mengapa dia kesepian?" Tanyaku bingung memeluk lutut.
"Tapi.. saat bersama yang lain dia juga tersenyum.. apa dia tak bahagia? Senyum itu simbol kebahagiaan kan?"
"Hoi.." Ucap abangku masuk kekamar tanpa ketuk pintu.
"Ish.. ketuk dulu napa sih?" Cibirku.
"Pinjam pena dulu.. pena abang ilang.." Ucapnya dan langsung mengambil penaku diatas meja lalu membiarkan pintu terbuka. "Dih.. bukannya ditutup!" keluhku lagi sambil menutup pintu.
...****************...
*Sari pov
"Pindah?" Tanyaku bingung.
"Iya.. ayah pindah kerja jadi kita bakal pindah.."
"Tapi kan Sari baru masuk MTS.. baru 2 minggu juga.." Ucapku.
"Yah.. terpaksa kamu juga pindah sekolah.." Ucap Ummi.
"Gak mauuuuu!!!!" Triak Sari.
"Kok gak mau.. maulah! Emang kamu mau tinggal sama siapa disini? Gak usah aneh-aneh.." Ucap Papaku.
"Ish.. kok gitu.. Sari baru mau deket sama Nidah loh.." Ucapku.
"Dari dulu ummi suruh kamu temenan sama dia.. malah baru sekarang kamu temenin.." Ucap Ummi.
"Karena.." Aku diam dan menghela nafas masuk ke kamar mengunci pintu. Aku diam dan memperhatikan gelang persahabatan kami bertiga. "Gelang itu? Ah.. lupakan saja tak ada yang menganggap gelang itu" Ucapan Nidah waktu itu secara tersenyum membuatku ragu. Keesokan harinya...
"Sebenarnya kau menganggapku teman atau bukan?" Tanyaku padanya sepulang dari sekolah.
"Mengapa kau bertanya begitu?" Tanya nya.
"Tadi malam aku sedang membereskan kamarku.."
"Seorang Sari membereskan kamar?" Tanyanya dengan senyum mengejek iseng.
"Apa-apaan nada bicaramu itu?" Tanyaku.
"Wuahahaha.. lucu aja.. kek seorang sari membereskan kamar.. hahaha.." Ucapnya tertawa kecil.
"Nidah.. apa benar kau tak menganggapku teman?" Tanyaku.
"Hah?" Tanyanya.
"Tadi malam aku melihat gelang yang kau buat.. dan mengingat ucapan Sari.." Ucapku terus terang.
"Saridia? Anak lokal b?" Tanyanya.
"Dia bilang.. kau mengatakan bahwa selama 6 tahun di sd kau hanya sendirian.. dan dia bertanya.."
"Jika dia sendirian selama 6 tahun di sd.. aku bertanya-tanya dimana kau dan vinnah saat itu?" Ucapan Saridia yang terus terngiang dikepalaku.
"Dia bertanya apa?" Tanyanya.
"Siapa aku dan Vinnah bagi mu?" Tanyaku.
"Kau benar.. siapa kalian bagi ku?" Tanyanya berhenti berjalan.
"Gelang itu bukan apa-apa.. kau ingat aku bilang begitu.. dan tak kusangka Sari anak lokal b itu menemuimu dan menanyakan siapa kau dan vinnah bagiku.. apa dia tak bertanya hal lain?" Tanyanya membuatku bingung dan diam.
"Kemana kalian saat di sd?" Tanyanya membuatku tertegun.
"Saat aku sendirian.. apa kalian bersamaku? Kemana kalian saat aku sendirian selama di sd? Memang benar di mdta kau dan aku teman.. tapi tidak di sd.. kau.. punya temanmu sendiri.. dan Vinnah punya temannya sendiri.. lalu aku?" Dia membicarakan hal itu namun dengan senyum sinis kesalnya itu.
"Aku memberikan gelang itu karena kesenangan sesaat.. kalian juga tak menganggapnya penting.. karena itu aku bilang gelang itu bukan apa-apa!" Ucapnya sementara aku terdiam dengan rasa sakit dihati.
"Cih.. udahlah.. udah lalu juga.. yang penting sekarang terserah pada kalian berdua.. mau jadi teman atau bukan.. tapi kenyataannya aku memang tak akan pernah lupa aku yang sendirian di sekolah!" Ucap Nidah lagi dan berjalan pulang perlahan. Sementara aku terpaku ditempat. Sejahat itukah aku? Aku terlalu bahagia bersama teman yang lain sampai melupakan teman yang lainnya.
"Hei.." ucapnya memutar menghadap kearahku dan berjalan mundur. "Kau tidak salah! Aku yang salah.. jangan dijadikan beban.. it's okay.. aku jadi terbiasa karena pengalaman.." Ucapnya melambai kan tangan.
Aku berjalan perlahan menuju rumah dan sampai didepan pintu aku menangis tanpa sengaja. "Seburuk itukah aku? Aku terlalu bahagia dengan teman kelasku hingga melupakannya? Lalu saat MDTA aku langsung menjadi temannya.." Ucap ku.
"Oi.. kenapa nangis? Cepetan beresin barang-barang seminggu lagi loh.." Ucap Abangku yang langsung ku lempar tasku.
"Oi!!" Teriaknya yang tak ku hiraukan dengan membanting pintu kamar dan menguncinya. "Kenapa dia?"
"Ada apa mar?" tanya Ummi
"Ndak tau tuh si Sari kenapa nangis.." Ucap Bang umar.
...****************...
*Vinnah Pov
"Kita mau pindah ke kota magneto.." Ucap ibuk membuatku terdiam.
"Kamu sebaiknya bilang ke Nidah dan teman-teman kamu.." Ucap Ibuk lagi.
"Aku.. Buk! emang kita harus pindah yah?" Tanya ku.
"Iya harus.. ibuk dah capek hidup disini.. ayah kamu gak berkembang disini.. jadi ayah bakal nyari kerja di medan aja.." Ucap ibuk dan aku hanya bisa diam.
Aku tau benar bagaimana kesulitan orang tuaku tuk hidup disini. Namun, jika aku sampai pindah.. Nidah.. akan sendirian lagi.. padahal aku ingin mencoba menjadi temannya dimasa ini. Meskipun aku sudah mendapat gelang persahabatan yang diberinya.. menurutku kami belum menjadi sedekat itu.
"Itu benar.. gelang itu bukan apa-apa.." ucapan Nidah terngiang di telinga ku.
"Kita punya waktu dua minggu untuk tetap di kota ini.. terserah kamu mau bagaimana memberi tau teman-temanmu.. yang jelas kita tak akan tinggal disini lagi.." Ucap Ibuk dengan aku mengangguk diam.
Nidah.. maaf..
Aku belum bisa menjadi temanmu. Aku akan memastikan kau memiliki teman disini. Setidaknya kau tak sendirian lagi seperti saat di sd.
*Flashback saat disekolah.
"Vin.. maaf.. aku mau nanya sesuatu.." Ucap Anjani dan Rama.
"Apa tuh?" Tanyaku.
"Ini soal Nidah.. sebaiknya cari tempat sepi yok.. takut kedengeran.." Ucap Rama.
"Ada apa?" Tanyaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments